n sikap saya kepadamu, bahwa saya mulai tertarik
karena pemandangan perut kotak-kotak Arjuna yang tak bisa dia hindari. Walau akhirnya, dia memang mengalihkan wajah namun Arjuna pasti terlanjur
da bicaranya masih datar dan sedingin es. Tetapi, Renata dapat melihat bahvwa pria itu peduli kepadanya, mulai dengan menanyakan kondisi tangannya pasca insiden itu, hin
lebih memilih untuk membenamkan kepalanya ke kedua lengannya yang terlipat di atas meja. Frustasi? Jelas saja, dia sangat frustasi, apalagi bayangan perut kotak-kotak dan senyuman A
mulai sebal melihat ting
il malah membalas denga
menggerak-gerakkan tubuh Renata
ongak dan melihat Imelda yang
nya juga kembali berdebar tanpa bisa dia cegah. Sosok Arjuna kini tengah berjalan santai memasuki kantin dan mengambil makanan kh
enata dan berbisik, "Kejadian lang
t, seluruh karyawan yang ada di s
?" tanya sang ibu pengurus
m kepada wanita itu, lalu berjalan untuk mengis
saja, jika Arjuna lebih sering tersenyum daripada memasang tampang galak dan dingin, tentu suasana dapur tidak aka
ak Arjuna punya senyuman yang ah... gue h
iarahkan kembali pada makanan. Imelda yang pura-pura sibuk dengan melahap suap demi suap nasinya, s
anya mendongak untuk menatap pria yang sedang berdiri di samping me
knya. Sumpah! Renata tidak bisa fokus saat ini. Masalahanya, Arjuna duduk tepat di hadapannya, dan tentunya dengan
Imelda yang berada tep
melda sekilas, lalu kembal
Bu Karmila tadi, mungkin dapur nggak terlalu tegang."
kepala dan memoloti Imelda. Bagaimana kalau pria itu menjadi marah? Lalu
ikkan satu alisnya s
.drrtt.
a yang berada di atas meja. Renata tahu, itu pasti pacar wani
engakhiri sambungan telepon, lalu beranjak berdiri dari duduknya. "Pak, saya permisi
l," keluh Renata sambil menat
una berdua. Udah ah,
ata yang dibuat kaku ketika harus berhadapan dengan pri
ruang ganti tadi. Renata juga membayangkan bagaimana kedua tangannya menyentuh perut sixp
nya otak lo kotor, di saat
Sesekali juga menggaruk tengkuknya karena rasa pegal yang tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya, dan dia
ih segelas minumnputih, meneguknya da
a pun telah tandas.
spon Renata dengan pertan
rjuna yang terkes
oleh Arjuna. Suara datar dan dingin pria itu membuat Renata sed
di pelipisnya. Hawa panas pun mulai menyeruak di kantin tersebut. Bagaimana tidak panas, chef jacket yang dikenakan Ar
emandangi wajah Renata yang benar-bena
ak, saya baik-baik
il Arjuna deng
ongak dan terpaksa har
saya
Renata pun bangkit dari duduknya, lalu berlari meninggalkan kantin t
di pria yang paling bodoh, karena tidak bisa membuat Renata peka terhadapnya. Ya, Arjuna akui sekarang, bahwa dia mulai tertari
☆
amnya. Dan kembali bekerja seperti biasa. Tak lama kemudian,
menyadari kalau Arjuna meliriknya sekilas. Pria itu masih tetap tampan dan seksi walaupun sudah memakai apron dan memeg
i tengah membuat ayam taliwan
enata, walaupun sebenarnya dia merasa sed
ryawan yang ada di dapur tersebut ikut panik,ntermasuk Arjuna. Pria itu langsung menghampiri Renata yang sudah pings
ggendongnya. Namun karena rasa pusing yang begitu mendominasi kepalanya, Renata menyerah, membiarkan diriny
di belakang Arjuna, raut wajahnya juga tampak sama cemasnya. Begitu melihat Imelda, Arjuna berusaha b
bekerja," perintah
linik yang men
disi Renata," bantah Imelda, yang
a. Dan jangan membantah. Ini masih jam kerja!"
sa kondisi Renata. Setelah lima menit, dokter i
juga akannsegera pulih," jelas dokte
cantik meskipun dia sedang terlelap. Lalu pandangannya bergerak menuju bibir mungil wanita itu, sangat s
egitu menggoda. Payudara wanita itu terlihat besar dalam balutan chef jacket-nya yang begitu ketat. Hingga pelan
Arjuna, kontan menar
ria yang berusaha mendapatkan wanita pujaannya. Ya,nDirga mulai mengakui bahwa Renata adalah wanita pujaanya saat ini. Namun, apakah
keluar. Mengingat Renata tadi tidak memakan apapun, Arjuna berinis
amping ranjang tersebut. Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu. Karena terlal