Dia sudah membayar kontan pada bapakmu," ucap Wanita berp
ahkan sesekali menutupi kedua lututnya yang menggunakan rok mini itu. G
tak Wanita dengan riasan te
m," sahut
sudah sampai di kamar pesanann
erjas hitam. Dia memegang gagang pintu kemudian mendorong pintunya. Di sana sudah ada seorang Pria yang duduk bersa
an aku," peri
i depan sang Pria. Gadis itu hanya memandanginya karena tidak memiliki pengalama
napa kau diam saja
, aku akan men
egitu karena aku sudah m
ua matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis. Dia menyelipkan helaian rambut yang jatuh mengenai wajahnya ke daun tembut hitam panjang Gadis itu dengan kasar. "Jangan
kanan Pria itu yang tengah meremat seluruh rambutnya. Gad
ngangkat tubuh Gadis muda itu kemudian melemparnya ke atas ranjang kasur. "Jangan harap untuk merengek sepe
u menggerayangi dirinya. Pria itu tak melewatkan bagian darinya justru melahap setiap inci dari Gadis it
terdapat noda kemerahan. Gadis itu kini melirik Pria bertubuh kekar bertelanjang dada yang masih pulas terlelap dalam tidurnya. Gadis itu beranjak pelan-pelan dari ka
ggiran trotoar. Dia memberhentikan sebuah taxi kemudian membawanya pulang ke rumah. Raut wajahnya berantakan sama seperti tubuhnya. Dia
rinya. Berkas kemerahan menjadi corak pada kulit putih bersihnya. Gadis itu terisak karena melepaskan kesuciannya dengan cara seperti ini. Dia pu
. "Lain kali, hiburlah pria-pria kaya seperti itu dengan baik, tadi malam Kamu sempat diprotes tapi untung saja
i," suruh Pria itu tanpa m
pergi ke dapur untuk merebus air dan membu
membuatnya pecah dan berserakan di lantai. Alessa buru-buru membersihkan pecahan kaca dari can
elayangkan pukulan pada wajah manis Alessa. "Kau memecahkan
ak sengaja," ucap Alessa se
u!" omel sang Bibi sambil memukuli Alessa dengan ujung penyap
. "Cepat jual dagangan itu, dasar pemalas," perintah Wanita it
sembari memengangi dinding. Alessa membuatkan kembali kopi untuk bapaknya. Setelah itu Alessa pun mengangkat dua buah keran
pincang karena semasa remaja mengalami cedera pada kedua kakinya. Dia meletakkan dua keranjang
visian skripsi di kamar," ucap Ales
lak kala Ia mendapati bapaknya yang sudah mengambil mendali emas milik Ales
"Banyak bicara saja kau, uangmu semalam kurang ja
essa pak," mohonnya. "Pak, Alessa tidak bisa bermain skating lagi, hanya itu satu-satunya kenangan yang Alessa miliki Pak." Alessa berucap sembari t
tuh. "Kau anak pembangkang!" Pria itu mengarahk
dijual untuk membayar hutang bapakmu ini," ketus Pria itu sembari pergi meninggalkan rumah. Dia mem
nya agar mencegah Pria itu beranjak pergi membawa mendali yang Ia menangkan dulu dalam kejuaraan olimpiade
i kau harus mau melaya