g dalam hidupmu. Menjadi sisi penerang keti
buh, untuk mengelilingi sisi tergelap da
ntik yang kemudian aku tahu itu untukku, mengusapnya lembut seperti ketika tanganmu mulai bersentuhan dengan tubuhku, lalu untuk kali ini ekor matamu tid
enilaian selanjutnya. Tapi jujur aku suka sekali kau seperti itu, meski semuanya hanya sesaat, karena
menun
kulontarkan, seolah aku bena
dikan aku sebagai penerangmu lagi agar sepi tidak berhasil menculik lalu membawamu ke sangka
n kita seper
langit kamar. Angka masih menunjukkan dua belas malam, tapi
a. Kau pun selalu mengajakku untuk bermain, dan menikmati terang itu bersama-sama sampai pagi menyapa. Setelah sinarnya
a binar matamu juga kembali kosong. Kesepian yang aku temukan di balik
tanyaku kala itu
ihat kebesaran untuk ukuran tubuhmu yang dulu sangat gagah. Matamu cekun
. Kita juga pernah dalam satu organisasi, mungkin karenanya ak
mu tanpa selera. Aku tahu engkau sedang tidak ingin membahas hal itu, karena aku
tasi. Tentu saja aku lagi-lagi tahu, karena aku pernah menjadi pengagum rahasiamu. Hal sekec
ah lama
kok
ita-cita ingin menjadi pemain sepak bola terkenal seperti Ronaldo. Lalu yang aku tahu kau berusah
terlampau berlebihan. Kau hanya tersenyum sambil menggeleng. Pi
ngapa dulu aku menjadi pengagummu
ah kecelakaan dan me
O
memerbannya, dan sedikit menggunakan kayu kecil yang langsung kau ikat pada bagian beti
ak orang, ujarmu kemudian, mungkin karena masih melihat mulutku yang menganga tak percaya
ya adalah kejutan paling menyenangkan, yang pern
kan adalah wajahmu. Di sana, masih tersimpan kenangan seolah engkau yang sedang serius memba
t kerinduan itu mulai berdetak. Itu
diri bag
masih suka nulis. Kad
au penuli
h kejutan untukmu? Apakah profesi itu tidak rendah seperti kebanyakan yang orang ang
ena tidak banyak menghasilkan pundi-pundi uang. Bahkan aku sempat menanyakan,
k pernah menjadi orang
tahu novelis Rena Reln
en
jur saat itu aku sudah langsung menahan tawa
u sadar, mungkin sedikit memastikan kalau kau tidak salah bertanya. Di benakm
uka sa
ulis hebat. Tulisannya selalu menginspirasi. Banyak hal-hal yang dia
nyuka k
Aku bahkan
katamu saat itu. Dunia seperti berbalik padaku, dulu aku
k kapan kau s
epatnya saat istriku jarang di rumah, dia
ah menjadi idola di SMA kita itu, katamu sekarang ada di luar kota. Oh ya aku paham, mungk
rimu buku berjudul "Kunang-kunang di Matamu". Itu karyaku send
berikan dulu padamu. Karena kau salah satu fansnya, Rena pasti
kau ke
sepup
sa kau beri a
u kontak Rena, diikuti dadaku yan
ng yang terdengar berkali-kali sempat membuatku tergagap, dan kau sampai melirikku cu
lak dan pertanyaan beru
nomer Rena? Apa kau hanya ingin dekat denganku, lalu
ku hampir tertawa saat itu juga. Kudiamkan bebera
iri, kau akan bertemu dengannya di sana,
Hanya pikiran itu yang sempat terlintas dalam benakku, saat kau ternyata benar-benar hadir dal
ya secara langsung?" ujarmu setelah berhasil menemuiku, kau bahkan nekat
lebih suka orang paham tanpa h
alu setelahnya Chat da
i, R
akan bel
dengan tuli
gadang, jaga kes
itu, meski kau mungkin belum tahu, nam
sebagai nama
*
ngkan. Kau tidak seangkuh yang aku pikir dul
trimu, kau kemudian beralih meremas tanganku, mengusapnya lembut seolah
matamu sudah cukup membuatku paham apa keinginanmu kala itu. Hanya saja
empelkan bibir ranummu pada pipiku. Lalu pada bagian leher, dada, dan aku sudah tak ingat lagi karena
osan seperti
di bahu yang memperlihatkan dada bidangmu. Aku suka bahumu s
mu, bukan dia yang selalu sibuk,"
ju dengan niatmu. Entah apakah kamu sedang serius atau tidak, tapi aku tidak ter
perti yang sering mereka kenal dengan sebutan pelakor. Tapi sudahlah, aku juga tak peduli. Aku hidup atas keinginanku send