*
antara kosmetik. Masih utuh dan tak ada tanda-tanda bahwa aku baru saja menye
an sesaat, diikuti bayang-bayang benih yang akan tumbuh dalam rahimku. Aku yang harus mendapat ocehan dari banyak orang, ak
Kebingungan itu menjalar seiring bayangan buruk yang mengantarkanku pada ketakuta
deringnya mengalihkan perhatian. Kuusap wajah
a,
Kak Rahm
mu, Di
ak s
lhamdu
u pulang
a,
k lagi? Meski idul adha jelas berbeda dan tak bisa menikmati ramadan bersam
, Kak, kami s
seperti menahan tangis? Ada apa
kau baik-baik
Kakak, Ibu
? Bagaimana dengan obatnya? Jangan sampai habis. Bilang sama
galkan Ibu dalam keadaan sakit dan itu jelas tidak tidak perlu lagi ad
ik saja, Kak
u yang lain bahkan sampai membuat ujung bajuku mengkerut. Namun, sampai beberapa menit masih saja t
pulang. Tidak perlu banyak ole-ole, kedatangan Kakak
elas tahun, apa kecerdasannya mendewasakan cara berpikirnya juga? Oh ayolah, tidak selamanya berbohong dalam keadaan seperti ini dikatakan dew
ngkin satu minggu Kakak p
Allah,
, sepertinya aku sudah terlalu terbiasa
llah dalam
sampai, ya. A
aikum
Aku tidak tahu apa karena ia mewarisi kepintaran itu dari Ibu. Selalu mengatakan baik-baik saja, sekalipun aku tahu
memakai kondom, Engkau hendak menumpukinya dengan Ibu? Namun ... oh tidak,
ngka yang tertera
cukup untuk oleh-oleh pulang dan modal warung kecil-kecila
k mau ibu mencurigaiku karena jumlah uang yang tak wajar. Aku hanya perlu m
rhatikan lemari yang sebentar lagi pasti