dan sedikit liptin di bibirnya, Rena mulai mengatur na
uasana hatinya saat ini. Setelah yakin untuk turun ke bawah menemui Papinya, ia pun
i amukan papinya sekarang. Dan h
tetap selalu merapalkan doa, berharap keaj
Baru saja langkahnya sampai di tangga tengah, ia sudah mendapat lirika
elangkah. Namun apa boleh buat, ia tetap harus m
menyesap minuman. Sepertinya hidupnya akan tamat hari ini. Karena san
duk Rena merinding seketika. Ia terbayang akan amukan murka papinya. Apalagi melihat wajah pria pal
nafasnya pelan sebe
ucap Rena
a itu dingin tanpa
engerikan,
tahu ini siang ,lo malah sapa
ya. Pria itu hanya membal
cuek padanya. Terbukti kini Maminya itu
. Sebenarn
sambil memperlihatkan kunci mobil yang ada di ta
ar sebagai mainannya. "Iya Pi.." Jawab Rena pelan. "Me..memangnya ada apa pi sama kunci itu?" Ren
Papi. Mobil ini ia jemput kemaren k
L
h tak ada untungnya ia perhatikan. Namun cukup terlihat bagus untuk saat ini. Karena jika harus mena
us saat Rena mengangkat kepala dan hendak protes, "Dan m
Rena langsung melotot kaget saat ia mengingatnya. Bahkan jika ia tak cepat sadar, bola matanya mungkin akan nyar
? Pernyataan
mana harus sama si cowok tengil, Ervin. Dan lagi, apa papinya tak bisa cari yan
da tampan-tampannya sama sekali. Bagaimana mungkin papinya bisa meminta E
gajukan protes. Siapa tahu sa
nggak ad
amu mau saingan sama siapa
papinya, "Tak ada alasan. Tiap kamu ingin pergi, kam
ni. Rutukny
gimana di kampus. Bisa malu Rena kalau dikawal sama Ervin
enapa? Kamu belum
sama si gendut itu. Bisa m
in sendiri belum tentu naksir sama kamu. Anak gadis kok suka ke diskotik..
nanar. Ia juga tak akan suka sama Ervin. Cowo
rnanya, gemuk, rambut keriting. Oh noooo. Nggak kebayang kalau ia harus kema
n-temannya, ia akan ditertawakan.
tap papinya denga
at.." Ter
ikit meninggi, "Kemaren kamu mabuk. Beruntung Ervin bisa nemuin kamu di tempat laknat itu. Kamu nggak sadarka
? Ervin yang bawa Rena pulang? Iiiihhh, tubuh Ren
alagi saat tahu fakta bahwa Ervi
mah dan kantor papi, kenapa harus Ervin. Lag
ai pria gendut itu begitu saja. S
*
Ren
Ervin. Nggak ada sanggahan lagi.." Renata kembali menarik ucapannya saat kalimat
i. Siapa tahu mami tercantiknya itu mau membujuk sang papi. Namun
cemilan di atas meja ketimbang sang
berjalan keluar rumah, "Mau kem
epan. Telpon Ervin ju
ata sungguh membuatnya naik darah. Beruntung ia memiliki is
papi sakit." Uc
i kenapa kelakuannya lebih heboh dari abangny
Ervin. Siapa tahu Ervin bisa mengajarkan
ng. Beruntung papi punya istri seperti mami."
minta Ervin untuk mengawasi Renata, anaknya itu bisa berubah dan patuh dengan peraturan yang ada. Beru
◊
dorong dan langsung berjalan menuju rak cemilan. Dengan kesal, ia menarik banyak cemilan dan
t banyaknya cemilan di dalam keranjang belanjaan
disana tanpa mengira. Berbagai merek dan harga ia turunkan semua dan melemparkannya ke dalam troli
tumpukan cemilan di keranjang dorongnya membuat orang-orang melirik takjub pada
na harus melewati tujuh pembeli dulu
sekarang sambil menunggu gilirannya membayar, Rena selalu merapalkan doa berharap kart
nunggu kasih menghitung makan
puluh dua ya kak.." ucap sang kasir
. Dan ia bisa bernafas lega setelahnya karena kartu debit ya
i ia pakai, dan menenteng semua belanjaanya yang banyaknya tak kira-kira. Renata bahkan membawa nyaris tujuh kan
i rumah ia dimarahi papinya, di sini plastik-plastik
tadi mengklip bagian tengah plastik, jadi belanjaan Rena tak berhamburan keluar. Ia menatap nanar s
h ban
ti saat ia melihat sosok yang sama sekali tak i
sok tersebut. Pria itu sangat tampan. Namun di
" ucap Rena marah. Ia sudah kesal dit
ak kena
pitkan matanya mel
ngan banget
njulurkan tangannya, "Kalau lo nggak kenal Gue, okelah kita kenalan lag
e
lanya pusing. Ia menatap tak p
in ini Ervin. Ervin itu ge
ng kenapa gue ngg
mengangguk memb
a
k selamanya orang terlihat sama s
APIIII! CU