img Merebut Hati Suamiku  /  Bab 7 Cemburu | 19.44%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Cemburu

Jumlah Kata:1306    |    Dirilis Pada: 18/12/2023

u fokus menderas mushaf. Sesekali Gus Aaraf akan membenarkan bacaan

k kuliah, aku sudah me

akkan mushaf tanpa be

n kamu, karena aku nggak mengizinkan kamu pergi s

dulu kalau begitu, Gus. B

enggeleng,

an siangn

n, banyak juga yan

begitu, Gus. Saya cuma khawatir

sarung itu meletakkan ponselnya, netranya m

ecil, Kay. Kamu nggak per

ndengar ucapan sarkasnya. Yeah! Lagi-lagi aku har

f, G

a-ada saja!" ketusnya seraya kembal

a banyak setelan kemeja formal dan jas di dalamnya. Tangan

rgeming. Ada sakit saat diabaikan olehnya, tetapi juga ad

*

ngan baju yang ku siapkan semalam. Pria tampan itu semakin berwibawa saat mengenakan setela

uin kamu, ya, Nduk. Jadi ka

hari pertama nggak

pi sayangnya dia malah terlalu sibuk sama peru

. Biarkan putra ki

f nurut menjalankan pabrik, pasti Abah nggak akan capek, dan b

an pikirkan macam-macam, karena Abah dan Umik harus selalu seh

an yang bertolak belakang, sehing

i selama Abah mengurus pabrik, tolong kamu temani Umik. Abah juga kasihan k

patuh, "doaka

nya menggumamkan doa. Sesekali ujung netraku meliri

ay berangkat du

k. Hati-h

dengan hangat, kemudian tanganku mengulur menyalami Gus Aar

ksudnya

s?" tany

aja berlagak seolah menenangkan Abah yang tenga

perti itu, Gus. Saya cuma menyampaikan apa yang telah saya sepakati k

dapatkannya dari aku, kamu mengambil perhatian Abah dan Umik. Lal

suk gendang telingaku, bahkan lelaki itu memeloto

ik?! Kamu bilang kalau rumah tangga kita lagi nggak baik? Kam

h saya nggak melakukan seperti

ini karena permintaan Abah 'kan? Pantas saja sikap ka

engan lelehan air mata yang merembes turun membasahi pipi. Dia langs

kan hati mertua seperti perintah orang tuaku. Namun Gus Aaraf salah paham, di

t hubungan kami

*

c Univ

kkan pukul sebelas siang, itu ar

ya baru lihat?" tanya Pak Devano, Dos

aya pindahan

ngenalan 'kan?" tanyanya lagi dan aku h

ngga aku juga memilih kembali duduk ke kursiku. Masih ada beberapa teman di kelas i

kamu s

la Chand

teman-teman yang akan membantu kalau kamu bingung dengan beberapa

k. Terim

lu. Oh, iya ... kamu juga boleh kalau mau tanya-t

k, P

u tadi menerangkan materi. Aku rasa ini adalah pembicaraan pribadi, buk

ahnya. Bibirku selalu mengulas senyum saat berpapasan dengan maha

ak Ilham ke mana

tetapi nihil. Bahkan saat aku menghubungi P

I

ah belakang. Ternyata sebuah mobil dan aku baru

gapain,

amku saat kaca mo

iri celingak-celinguk d

ungguin jem

reng sa

up di depan dada, "tidak, Pak. Makasih sebelumnya,

siang juga. Memangnya kamu nggak lapar

Pak. Maaf!" t

dari mobilnya, tetapi tiba-tiba sebuah tangan mengge

kenapa Anda masih memaksa?!

gai penolong. Ia tidak membiarkan Pak Devano menjawa

enutup pintu mobi

e arahku. Tangannya sibuk memasang seat belt, sep

pa, Kays

di kelas

rang, tidak seharusnya kamu dekat-deka

tu masih datar dengan rahang mengeras.

aki lain! Jangan lupakan satu hal, Kay! Kamu

angguk dengan

? Kamu

Kamu 'kan tanggung jawabku, kalau kamu dekat-dekat sama laki-laki lain dan ak

h ...,"

k gini? Ih, tapi kenapa aku gemes, ya, sa

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY