i. Sekarang aku kehilangan suamiku. Tapi tidak, aku masih memiliki kesempatan. Masih ada waktu. Su
dengan cara apa pun, aku harus keluar dar
Tadi aku sempat mendapatkan omelan karena belum mengepel rumah. Sekarang kuberani
erawat Arsih tumbuh dimana-m
? Sudah menjanda, baru mau
bahkan sedang asik menikmati pisang goreng yang baru saja kusuguhkan. Seper
t pulang!" ancamnya lagi d
" jawabku
kku. Sempat kumenoleh ke belakang, merasa lucu dengan takdir. Kukira setelah menikah
eka memang dikenal sebagai ojek desa yang biasa mengantar warga ke pasar
an lebihkan ongkosnya!" seruku la
hamil di luar nikah itu nakjis!" timpal salah satu dari
ees
erlihat buncit, masih sangat rata. Aku tidak punya pilihan selain menunduk malu dan terus berj
a itu Kinarsih, k
h terus langsung dicerai
ihan
a berhijab! Uwaknya itu kan laki-laki soleh, tiap hari sholat
telingaku seolah sengaja agar aku mendengarnya. Engsel lututku seperti sedang dilepas satu-satu hingga membuat kakiku lemas untuk
k, M
tak kuasa kutahan lagi. Suara barusan itu seperti malaikat penolong bagiku m
kemana
an,
pan gerbang rumah Badai. Kuserahkan seratus ribu dengan mata y
banyak,
a saya yang jadi sampah masyarakat," ucapku p
Allah Maha Pengampun kan? Sampeyan jangan sampai lupa itu. Ya
hi hatiku yang gersang dan putus asa. Aku tidak peduli, di dompetku sud
i memperbaiki keadaan. Badai tak perlu meminta kesempatan ke-dua karena akulah yang akan men
i dalam ketika kumengetuk pi
salamku mencoba menunj
pa kamu
rtemu Badai, Bu,"
ru matanya yang menelisik dari ujung kaki sampai ujung kepalaku. Bibirnya bergeta
rang dari dalam. Jantungku tiba-tiba berdesi
meremas ujung bajuk
ancurkan hari anakku," ucap ibu B
. Aku hampir tersungkur jatuh. Tapi, tak akan semudah itu aku
mu ke sini lagi?!" Tampak wajah ibu
. Biarkan saya bertemu Badai. Kasihan ana
r, terperanjat hebat. Tidakkan dia memiliki sedikit rasa empati sebagai sosok yang dit
aa
aa
r pintu itu
iakku tanpa peduli jika i
a perlu bicara!
tetap tidak akan menyerah! Saat tanganku kembali mendarat pada daun pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka. A
an sempurna untuk tanganku melayang ke wajahnya. Syukur saja tid
," ulangku s
bicarakan, Arsih. Kita s
embilu menyayat hati. Tangannya menghenti
ai pasangan suami istri. Aku rela jika kamu tak memberikanku nafkah. Aku siap menjadi pem
impal Badai me
arus dilahirkan dalam keluarga tak lengkap begini. Jika kamu tak m
Badai membawanya menyentuh perutku. Namun belum sam
ni. Pulanglah. Aku akan meminta orangku mengantarmu. Jadikan yang
ku menahan semua k