img WINIH TRESNA  /  Bab 4 Bagian 4 : Benih Cinta | 25.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Bagian 4 : Benih Cinta

Jumlah Kata:2589    |    Dirilis Pada: 04/03/2024

ngkatnya untuk bergerak dengan leluasa. Tetapi selain itu dia baik-baik saja, menurutnya. Paling tidak dia masih di dunia ini, dia masih sehat, pendengarannya

a untuk selalu sendirian. Dulu Pak Sapto meninggalkannya sendirian, dan dia merasa begitu merana karena waktu itu bapaknya juga sudah

terapi ruqyah yang sudah terang, tetapi karena Fadli tidak memakai kacamata dia tidak benar-benar bisa melihat apapun yang ada di depannya. Fadl

at yang masih muda yang berpelukan erat dan menurut Fadli mereka sedang berciuman, dan ketika mereka menyadari Fadli su

siapa mereka? Fadli hanya yakin mereka a

*

a Naim. Fadli menga

kan, Pak?"

terang sekali. Rasanya tidak mungkin akan ada yang berpelukan di sana

an akhwat, bukan ikhwan dan ikhwan atau a

uat Naim dan Faza te

yang akhwat memakai mukena dan yang ikhwan memakai koko warna hitam dengan peci u

angat sepuh. Sudah sembilan puluh empat tahun. Sudah sangat sepuh dan kadang sering lupa, walaupun untuk

ahu mana baju ustadz, mana baju santri, Nak

ter

emakai baju ustadz dan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan hal yang

malah akan semakin rumit, ya? Sepertinya menyenangkan sekali ketika harus m

n Naim

" kata Naim. Fadli tertawa. Dia t

minuman untuk mereka bertiga. Gadis itu kemudian men

" tanya

s itu. Fadli menoleh ke a

aim pada Fadli. Naim paham, Fadli heran

is yang manis dan nampak pemalu itu mengangguk

nya dengan heran, karena setiap bertemu kakeknya selalu menanyakan hal itu. Naim

tu. Dia ingat Yusuf --kakaknya-- dulu juga kuliah di MIT. Fadli ters

kuliah di sana?"

fshah dan Si Dul,

ya, dia memandang Naim de

lan yang buruk, Im!" seru Fadli. Nai

imah," kata Naim. Fadli memandang Naim tak perca

ggilan yang baik," kata Fadli akhirnya. Faza tertawa g

awab Naim geli.

kan?" tanya Fadli pada kedua anaknya. Faza

nya tahu kalau mereka sebenarnya ragu dengan apa yang diceritakan bapa

enyadari bapaknya sudah tua. Dia harus menyiapk

*

pa yang diperbincangkan santri akhwat itu. Mereka membicakaran tentang Ustadz Salam. Ustadz Salam. Dan hal itu membuat Hakim membara. Dan akhirnya

enci harus menga

dengar sendiri, kan,

uaranya lem

ya A

nar lelak

ihafalnya juga

Benar-benar

tubuhnya atleti

! Dia, kan pun

ata setelah melihat beliau mengajar, setelah mendengar beliau bertilawah dan mengisi kajian, se

nnya. Berarti memang bukan hanya di kelasnya tadi saja yang meributkan tentang Ustadz Sa

adz Salam dan nampak mendengarkan penjelasan Ustadz Salam tentang sesuatu. Dan Hakim hanya bisa beristighfar perlahan. Kenapa tidak hanya akhwat yang ter

n sebenarnya perutnya berkeriut lapar. Hakim menyesal kenapa dia tadi tidak mampir ke ruang makan dan sekedar mencicip sedikit makanan

im terlonjak dan me

lam tersenyum manis pada Hakim. Hakim membalas senyum itu sekenanya. Dia merasa sangat insecure be

a Salam basa basi.

iket," jawab Hakim

tadi Mas Huda berpesan pada Ustadz Faiz kalau Usta

au kakak kembarnya akan berkunjung ke sini sebelum ke Karang L

sya Allah nanti saya akan segera m

Reza juga," kata Salam. Hakim mengangguk dan nampak berpikir kenapa Salam tahu semua de

*

ma sampai Nurul Ikhlash keluar dan menemuinya. Kemudian mereka membahas tentang pelatihan ruqyah yang ak

Ikhlash, mereka berdua mendongak. Faza tersenyum ketika melihat Alik

a, ya? Tunggu sebentar, njih? Silahkan duduk dulu, saya langgilka

ika menurut dan dia duduk

ma, Ndhuk? Dua bula

a?" Anggukan lagi. Ah, be

nnya yang hanya mengangguk dan tersenyum malu itu, dan kemudian disusul kerib

ak Alika?" tanya entah siapa, Faz

Tadi sudah ketem

emu sama bulik Rosalina

lika merah padam karena malu ketika harus menjawab pertanyaan mereka, padahal

ti epik sekali. Faza sendiri merasakan keributan di rumahnya dengan lima orang dewasa dan satu remaja kalau anak-anaknya pulang semua dan kadang dia

utkan pembicaraan mereka dan Faza segera menemukan Nurul Ikhlash yang sedang berdiri di balik jendela

ngan apa yang terjadi setelah melihat siapa yang dili

oga Faz

*

udara-saudaranya mentert

cembur

ganteng sek

k. Ganten

ik. Hanya dia, Huda dan Hamzah yang kebagian mendeng

tadi juga duduk dengan Hakim dan kedua adik laki-lakinya. Hakim agak

Ustadz Reza? Te

rsama, walaupun jurusan kami berbeda. Kami sering bersilatur

n membicarakan kehidup

ak yang suka, Ust?" tanya Haki

ud Us

pesantren ruqyah Karang Pandan ini. Reza mendengarkan cerita Faza dengan wajah

tidak ada kejadian seperti yang Ustadz Hakim ceritakan barusan. Sama sekali tidak ada," jawab Reza, dia nampak berpikir lagi, "tetapi memang say

dan mencondongkan tubuhnya ke tubuh Reza.

lah ganteng tidak usah menyebar fitnah, Kim!)" seru Nufa --kakak Hakim yang juga adalah istri Reza-- dengan keras. Dia memukul bahu

ra-pura

da. Nufa tambah mengamuk, membuat suasan semakin ramai. Reza tertawa. Dia

*

ta Hakim tanpa menyela atau mengejek sedikitpun. Dan setela

lam seperti itu?" tanya Nuha untuk memastikan deduksi Hakim. Hakim mengangguk. Dia suka

perhatian orang, kan?" Hakim terkesiap mendengar pertanyaan Nuha, dia tidak siap kalau dia dibilang menuduh. Apalagi

berpa

an itu nggak, Mbak?" tan

dianggap tersaingi oleh keberadaan beliau di sini, kan? Nah, sekarang ketika kutanya apa kamu menuduh

mengirim sihir itu

*

teras malam itu, mereka berb

im?" tanya Maya. Naim memandang

Naim sambil melirik ke arah Maya dengan genit, "apakah ini berhubun

henti dulu karena ada seorang ustadz yang bertamu ke rumah mereka. Naim menyambut ustadz itu dengan

mpak ters

beratan, saya ingin me

*

lip cahaya kecil itu datang kembali. Dengan sukacita Salam menempelkan telapa

kai teman k

menc

awab Salam d

kamu

rus bermain-main dengan

*

tadz! Tungg

tinya yang bersiap hendak memakai alas kakinya di tang

yah dan menjadi tim ruqyah d

ersenyum samar, pipinya bersemu dadu dan Naim mulai curiga dengan apa yang akan dik

dang Naim d

, apa Mbak Alika sudah

*

dan keluar rumahnya. Ternyata di luar sudah cukup banyak ustadz ustadzah yan

an Naim di a

Mas? (Ada

za dengan wajah r

ihat bapak kemarin p

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY