dan mental sebaik mungkin selama seminggu di rumah Danke. Setia
orang tuaku. Karena itu kalau sekadar masak nasi dan cuci piring, kukerjakan dengan ikhlas. Sedikitnya apa
tulan Danke punya lemari obat berisi segala yang kubutuhkan. Danke menyuruhku minum persediaan vitamin dan suplemen itu, tanpa harus mem
pemberian Danke berdering.
. Kamu akan dibooking oleh Bu Sharon. Dia itu pali
p Ma
dia itu sangat tajir Sef. Jadi bersika
a M
ah ada di rumahku. Nanti kamu
p Ma
m jam lima kamu harus sud
Mam
as menghampiri Danke di kamarnya. "Gue mau dibo
itu wanita tajir melin
booking sama d
Danke me
Bu Sharon i
rangnya serius. Jarang tersenyum. Tapi yang jelas dia itu sa
ue harus
a - nanya hal yang bersifat pribadi. Misalnya ... tante punya suami ? Puny
ya
birahi dia aja. Jadi urusan loe sama
.. iya ....
ak - banyak, bawa dua stel juga cukup. Untuk bawa pakaian dua stel aja sih pakai itu juga cukup, " kata Danke sambil
injem tasnya
uk, "Nanti kalau udah punya
entang trik - trik untuk mengh
ntuk berkencan dengan wani
pelanggan grup Mamih. Sehingga hampir tiap
sa sesukses Danke
alu berangkat meninggalkan rumah Danke. menuju rumah Mamih yang perumahannya hampir berseberangan dengan perumah
tampak sudah tua. Mungkin usianya sudah 60 tahun lebih. Dia hanya berbicara sebentar denga
am, "
ng tajir, masa mobilnya udah tua gitu ? Apakah dia pelit
Karena aku hanya ingin melaksanakan
asuk ke dalam mobil tua yang suaran
itu, tanpa bicara sepatah kata pun. Karena p
yang dikemudikannya. Lalu menunjuk sebuah sedan panjang ... panjang sekali (belakangan aku
ta ini, juga sudah tua. Bahkan mungkin lebih tua daripada sopir mobil
. Bahwa di kanan - kiri jok yang kududuki juga ditutupi oleh tirai. Sehingga aku tidak bisa melihat ke luar. Dari luar pun takkan bisa melihat ke dalam. Hal lain yang kurasakan, betapa haru
g kutaksir usianya di atas 30 tahun tapi di bawah 40 tahun. Men
wanita itu menjabat tangannya, sambi
ul B
gil tante aja, biar
Tan
gi pun mulai bergerak,
rang baru ya, " kat
l Tan
um pernah dibook
nte. Ini yang pe
sku, tepat pada bagian yang agak mengembung, karena diam - diam kontolku sudah mulai
mijat - mijat celana jeansku tepat di ba
kanan kiriku, d
an sekelilingnya ditutupi tirai. Sopir juga ta
celana jeansku. Lalu kupelorotkan celana jeans berikut celana dalam
ta, "O my God ... memang panjang sekali ! I
lu mengelus - elus dan meremasnya perlaha
ali itu. Dan merentangkan mantel jubahnya. Disusul dengan penyingkapkan gaunnya. Diikuti dengan pelepasan celana da
Tante Sharon yang sedang tersenyum manis, lalu mem
n cuma dipelototin,
sam