i ujung bibirku yang bengkak akibat penga
sini. Berbagai macam perlakuan kejam dan
ngkus biskuit dan dua liter air mineral. Tak ada makanan berat, kecuali nasi yang kadang sudah agak basi
tal yang dilakukan penjahat itu. Sudah empat kali ia menggauliku dengan kasar dan menyakitkan. Badan
r? Mau biskuit?" tanyaku, a
jawab. "Nanti aja sama
puk punggung Melina. Anak sulungku itu memang telat
eret Mama keluar, Andra akan lawan. Andra ak
sah Sayang, nanti malah kamu yan
takut. Andra kan anak laki-laki,
tu, soalnya dia jahat biarpu
pintu terbuka. Lelaki itu lagi-l
ar dan meninju perutku berulang kali. Bibirku yang t
Makanan yang sangat sedikit dan tak layak untuk dimakan me
ku berusaha menggapai apa pun yang ada di sekitar,
an lelaki itu berteriak saat Andra menggigit tangannya. Ia melepaskan kakiku, ku rasa emosinya terpancing
aku berusaha bangun. Mendekatinya yang kini sedang menginjak-injak perut dan kepala Andra dengan ganas.
Aku memeluk Andra yang sudah tak bergerak, sepertinya ia pings
ungi tubuh Andra. "Hahh...!!! Bikin nafsuku
Andra, ia sama sekali tak bergerak. "Andra, Sayang Mama... Ban
t merasa sebuah keadaan di dadanya yang aneh. "Ya Allah, apa tulang rusuk Andra patah? Kenapa seperti ini?" pikirku. Aku meraba tulang rusukku sendiri. Ben
*
um begitu sadar. Dan badannya panas. Matanya yang tidak tertut
t, agar mendapatkan pertolongan secepatnya karena aku sangat yakin kalau Andra banyak mendapatk
Andra. Menangis tanpa mengenal wakt
ra. Janji ya sama Mama, Andra akan sembuh." Hanya kalimat itu y
an yang sangat kecil saat baru saja aku terlelap. Aku me
anya di pangkuanku. Sementara Nurul yang
ndra mau apa? Mau makan bis
kata pun yang keluar. Ia hanya menggerakkan tangannya, cepat kutangkap dan kugenggam. Seulas senyum ia perlihatkan. Apa ini? Kenapa aku merasa dia seolah-olah menga
teriak seperti orang gila, saat kulihat Andra menutup matanya perlahan dan tak lagi kulihat pe
aku sendiri. Tak kupedulikan rasa sakit di badanku setiap kali aku
ena kepergian Andra untuk selamanya. Atau mungkin karena keduanya. Melina yang m
bisa biarkan orang istirahat apa
besar dalam diriku. Karena dia, anakku meninggal.
ya!!" aku terus mengamuk seperti orang gila. Ia tak membalas pukulanku,
. Ia pun sepertinya tak menyangka kalau Andra akan men
Kembalikan anakku ka
*
k gini? Belum apa-apa kamu udah bunuh anaknya." Kudengar seorang wanit
. Aku nggak sadar,
ihara. Bereskan kekacauan ini! Kuburin t
Emaknya ngamuk
asa' hal kayak gini
aku kubur
Aku mau pergi dulu, u
, ba
menjauh. Dan lelaki bernama Redy itu be
uburin anak kamu. Udah jadi
pontan terlonjak ke belakang. Namun tak lama ia kembal
pergi!" kataku sambil meme
mu itu udah mati! Lepaskan tang
ingga aku mendapatkan sebuah tampara
Anakmu ini udah empat hari mati. Baunya menganggu banget, dan aku nggak mau
taku meleleh. Aku ingat, Andra telah pergi. Dan memang kini sud
ia menggulung tubuh Andra den
ah beri waktu empat hari," katanya sambil meletakkan
ndak keluar dari kamar. "Tolong kuburkan ia dengan