sti aku sa
a melihat jam di pergelangan tangannya, lalu membalikkan badan untuk segera keluar dari
h ... jangan
mengigau. Terlihat keringat keluar dari pelipis, alis yang menaut serta dahi yang mengerut, bi
ya lirih, mendudukkan dirinya ke tep
t. Jayden reflek tersentak. Dengan mata terpejam, gadis itu berucap untuk tidak meninggalkannya pergi. Beru
uat. "Tidak. Aku harus pergi dar
tidak peduli. Ini keputusan yang baik dari pada ia berakhir melakukan hal gila di luar akal sehatnya. Jayden
is Jayden yang sekarang sudah ber
asuk. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Agatha meraih ponselnya yang berada di saku celana
masuk pagi, loh! Awas saja kalau kamu sampai t
a' itu dengan tatapan lelah. Sang sahabat satu-satunya yang ia punya selama di kampus, teramat
i sini. Seingat Agatha, di sebelah ranjangnya tidak ada nakas, melainkan meja belajar. Dan juga
ar, lalu menatap ke sekeliling yang terlihat
!" pekik Agatha yang kem
aku ada
Ruangan yang luas. Terdapat dapur, kamar mandi, meja makan, hingga ruang TV. Ini jelas bukan kos-ko
umam Agatha bingung. Ia mendudukkan
pusing, kemudian dua orang datang entah untuk apa. Dan Agatha tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Kalau benar ia telah dijebak
masalah, siapa yang
isa menyewa tempat ini hanya untuk
-lama di sana. Agatha tidak mau ambil pusing, yang terpenting tubuhnya masih selamat dan tersegel, ia memutuskan untuk melu
melihat pintu yang bernomor. Lantai yang ia pijak sangat kinclong. Tetapi Agatha tidak mau terpesona lama-lama, i
ka dilerai oleh seseorang atau satpam. Agatha juga ber
lakukan pada bajuku?" bentak seo
an kepala sambil memegang stik es k
ni!" Wanita mengenakan dress pendek se