erdebat, tapi belum menemukan kesepakatan. Meyakinkan lelaki yang berstatus
n mata berkilat marah. Tak ia sangka kalau gadis yang sangat ia cinta
ku lakukan demi masa depan kita. I
akan bekerja keras. Kamu nggak perlu memaksa aku untuk melakuk
yang sesuai dengan keinginan aku. Kamu kerja siang malam dalam lima tahun aja belum tentu terkumpul uang segitu. Aku nggak m
Bapak kamu Yesi. Aku in
n maksud kamu?!" potong Yesika. " Se
uma mau kamu tahu kalau aku nggak akan membuat kamu menderita. Aku bukan
uga perlu berkorban dan perlu modal
, aku yang kamu suruh tanggung jawab. Kenapa nggak
sederhana itu, Roby,
tapi aku selalu berusaha agar kamu bisa mendapatkan keinginanmu selagi aku mampu. Tapi, kenapa sekar
maksud kam
ga mencintai
aku. Ada-ada aja pertanya
an lain hanya karena uang? Apa nggak ada sedikit pun rasa cem
ru kan? Karena kamu kan nggak cinta sama dia, dan n
pi.
ak mau, aku anggap kamu y
egois dan memaksakan apa pun kehendaknya. Hanya saja kali ini ia merasa tak
ggak ngomongin hal ini lagi," tegas Roby. Ia berdiri dan berjalan membelakangi
korban pemerkosaan. Kalau nggak ada yang men
sil membuat Roby men
*
suki pintu sebuah restoran cepat saji di sebuah Mall yang
ken di Mall. Kalau kamu mau ketemu dia, langsung datangi
u langsung secara pribadi dengan orang yang akan menikahinya setelah Yesika memberitahu kalau teman
u harus menyelesaikan semua sendiri. Tangan dan kakinya sudah gemetaran. Ia selalu merasa grogi setiap akan
apaan ramah wanita di belakang me
ng terlihat hanya ada beberapa meja yang terisi. Ia mencari sosok Roby. Ia sama s
tnya sekelompok gadis yang masuk, seumuran anak
gadis SMA tadi terdengar sekilas di telinga Silia, membuatnya me
kata Mbak Kasir yang kemarin, har
njang sebahu dengan heboh memberi isyarat pada teman-temannya. Se
h dan rambutnya. Sosok bernama Roby yang dilihatnya, sedang berjalan denga
l yang tinggi tegap. Sebuah topi berwarna hitam yang sepertinya merupakan pelengkap seragam kerja, menyempurnakan penampilannya. Wajahnya manis, dengan
olah Dasar. Kepribadiannya yang tertutup dan penampilannya yang biasa saja, membuat Silia tak pernah dekat
terdengar bisik-bisik anak SMA yang sejak ta
a ia benci sekali melihat anak-anak
mbarangan tanpa sepengetahuan orangnya. Nggak
pa sih tuh nenek-nenek? Sok ngatur. Di
dibilang nenek-nenek?
perempuan modelan kayak gitu. Nggak seimbang, hihihi." M
ang kotor," salah satu gadis itu m
an gaya centil. Roby hanya mengangguk dan tersenyum. Tapi tak menga
ilia tersenyum senang. "Su
tidak tahu bagaimana cara memulai untuk berbicara dengan Roby. Silia
otor?" Silia memberanikan diri. Roby hanya tersen
ilia kembali memanggilnya. "Bisa bicara sebentar? Saya... Saya temannyerdiam. "Sekarang aku masih ada jam kerja. Kalau ma
am 1 siang. "Saya... Saya tunggu di
k dan meninggalkan Silia y