itu, sesekali ia menyesapnya. Tanpa r
ela waktu luang unfik memainkan game drumnya yang b
baru menyadari kalau dompetnya
at ke kanan dan kiri untuk mencari barang berharga itu. T
mengingat kalau dirinya tadi berlari-lari di ja
ekilas, ia menelpon Asistennya untuk
ah kau mencari
kan. Kebetulan aku masi
ku sempat kepergok deng
nald sebelum dirinya menutup ponselnya. Ronald ini adalah Asisten p
ya terpejam, tiba-tiba saja ia menguap pelan. Sepertinya, dia
ng di maksud tadi sampai di kantornya atau
, ia meletakkan makanannya d
n bahu Benard, sehingga membu
--sorry aku k
las untuk menyadarkan dirinya sendiri. Pria it
ke mana saja coba heum?" tanya Rona
nya," desis Benard pelan, kemudian membu
elirik Ronald. Pria yang disampingnya hanya me
juga pasti bel
dengan pelan, dugaan Ronald mem
ini, sesekali mencari angin. Dari
lan, sesekali meminum jus jeruk yan
dengkusnya, sambil mengunyah makanannya.
nard sudah gila. Berlari dari serbuan wart
udah m
rutkan kenin
ak
engan cepat. "Serius, aku sudah
Lalu melanjutkan makann
keluar dari kantornya. Dengan memakai masker dan juga top
*
ongdae-P
u resort yang mempunyai fasilitas lengkap dan tentunya dekat dengan Pantai Hongdae. Mereka berjalan menelusuri l
mereka juga membalas dengan senyuman. Bukan ha
lau mereka tidak me
ini untukmu, dan seratus persen aman buatmu. Jadi, kau tidak p
yakinkan dirinya sendiri. Ron
a panggilan, buat dijadikan
na? Se
gkan kepala nya.
nya. "Kalau begitu kita sek
ald, menjajarkan jala
menganggukkan
nard," kata salah satu kar
g sangat unik. Dia memang sering menginap di mana-mana, tap
kolam renang, taman, dan juga tempat berbelanja. Di
nyuman kepada karyawan tadi yang sudah mengantarkannya.
bungkukkan 90 derajat, sebelum dirinya pergi d
ata bisa menatap pemanda
onald, sudah sibuk di luar dengan karyawan. Entah apa yang mereka bica
di dalam sana. Dan lama kelamaan ak
*
e di rumah sederhana itu. Kue itu bukan di makan sendiri,
ra sambil meletakkan kardus y
u Lastri memberi sebuah kertas yang bertulis
tpun ia langsung pergi dengan motor kesayanga
enambah kecepatan motornya supaya dirinya cepat sampai di tempatnya, tetapi setida
a jam k
ahnya tercengo ketika melihat restoran yang begitu mewah.
sepsionis yang berada di tempat sana. Tentunya suara itu membu
ue yang sudah di pesan." Adara m
ari kamar nomor 105. Tadi
gadis itu melanjutkan ja
inguk ke sekitar supaya tidak salah kamar. Tanpa basa-
angnya keluar," gerutu
! T
a keras. Lima menit, tidak ada yang mem
gan nada kesalnya, sesekali ia melirik
engan nada kesalnya ia dud
ba saja ada seseorang yang membukanya, siapa lagi kalau bukan Benard. S
annya, tetapi dia terdiam di tempat saat melihat
un pria itu. "Mau apa kau hah!" teriaknya s
ponnya, tanpa basa-basi p
ak
a tersebut. Tanpa basa-basi pria itu mencari kaos di lemari dan memaka
ara dengan nada tinggi, wajahnya
, lalu mengambil bingkis
sela-sela jarinya. Ia melirik dari sudut ma
Takut kehabisan pakaian di sini! Atau baga
an menatap gadis yang berada di hadapannya ini,
ng?" ucap Benard dengan wajah polosnya.
Benard dengan seksama. Mulutn
ra sambil menunjuk
au berada
adamu!?" ucap Benard tidak k
gannya ke mana-mana, sekilas ia melirik bingkisan tersebut.
a!" Adara hendak mengambilnya, tetapi B
i milikku," ucap Benard
emutarkan tubuh Adara, lalu mendoro
iak Benard, sebelum
ak
k badan lagi. Langsung saja ia men
bayarnya!" teriak A
bayar!" lanjutnya, masih setia mengetuk pintu tersebut dengan ker
angat keras. Pintunya terbuka, pria itu la
an? Lebih baik kau
gambil uang tersebut. Mata Adara di lebarkan, denga
ke belakang, sambil menju
an. "Dasar, tidak punya urat malu," ujar Benard sambil menggelengkan ke
si kue tersebut, lalu mencicipi
yang membuatnya?" gumam Benard, sej