/0/15858/coverbig.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6)
Saat remaja Alessa Camelia Amarei digadangkan memiliki masa cemerlang sebagai figure ice skating tapi ketika dewasa masa depannya malah harus kandas karena dipaksa oleh ayahnya untuk menjual dirinya kepada pria misterius selama satu malam dan membayarnya dengan mahal. Semua itu dilakukan untuk membayar hutang-hutang kalah judi ayahnya yang menumpuk. Keesokan paginya, Alessa buru-buru meninggalkan pria itu sebelum dia bangun. Tiga minggu setelah kejadian malam itu. Alessa dinyatakan positif hamil. Alessa yang malang justru diusir oleh keluarganya. Alessa yang kebingungan hanya bisa hidup luntang lantung hingga seorang wanita baik memungutnya. Alessa yang naif semula hanya percaya tapi dia menghantarkan hidupnya pada penderitaan baru. Wanita yang menolongnya justru menjebak Alessa hingga keguguran janinnya. Waktu berlalu Alessa yang menjalani hidup yang baru bertekad membalaskan dendamnya oleh Pria kaya raya yang memiliki reputasi baik dari keluarga Heide. Alessa yang membawa dendamnya justru sengaja mendekati Jovian Arsenio Heide, pria yang tak lain menikmati malam bersamanya hingga membuatnya hamil. Tak disangka Jovian malah meminta Alessa jadi istri kontraknya agar bisa menghindari wanita-wanita yang ibunya jodohkan. Usai menikah semua anggapan Alessa terhadap Jovian sirna. Jovian justru memperlakukan Alessa dengan baik dan terhormat tapi Ibu Mertua yang kejam itu selalu jadi penghalang bagi Alessa yang senantiasa membuatnya menderita, apa lagi hadir sosok wanita lain yang terobsesi pada Jovian. Apakah Alessa tetap membalaskan dendamnya atau justru terbuai oleh perlakuan manis Jovian?
"Ingat ya say, kau harus memuaskan pelanggan kita karena Dia sudah membayar kontan pada bapakmu," ucap Wanita berpakaian seronok pada gadis muda yang bertampang lugu itu.
Gadis itu mengangguk patuh tapi tampak gelisah. Dia merasa tak nyaman bahkan sesekali menutupi kedua lututnya yang menggunakan rok mini itu. Gadis itu menarik ujung rok menutupi kedua kaki jenjang yang putih itu.
"Jawab kalau mengerti!" Bentak Wanita dengan riasan tebal itu pada si Gadis itu.
"Iya, Madam," sahut Gadis itu.
"Gih, ke kamar soalnya tuan itu sudah sampai di kamar pesanannya," suruh Wanita paruh baya itu.
Gadis muda bermata cokelat terang itu berjalan dengan gugup menuju sebuah kamar VVIP yang dijaga oleh dua penjaga berjas hitam. Dia memegang gagang pintu kemudian mendorong pintunya. Di sana sudah ada seorang Pria yang duduk bersandar di sebuah sofa. Kepalanya bersandar di ujung sofa kemudian wajahnya menegadah menatap langit-langit kamar hotel.
"Cepat, puaskan aku," perintah Pria itu.
"B-baik, Tuan." Gadis itu berjalan kaku mendekati Pria itu. Dia duduk berlutut di depan sang Pria. Gadis itu hanya memandanginya karena tidak memiliki pengalaman. Gadis muda berambut hitam ini bahkan terpaksa menjual dirinya karena bapaknya.
"Apa-apaan ini! Kenapa kau diam saja!" bentak Pria itu.
"Kumohon, Tuan, aku akan mencobanya lagi."
"Ya, seharusnya memang begitu karena aku sudah membayarmu dengan mahal."
Sang gadis yang duduk berlutut di depan Pria yang tengah duduk di sofa mahal itu. Wajahnya memerah malu, belum lagi kedua matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis. Dia menyelipkan helaian rambut yang jatuh mengenai wajahnya ke daun telinga. Kedua tangannya gemetar ketika menyentuh kedua kaki Pria itu. Perlahan-lahan mendekati Pria berambut Pirang itu.
"Kau benar-benar," decak Pria itu sembari meraih rambut hitam panjang Gadis itu dengan kasar. "Jangan bersikap seolah kau gadis perawan!" bentak Pria itu.
"Ampun, Tuan," ringgis sang Gadis seraya memengangi tangan kanan Pria itu yang tengah meremat seluruh rambutnya. Gadis itu nyaris saja menangis tapi dia berusaha menahannya.
Sang pria bermata biru menatapnya dengan tajam. Dia melepaskan rambut Gadis itu tapi menggantinya dengan mengangkat tubuh Gadis muda itu kemudian melemparnya ke atas ranjang kasur. "Jangan harap untuk merengek seperti gadis baik-baik, ingatlah, aku sudah membayarmu untuk malam ini." Pria itu berbisik di daun telinganya.
Sang gadis tak berdaya berada dalam kungkungan Pria itu. Dia hanya terisak dalam diam membiarkan Pria itu menggerayangi dirinya. Pria itu tak melewatkan bagian darinya justru melahap setiap inci dari Gadis itu. Sang gadis hanya bisa terus berharap jika pagi segera tiba agar semua malam penderitaannya berakhir.
Pagi pun tiba bahkan mentari masih malu-malu menyapa hari. Sang gadis terbangun kemudian menatap ranjang kasur yang sudah berantakan. Dia juga melihat sprei putih yang terdapat noda kemerahan. Gadis itu kini melirik Pria bertubuh kekar bertelanjang dada yang masih pulas terlelap dalam tidurnya. Gadis itu beranjak pelan-pelan dari kasur karena tak mau membangunkan Pria itu kemudian memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia berjalan tertatih-tatih kemudian buru-buru keluar dari kamar ini.
Matahari yang baru terbit bahkan udara masih dingin. Lalu lalang kendaraan masih sepi di jalan raya. Sang gadis tertatih berjalan dipinggiran trotoar. Dia memberhentikan sebuah taxi kemudian membawanya pulang ke rumah. Raut wajahnya berantakan sama seperti tubuhnya. Dia tiba di sebuah rumah kontrakan. Gadis itu buru-buru masuk ke rumah kemudian langsung berjalan ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya.
Air dingin yang mengguyurnya tak Ia perdulikan. Dia menggosok tubuhnya dengan kasar berulang kali berharap semua sentuhan Pria itu akan bersih darinya. Berkas kemerahan menjadi corak pada kulit putih bersihnya. Gadis itu terisak karena melepaskan kesuciannya dengan cara seperti ini. Dia pun sembari meruntuki nasibnya. Lima belas menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan raut wajah kusut. Gadis sudah memakai pakaian barunya.
"Alessa, untung saja, berkat dirimu hutangku terbayarkan," ucap Pria paruh baya sembari menepuk pundak Gadis itu. "Lain kali, hiburlah pria-pria kaya seperti itu dengan baik, tadi malam Kamu sempat diprotes tapi untung saja uangnya sudah masuk ke rekeningku." Pria itu berucap sambil duduk di kursi kayu kemudian menghidupkan televisi.
"Alessa, buatkan Bapak kopi," suruh Pria itu tanpa memerdulikan keadaan Alessa.
"Baik, Pak." Alessa mengangguk patuh. Dia pergi ke dapur untuk merebus air dan membuatkan kopi seperti yang ayahnya inginkan.
Pranggg! Ketika membawa secangkir kopi panas. Alessa tak sengaja menjatuhkan cangkir itu sampai membuatnya pecah dan berserakan di lantai. Alessa buru-buru membersihkan pecahan kaca dari cangkir itu. Saat Ia sedang membereskan pecahan kaca. Seorang Wanita paruh baya baru tiba di dapur.
"Alessa, dasar bodoh!" Wanita itu membentak Alessa sembari melayangkan pukulan pada wajah manis Alessa. "Kau memecahkan cangkir mahalku, dasar anak tidak berguna!" hardik Wanita itu.
"Aduh, ampun Bi, Alessa tidak sengaja," ucap Alessa sembari melindungi kepalanya.
"Tidak berguna, bapakmu, dan kau, sama-sama benalu di rumahku!" omel sang Bibi sambil memukuli Alessa dengan ujung penyapu. Puas melampiaskan amarahnya dia malah menyuruh Alessa lagi.
"Hey, apa kau mau diam saja!" bentak Seorang Wanita paruh baya. "Cepat jual dagangan itu, dasar pemalas," perintah Wanita itu sembari beranjak pergi meninggalkan Alessa sendiri di dapur.
"Baik, Bi." Alessa mengangguk sembari memengangi kedua kakinya yang sudah penuh dengan lebam. Alessa berdiri dengan perlahan sembari memengangi dinding. Alessa membuatkan kembali kopi untuk bapaknya. Setelah itu Alessa pun mengangkat dua buah keranjang berisi makanan camilan yang dibuat oleh bibinya. Alessa setiap hari menjual camilan itu ke kampusnya sembari berkuliah.
Alessa mengangkat keranjang makanan yang berat itu menuju halaman rumah. Alessa berjalan dengan pincang karena semasa remaja mengalami cedera pada kedua kakinya. Dia meletakkan dua keranjang ke motor maticnya. "Tidak apa-apa, hari ini pasti laku," ucap Alessa menghibur dirinya sendiri.
"Oh, iya, aku lupa membawa hasil revisian skripsi di kamar," ucap Alessa sembari kembali ke dalam rumahnya.
Dia sempat berjalan melintasi ruang tamu. Kedua mata cokelat Alessa membelalak kala Ia mendapati bapaknya yang sudah mengambil mendali emas milik Alessa dari lemari pajangan. "Bapak, mau dibawa kemana mendaliku?" tanya Alessa.
Bapaknya itu tidak memerdulikan pertanyaan Alessa. "Banyak bicara saja kau, uangmu semalam kurang jadi bapak akan jual mendalimu ini," ketus bapaknya.
Alessa meletakkan keranjang makanan kemudian menghadang bapaknya yang hendak ke luar rumah. "Jangan, Pak, Alessa mohon, itu satu-satunya prestasi Alessa pak," mohonnya. "Pak, Alessa tidak bisa bermain skating lagi, hanya itu satu-satunya kenangan yang Alessa miliki Pak." Alessa berucap sembari terisak. Dia menarik lengan bapaknya yang hendak keluar dari rumah itu. Alessa tak rela mendalinya akan dikorbankan juga demi uang seperti dirinya ini.
Pria itu mendorong tubuh Alessa sampai Ia terjatuh. "Kau anak pembangkang!" Pria itu mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Alessa.
"Kau sudah cacat, lagi pula mendali emas ini tidak ada gunanya jika jadi pajangan saja, lebih baik dijual untuk membayar hutang bapakmu ini," ketus Pria itu sembari pergi meninggalkan rumah. Dia membawa mendali emas milik Alessa untuk dijual, tak lain agar melunasi hutang-hutangnya bermain judi.
"Apapun Pak, asal jangan jual mendali yang Alessa susah payah dapatkan." Alessa memengangi kedua kaki bapaknya agar mencegah Pria itu beranjak pergi membawa mendali yang Ia menangkan dulu dalam kejuaraan olimpiade grand prix lima tahun lalu. Mendali itu sangat berarti bagi Alessa yang mengingatkannya akan perjuangannya.
"Kalau begitu malam ini kau harus mau melayani Tuan Kaya itu lagi."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!