as dengan seksama, sedang berpikir apa yang harus
rdik Aruna, ''Gue enggak bisa lama-
n wajah Ardan yang kembali dengan sikap s
ang gue adeknya'' potong Ard
ya. Enggak sabaran amat sih!?'' seru Aruna menghardi
a... Entar tunggu dulu!'' seru Aruna teringat sesuatu, dia meminta Ardan menunggu dengan kode tangannya, ''Maaf
walau cuma di dalam hatinya, ''Rapet amat ... Dia, kunci pintu ... Ampun, dah!'' seru Ardan di dalam hatinya masih dengan intonasi yang sama, ''Tampang gue serem b
di lahirkan dan dibesarkan selama puluhan tahun. Ardan terperangah mendengar suara pintu terkunci sampai dua kali membuatnya mengelus dada samb
mengeluarkan bunyi. Ternyata, Aruna menelefon ke nomor handphone ayah tirinya
apa Aruna saat handphone ayahny
a tapi sayangnya beliau sedang tidak di tempat.
segera membuka pintu yang terkunci dengan tangan memegangi smartphone di telinganya. Dia menatap A
dan!'' seru Ardan memotong ucapan Aruna yang terdiam dengan dahi mengernyit, ''Makanya, ini yang mau gue omongin... Gimana?... Masih enggak percaya... Perlu bukti yang kek gimana lag
mang...'' ujar Aruna terbata-bata, dia masih bim
uinya empat tahun yang lalu saat pernikahan orang tuanya. Saat itu wajah Ardan memang terliha
cuma di cepol ala kadarnya. Belum lagi kumis dan janggutnya yang menutupi hampir sebagian dari wajahnya, jika dulu kumis dan janggutnya sangat tipis, tapi sekarang kumis dan janggutnya tebal sekali sampai seperti
a, Aruna bisa duduk dan menyimak dengan baik dengan apa yang akan di katakan Ardan selanjutnya. Aruna sempat terlihat gugup dan wajahnya juga sampai terperangah ketika Ardan menjelaskan semua yang terjadi, tadi, saat di Rumah Sakit, semuanya pada Aruna. Aruna yang se
ekarang!'' seru Aruna menjawab sam
ue di suruh jemput orang, ama abang sekarang. Tapi, katanya elu bia
a jalan sendiri sekarang...'' ujar Aruna lagi dan
enatap Ardan dengan wajah bertanya. ''Pesen abang lagi, katanya,
. Yang mana?'' ta
ta abang yang masih suka ngasih
!'' Aruna meny
..'' sahut
na, dia jadi lebih bing
penting sekarang gue turutin dulu deh,
na sambil mengeluarkan gawainya dan
e!'' seru Ardan yang juga me
annya pada Ardan. Setelah semua selesai Aruna masuk ke dalam kamar mengambil jaket dan semu
elm?!'' seru Ardan berta
nanti malah di tilang polisi, lama
motor sendiri?'' tanya Ardan
erius, ''Emang kenapa
ilin ojek online aja!'' ujar Ardan kemudi
na menolak dengan sopan, dia tidak mau merepotkan Ardan
in gue!... Gue lebih tua dari elu, jadi nurut!'' seru Arda
ang sedang dipikirkannya sekarang. Aruna tampak biasa saja tapi tan
segera mengetik di sesuatu di gawainya memanggil Ojek Online untuk Aruna. Sepuluh
rdan bertanya dengan bergumam sendirian. ''Responnya... Apa ya... Ada respon, tapi kok samar banget'' tanya Ardan lagi masih dengan kesendiriannya bergumam, ''Cuma melongo doang?!... Mukanya juga datar aja...'' Ardan masih saja bergumam sendi
g dan ragu-ragu menyampaikan kabar duka pada Aruna. Di jalan dia sempat membayangkan bagaimana Aruna akan menangis sejad