e tahu jika aku
bu dan anak, apalagi usiamu masih muda jadi Tante rasa harus membantumu." Wanita itu meraih tangan Alessa kemudian menggengamnya. Dia menatap Ales
berprasangka baik terhadap orang yang baru Ia temui. Keadaa
ernah merasakan hamil oleh pacarku diusia muda kemudia
Alessa, Tante, maaf jika sempat meragukan kebaikan Tante." Alessa menun
rkan helaian rambut panjang hitam Alessa ke pinggir telinganya. "Kamu harus istirahat dan makan
aku tak menyangka sampai hamil anak dari Pria yan
ap bahu Alessa dengan lembut. "Nak, jadi
pertahankan kesuciannya dan masa depannya juga. "Aku sudah menodai diriku sendiri, Tante, parahnya aku malah ham
anmu atau mengugurkannya?" Julia bertanya p
k lama Alessa menginginkan keluarga yang bahagia. "Meski semua ini karena kesalahanku, aku tetap mempe
ah, betapa mulianya pilihanmu." Julia tersenyum kecil sembari membelai rambut h
seperti ini dalam hidupnya. Julia memperbolehkannya masuk ke dalam rumah bahkan Ia dilayani oleh pelayan. Alessa
a. Ia sudah duduk di salah satu
ulia. Alessa tergiur menatap berbagai macam hidangan makanan yang lezat. Perut Alessa
a, makanlah sepuas yan
yang lembut. Alessa melahap makanan yang terasa nikmatnya itu. "Ena
ak menyentuh makanannya melainkan memerhatikan Alessa yang sedang laha
a yang terbatas. Alessa memang sesekali membeli cokelat itu pun harus me
li menegak wine dari gelas kaca saat Pelayan tiba membawakan nampan berisi satu potong pie apel yang di
l. Alessa langsung menyantap pie apel tanpa ragu. Rasa manis langsung menguar dilidahnya tapi tak lama mulut hingg
adis naif yang diracuni oleh apel yang diberikan oleh nenek tua tak berda
heran. "Kenapa Tante menceritakan ki
an madu." Julia terkekeh pelan dengan kepolosan Alessa. "Sehabis makan,
Tante atas semuanya, Alessa mala
a tadi. Ketika di luar ruang makan. Julia menghidupkan satu batang rokoknya kemudian menyesap puntung rokok dengan pelan. "Anak itu tidak curiga memakan makanan
aksi selama tiga puluh samp
siapa pun membebaskan Gadis bodoh itu jika reaksi obatnya mulai bekerja."
gkuk patuh. "Baik, Nyonya." Pria i
nyeringai tipis. "Menyingkirkan satu lalat penjilat, bukan apa
elayan. "Silahkan, Nona," ujar Pria itu. Dia membuk
ma kasih," sahut Alessa
sulit diartikan. Dia harus menjalankan niat licik tuannya untuk mencelakan gadis
k, aku sudah kenyang dan
mberimu kekuatan," ucap Pria itu seraya menutup pintu kamar
sih ada orang yang baik padanya. "Nak, nanti Ibu akan bekerja agar tidak menumpang pada Tant
rdetak pelan detik hingga menitnya. Alessa mulai merasakan sensasi nyeri pada perutnya. "Sakit, aduh
kasur tapi kedua kakinya jadi lunglai untuk menompang bobot tubuhnya sendiri. Nyeri dari perut terasa menusuk-nusuk. Alessa
a ada darah dar