wanita tua di balik tirai, membuat sang wanita di balik tirai itu menjengit ketakutan.
nita tua itu lagi. Masih belum ada jawaban. Hanya terdenga
kubilang aku tidak menjadi dukun lagi, aku su
tirai sudah mengetahui siapa dirinya. Mara mulai gelisah, dan beberapa kali me
au tidak maka aku tid
, kan?" potong Mara cepat. Te
, kan? Anak durhaka itu!"
ara asal. Nada suara Mara terdenga
n bapakmu sehingga kamu ke sini?" tanya wanita tua itu. Mara diam sa
u lagi, mengingatkan Mara ag
pada nenek. Karena itulah aku ke sini. Aku ingin mencari tahu ilmu atau ajian apa yang
rai itu terbuka. Mara yang duduk bersimpuh terlonjak kaget
lihat wajah Mara yang ketakutan meli
ku?" tanya nenek Mara
kepala wanita muda yang sangat cantik jelita, bersanggul besar dan ber-make up tebal, tetapi ... tetapi badan wanita itu tidak ada
mual, ketika melihat tubuh ular milik neneknya bergerak meliuk-liuk gelisah di depannya. Ma
uk?" tanya nenek Mara dengan kepala yang ditelengk
bapaknya memiliki wujud yang lain. Jawaban M
maka dia memintamu mendatangiku ke sini. Dia ingin melestarikan bangsa kita, Nd
a Mara ketakutan. S
erkikik panjang, membuat bulu kuduk Mara berdiri tegak. Mara menggeleng l
bapakmu, Bagaskara. Lalu ... lalu ... Bagaskara memulai petualangan cintanya dan lahirlah kamu, Mara. Jadi,
k menyangka dan tidak terima dengan jawaban neneknya. Wajah Mar
na kamu anak tunggal, maka semua kesaktianku, semua bala tentaraku, semua kerajaanku
ek berada di sampingnya. Lidah nenek Mara menjulu
n Wangi. Kamu pasti akan disukai banyak dedemit di lembah Sungai Pandan Wangi. Oh, aku bangg
epat lebih baik. Aku juga harus mengajakmu ke istanaku. Kamu harus meng
h neneknya tidak memiliki tangan karena tubuhnya adalah tubuh ular? Pertanyaan Mara menguap ketika tangan itu memeluknya dan membuat tubuhnya melekat era
u tidak perlu mencarimu lagi. Ayo, sekarang kita lihat istana kita!" ajak sang nenek
memberontak liar, tetapi sepertinya dia tidak kuasa melawa
in dicintai banyak orang. Salah satu caranya adalah denga
ncoba melepaskan diri. Dia tidak ingin
askan diri neneknya. Napas Mara memburu dan dengan penuh kemarahan dia berjalan maju ke arah neneknya. Tanpa basa basi Mara merenggut tubuh ular neneknya dan menarik tubuh itu kuat-kuat. Mara mencen
engal. Dia namp
Mara yang menjadi ratu ular! Aku tidak butuh itu!" teriak Mara dengan penuh emosi dan dengan membabi b
yang sudah terluka dan sobek di sana sini. Darah dan otot ular itu nampak berserak
. Dia mulai merasa panik. Dengan tergesa, Mara mencari kepala neneknya di ruangan itu, tetapi tidak menemukannya. Mara segera
Napasnya seperti orang yang baru saja berlari, terengah seperti halnya Mara. Kemudian Mara melihat nyala api dari salah satu tungku di dapur itu.
rang, membuat dapur yang semula gelap menjadi terlihat jelas sekarang. Mara mundur beberapa langkah melihat k
ikat oleh benang merah takdir. Dia menyuruhmu ke sini agar kita berte
meninggalkan dapur yang kini mulai terbakar oleh api dari kepala neneknya. Mara tidak peduli lagi, dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkan rumah neneknya. Mara
rapa saat kemudian Mara bangkit dan berdiri. Dia m
rutu Mara sambil masuk lag
*
ya Salma kebingungan
sna atau Huda. Biar saja, Ma," j
s Hakim malah bermain-main sendiri? Seharusnya dia memperlihatkan diri pada keluarga
ambah
at tingkah istrinya yang uring-uringan sejak kemarin karena mempersiapkan pernikahan --salah satu dari kembar tiga-- anak pertama mereka. Fiki membiarkan Salma marah-
kali! Sebentar lagi pasti terdengar teriakan Salma memarahi mereka. Fiki pura-pura tidak peduli.
k mertua Fiki, yang bernama Fadli.
Insya Allah,
saya percaya panjenengan baik-baik saja dengan
rtuanya yang sudah sangat sepuh itu. Ah, Fiki sangat ingin seperti mereka. Memiliki kehidupan y
gesa. Fiki agak terkejut melihat Malik, asistennya,
ekali saya terpaksa harus mencari ustadz," k
ertawa
apa?" tanya Fiki. Malik berus
kerasukan, Ust. Dia mengaku pernah bertemu ustadz di s
ruang terapi ruqyah, dari kejauhan dia mendengar teriakan Sal
*
eorang wanita sambil berlari ke arah Fiki dan hendak memel
g tenang! Ceritakan pada saya tentang panjenengan dan
dia tetap mematuhi Fiki dan
i dan ke sini karena disuruh menyampaikan pesan Nyai
dan mencoba me
ma pesan Nyai Nagagini. A
ada di dalam tubuh wani
tuk mengunjungi lembah Pandan Wangi, karena
ku apa mau mencari mataku
rencananya. Dia mencebik dan membuang muka dari Fiki. Dia memandang ke ara
balik pintu itu!" teriak Tini. Dia berlari ke arah pint
*