ntai beberapa kali. Suatu gerakan absurd, yaitu berguling di lantai dengan sangat lincah, yang sepertinya tida
dengan wajah geli. Nurul Hakim menunjuk ke arah tubuh Tini sambil berkomat-kamit membaca ayat
egangi lehernya, dia seperti mencekik dirinya sendiri. Beberapa ustadza
i! Dia harus mati!" teriak Tini, dia memberon
ndiri dengan berusaha mencakar atau mencekik tubuhnya sendiri. Par
mengumpat dan memaki Nurul Hakim dalam bahasa Jawa yang kasar dan sangat tidak pantas didengar. Nurul Hakim hanya te
)" teriak Tini, dia menutupi wa
adz!" teriak Tini, "ak
balut kaus tangan. Dia mulai mendaraskan ayat ruqyah dengan suara yang cukup lantang da
turan dari gurunya ketika meruqyah, yaitu tidak berbicara dengan jin yang ada di dalam tubuh orang yang mereka ruqyah. Fiki mendes
m rumah, di pesantren dan peraturan dalam meruqyah. Hakim --panggilan Nurul Hakim-- mempengaruhi sepupu-sepupun
yah yang sepertinya kurang suka dengan peraturan, dengan penampilan yang berkebalikan dengan pena
dak pernah membicarakan hal itu lagi, sampai ketika Fiki tahu, bahwa anaknya memilih Faza sebagai gurunya. Hati Fiki langsung mencelos mengetahui hal it
melepas kaus tangannya di salah
i-mu mencarimu, kan?" tanya Fiki
g, makanya kucari mereka ke sungai," jawab Hakim. Fiki tertawa. Dia bisa membaya
u," gerutu Haki
i-mu mengira kamu bermain di sungai," ka
ak hal pada kami, Bi. Padahal kami su
b Fiki. Dia memandang anak laki-laki tertuanya itu dengan bijak. Fiki menunggu protesan Hakim, yang sepertinya akan mengatak
enangis, Bi " bisik Hakim pela
pa, Kim?" tanya Fiki pen
Huda, tetapi mereka berdua nampak tidak terlalu peduli, bahkan mereka berdua seperti akan tertawa, Bi. Mbak Nuha dan Mbak N
engaruh dan pemaksaan untuk mematuhi peraturan-- pada tiga adiknya dan pada ketiga kakak kembarnya. Tak heran ketika Hakim dimarahi i
a, Bi? Apa abi mau menerimaku sebagai per
ngan marah kalau nggak digaji, ya?" jawab
i belakang Fiki dan Hakim yang sedang tertawa. Me
Kim!" desis Salma gemas. Mat
segera berlari meninggalkan kedua orang tuanya
a beristirahat agar Hakim tidak kelelahan,
ter
arang Pandan, to?" tanya Fiki pada Salma sambil menggenggam tangan Salma. Sa
"istighfar, Ndhuk. Insya Allah semua akan baik-
menc
membuatku sedih!" seru
ove on' juga?" bisik
Nggak ada satu pun yang mirip dengan diriku! Semua wajahnya, terutama matanya mirip de
ki geli, "aku hanya berdoa agar anakku banyak dan aku diberi umur panjang --
ng dirawat oleh kakak dari bapaknya atau pakdhenya. Pakdhenya selalu menyayangi Fiki, tetapi Fiki merasa sedih karena Allah menghendakinya tidak memilik
nya mewarisi mataku, tetapi juga mewarisi keng
erbeda kiri dan kanan. Iris mata kiri Fiki coklat muda dan iris mata kanan Fiki coklat tua, dan semua anaknya memiliki mata yan
, dan menangkal rayuan orang-orang bermata heterokromia itu. Salma selalu luruh dalam
Fiki tahu, Salma pantas sekali marah pada Hakim, yang sudah dewasa dan malah bermain di sungai ke
k itu. Salma tersenyum geli, d
m itu ke sungai, Ust, tetapi juga karena satu
ingung. Salma mencebik jengkel melihat wajah Fiki itu, karena kada
sudmu," kata Fiki dengan pandangan bersungguh-sunggu
stadz baru di pesantren ruqyah Karang Pandan. Kalau menurut Salma, Hakim sangat ter
merebut reputasi ketampanannya?" potong Fiki
a, Ust. Putih, tinggi, tampan, baik hati, lemah lembut dan sangat cerdas. Ustadz
heran dan Fiki bertanya-tanya dalam hati, kenapa
ru itu, kan? Mana peduli anak satu itu tentang ustadz ustadzahny
n dan sepertinya ustadz baru itu sedang jadi bahan pembicaraan banyak orang di s
lah tingkah hanya karena menceritakan seorang ustadz baru di pesantren ruqyah Karang
ru itu?" tanya Fiki agak sebal
ya Fiki keheranan dan
jawab Salma. Fiki tersenyum geli melihat wajah Salma yang mero
Salma terkejut dan buru-buru bersikap normal, tetapi
Salma bercanda. Mer
asak dari tadi ustadz itu-ustad itu terus mang
mat Salam. Panggila
*
uda yang sangat putih kulitnya. Pria itu sangat tampan, bertubuh atletis, tinggi, besar, dan proposional antara tinggi badan dan berat badannya. Hakim yang kurus, merasa kurang nyaman kalau bersanding
Ustadz Salam," s
m." Mereka bersalaman dan sal
u mau pulang kapan? Kalau besok atau lusa abi dan
ananya Hakim memang mau pulang lusa," ja
ntuk cepat pulang, karena nanti Ustadz Faza galau kalau kamu kelamaan di sini," goda Nurul Ikhlash. Me
ra sendiri, Salam mendekati Hakim, da
engan Ustadz Reza yang menjadi asisten Us
, tampan dan cerdas. Pastilah menarik perhatian orang, terutama lawan jenis. Seperti contohnya sekarang ini. Dengan mudah Salam menarik
ntren. Hakim yakin banyak santri akhwat dan ustadzah yang sengaja mengintip Salam dari ke
*