udah begitu lama menemaninya dan perminta
i dewasa. Semua keputusan ada di tanga
ina menurut pad
damu untuk memotong sedikit rambutmu. Sedikit saj
istighfar dalam hati dan tertawa. Faza memang benar-benar
ini? Jangan hanya menganggap istrimu yang tidak memahamimu, siapa tahu Rosalina juga menganggap kamu tidak memahaminya," kata Fadli. Faza mencebik, seb
a melihat ek
butuh izin Rosalina untuk melakukan ekspedisi dan meruqyah ke tempat yang jauh, kan?" lanjut Fadli, dia tersenyu
*
rambut panjangnya dengan Rosalina. Rosalina melihat Faza. Dia melambai pada Faza dan ketika Rosalin
tanya Rosalina dari jende
jawab Faza. Rosalina
engan nada khawatir dan wajah cemberu
a. Kalau tiba-tiba jemput pasti ada apa-apanya, kan?" tanya Rosalina dengan waj
ana-mana. Aku malah akan mengaj
rkejut. Dia memand
udah makan," kata Rosa
Faza. Rosalina mematuhi Faza, walaupu
ekarang selalu berhati-hati dalam mengemudi s
gak suka kalau nggak jelas gini," ka
akan ke mana," kata Faza, "sebentar
rtanya pada Faza, walaupun sebenarnya dia memang sa
melihat ke depan, tetapi dia tidak paham tempat apa yang akan dikunjung
ngajak aku shopping?" tanya Rosal
enggandeng Rosalina masuk ke dalam mal itu. Di dalam mal, Faza langsung menga
k Rosalina. Faza me
giliran kuajak ke sini, malah nggak boleh
a menarik tangan Faza
s tak dapat menahan tawanya. Dia sangat bersyuk
*
ik dan lucu. Rosalina membeli beberapa perlengkapan bayi yang belum dimilikinya dan kemudian Faza membelikannya es kr
n telepon F
, tumben sekali Iqbal menelpon Faza. Akhirnya dengan tekad bulat, Faza menerima telpon
segera pulang, njih? Diminta memb
semakin heran. Membantu meruq
an isi hatinya yang heran, bibir Faza mengiyakan
*
ton. Faza langsung paham kenapa dia disuruh pulang. Dia tidak diminta membantu meruqyah, te
alina, dan sebelum Faza menjawab Na
gera keluar dari mob
erdiam sebentar dan kemudian paham. Sepertinya ibu mertuanya khawatir Rosalina akan menonton proses ruqyah hari itu. Rosa
kup heran dengan begitu banyak orang yang melihat proses ruqyah hari
lihat yang begitu-begitu!" desis Naim
kenapa ibunya meminta Naimah segera menjemput Rosalina, karena ternyata rasa ingin tahu Rosalina sangat besa
ibunya, dia segera menarik tangan Rosalina. Mereka berdua berpandangan dan tertawa. Mereka paham, kalau Rosalina ingin melihat ruqyah itu, dan mereka paha
*
ergabung deng
nya Faza pada sese
Ternyata mereka tadinya hendak dijadikan tumbal, tetapi qadarullah
ra pulang. Ternyata kasusnya sehebat ini. Faza berterima kasih dan seg
bersila dengan mata terpejam. Wajah mereka nampak menahan
teriak salah seorang di
Nurul Ikhlash. Pem
ada Raden Tumenggung, kalau tidak
an mati. Aku akan membantu pemuda ini agar tubuh
seperti hendak terlonjak bangun
bisik pemuda yang satunya lagi.
isik pemuda yang tadi meminta
ini ... aaarrgh! Panas, Ust! Panas! Ampu
a Adit. Dan dengan gerakan yang cukup absurd, Adit melenting ke depan, melakukan gerakan berguling-guling ke depan d
n menjadi tumbalnya Raden Tumenggung karena dia sudah memegang sendok nasi milik ....)" Sebuah tamparan keras mengenari p
ti! (Kalau kita menyebut nama orang itu, maka kita
ua berpanda
ini bisa lolos dari jerat kita. Sekarang saatnya kita bilang pada wanita itu kalau sesajinya kurang lengkap, j
gaimana dengan nasib kita
. Sang wanita gila itu pasti akan marah pada kita, karena Raden Tumenggung sudah memarahi sang wan
, karena dia tahu Fiki pasti akan ikut campur dalam proses ruqyah manapun di pesantren ini, tetapi tetap saja Nurul Ikhlash ters
berpandangan dan k
ia bukan duk
g Adit dengan cepat, dia mem
ng kita bi
tang wanita itu. Kita bicara t
Agu
sst
awa. Sepertinya mereka tidak sengaja menyebutkan nama
ebenarnya terjadi!" seru Nurul Ikhlash dengan galak,
lihan untuk memegang sendok nasi yang digunakan di warung itu. Seandainya syarat itu dilanggar dan ada orang lain --selain yang diberi tugas-- memegang centong nasi itu, maka orang itu akan menjadi tumbal bagi warung
membunuh Pak Agus. Wanita itu
a orang mencoba menolong mereka berdua, tetapi gerakan mereka berdua terlalu liar, dan akhirnya mereka mendiamkan saja Adit dan temannya be
leh Adit dan temannya dan dia juga mulai menebak-nebak warung mana yang dim
*
il nasi sendiri dengan sendok nasi yang ada di sana. Seingat saya sendok nasinya terbuat dari kayu berwarna kecoklatan, seperti warna kayu itu, Ust, dan ada ukiran bunga atau daun di bagian gagangnya. Setelah Adit sudah mengambil nasinya, pegawainya datang dan melayani kami seperti seharusnya dan kemudian kami duduk di kursi yang kosong dan makan. Tid
kami jatuh ke dalam tanah tersebut," lanjut Rasya dengan
wanita itu," bisik Adit pela
Fiki pelan. Adit memandang Fiki de
utih dan dia memegang tongkat panjang dengan bagian atas menyerupai kepala burung yang juga berwarna putih. Dia langsung menangkap saya dan kemudian
mdulillah Allah masih memberi
di, Mas?" tanya Nuru
a melihat wanita bernama Nyai Dasa Lima itu hendak memenggal Adit dengan tongkatnya itu, saya langsung berlari dan menabrakkan diri
asya nampak aga
"saya masih ingat bagaimana rasanya dipegang oleh tangan mereka yang berlendir. Saya masih ingat dengan darah di leher mereka yang dipotong zig zag ... saya masih ingat bau mereka yang beg
bisa keluar dari ruangan itu, kan?" ta
a itu dan mereka mengatakan bahwa saya boleh pergi, tetapi Adit tidak boleh pergi karena telah menjadi tumbal mereka ... tetapi saya tidak peduli, saya tetapi menarik tubuh Adit sambil membaca doa sebisa saya dan kemudian ... t
ik saja, Ust?" tanya Rasy
kan kesembuhan seratus persen tanpa adanya kesungguhan dari Mas Rasya dan Mas Adit sendiri. Insya Allah dengan semangat kesembuhan dan semangat menjauhi gangguan jin dan ditamb
uk paham, teta
*
n dari tempat yang jauh. Aini sangat ingin bercerita pada ibunya kalau dia setiap hari boleh bermain air di kamar mand
ibunya dan ingin menceritakan semua pengalamannya pada ibunya, yang biasanya begitu perh
bu. Aini pengen cerita sama ibu,"
Dia menangis karena jodohnya dengan istrinya hanya empat tahun saja dan kini dia harus merawat
n sepertinya tidak akan pulang ke sini lagi. Aini
nya pada Randu dan m
a Aini nakal?" tanya Aini dengan wajah sedih. Randu
ni, apalagi kemarin dulu Aini selalu membantu ibu menjaga adik. Ib
ia memandang Ra
uga ingin ke rumah Allah, Pak," rengek Aini. Randu terkejut dan nyaris te
karena sudah dipanggil oleh Allah," jawab Randu. Aini nampak ber
a ibu," kata Aini. Akhirnya Randu tidak dapat menahan tawanya lagi.
laskan kepada Aini tentang ibu dan adiknya yang sudah meninggal karena menceburkan diri ke dalam kolam di taman kota. Hati Randu begitu sedih, karena sepertinya Sabrina --istrinya-- tidak pernah memiliki beban kehidupan sam
tersenyum sedih. Dia merapatkan selimut Aini. Sebulir air mata tak kuasa
a kamar Aini. Randu memicingkan matanya dan mencoba berkonsentrasi untuk memastikan apa yang didengarnya. Dan semak
dela kamar Aini. Randu berteriak kaget ketika
k Ra
tersenyum
lam kegelapan malam Randu bisa melihat dengan jelas wanita di depannya berub
uk menjemputmu d
*
epan wanita dengan rambut p
, "apakah kamu yang membuat kami hamil
saja, tetapi bibirnya tampak komat kamit mendaraskan sesuatu dan tiba-tiba perut Rani membesar
aligus mengejan. Rani begitu panik dan merasakan ketakutan y
tu terse
itu dan dengan cepat wanita itu mendekati Rani dan mengambil dan menarik sesuatu dari bal
bisa menahan jijiknya. Mereka melihat wanita itu mengambil bayi berlumuran darah dengan sangat mudah, walaupun en
sih berlumuran darah itu. Wanita setengah baya itu mengangguk dan bayi itu be
di datang membawa troli berkumpul. Mereka berbisik-bisik dengan suara yang pelan dan
Wanita setengah baya itu tersenyum si
ke arah wanita muda yang masih berdiri membeku di tangga, "aku akan mengeluarkan tuyul itu lebih cep
*