ornya. Dia bilang habis dari warung membeli rokok. Sementara aku baru saja selesai menga
kut acara di TPQ? Ini kan acara Mau
enaikkan bawahan mukena yang tadi sempat melorot. "Sayank pergi em
orang tua nggak ada yang datang sa
ben.
tum
kubilang untuk kepentingan anak-anak. Selalu saja ada alasannya. Tapi sekarang, kok kayak
a dan Ola juga mengaji di TPQ yang sama dengan anak-anakku. Dan Riya suda
Kan harus ada salah satu wali murid yang hadir, kare
ukan itu alasan sebenarnya
kotak nggak?" tanyanya s
duk di kursi ruang tamu yang menghadap langsung ke jalan depan rumah.
ucium wangi aroma parfum menyengat yang baru saja ia semprotkan ke badannya. Di depan sana, kulihat
g pertemuan mereka setiap suaminya pergi shalat. Kalau memang
ambil mencium punggung tanganku. Aku k
Katanya sebelum
et turun? Bukannya acar
sok." Katanya , dan aku tahu itu hanya alasan. Dia pa
e kiri, sementara rumah Riya di sebelah kanan rumah kami. Aku masuk dan menutup pint
rah yang berlawanan. Aku berlari ke kamar anak, men
menghentikan motornya di sana. Ia sempat menoleh kanan kiri, sep
li ini, mataku mulai berair. Entah, kenapa saki
ain? Apakah aku bodoh? Apakah aku datangi saja ke sana? Tapi sanggupkah aku menemukan kenyataannya? Apakah aku bisa menghilangkan trauma seanda
ke kamar lagi sambil menutup mulut dan menangis. Sakit sekali. Suamiku sekarang sedang bersama
ui celah kecil jendela kamar anakku, memastikan kembali keberadaan Bang RoniV. Ku telfon nomor Bang Roni, aku harus menyuruhnya pulang. A
easyik itukah mereka berciuman sampai-sampai Bang Roni tak mendengar panggilan telepon
g karena kulihat ada beberapa orang yang keluar dari masjid tak jauh dari rumah kami. A
r saja, tak lama Bang Roni keluar dari rumah Riya dengan terb
enikmati bibir suamiku? Apakah Riya begitu menyukai Bang Roni dan tergila-gila padanya saat melihat bag
t memperhatikan penampilan. Gayanya yang seperti anak muda meski sudah memasuki pertengahan usi
uar? Udah shalat Isy
ngis lagi. "Dari mana? Katanya tempat Mas Indra. Kok malah keluar
orangnya nggak ada. Nggak lama Riya nelfon nyuruh aku k
pa
ng plastik hitam kecil. Kuambil dan kulihat
Bang Roni dan memintaku untuk membiarkan setiap kali mereka bertemu. Jadi, ini adalah bayaran untukku? Satu kilogram gula? Segitu saja harga yang ku terima
ket
sama dia makasi
a yang bilang, kan
ti aku chat d
" tanya Bang Roni, ia baru saja meng
ngkat. Keasyikan kali." L
apa?" tanya
ng Sayank tadi l
u silent. Jadi nggak kedenga
pandai berbohong. Dan aku sengaja berpura-pura tak tahu.
TPQ langsung p
as Indra dulu. Kan tadi
g malam lag
sebentar aja.
a. Takutnya Sayank izin keluar, Cuma biar bisa bebas chat an dengan s
apa lagi sih.
bil menyalim tangannya. Kode agar ia segera pergi. Sung
rti biasa, langsung pergi menuju arah TPQ. Tak lama, kulih