h melihatnya sekali, dan hanya pernah menyalaminya sekali saat mereka berdua menikah, itu saja. Dadanya terasa sakit, terbersit pe
rkara, tapi anak dalam kandungannya berhasil di selamatkan''
eru Ardan te
nak kembar, usia kandungannya sudah cukup bu
karang Dok?'' tanya Ardan
jawab dokter itu denga
an mereka dok?''
a harus segera di pindahkan ke ruang
biaya!'' seru Ardan, ''Saya bisa menanggung semu
rdan ketahui dan pahami terlebih dahulu'' ujar dokter itu
tanya Ardan dengan
rga'' jawab dok
di dan juga ekspresi dokter sekarang. Ardan dengan sangat berat hati, akhirnya pasrah dan menyiap
menepis hal buruk yang ada di pikirannya. Dia masih sangat
ondisi Pak Arga. Pak Arga akan sangat sulit untuk melewatinya... Kemungkinan besar, Pak Arga akan sangat sangat sulit untuk bisa melewati malam ini'' lanjut dokter itu sangat berhati-hati dengan kata-katanya. ''Jadi saran kami, dengarkan apa pun yang jadi permint
ng mengatakan sudah tidak ada lagi harapan hidup untuk kakak lelakinya. Berbagai kenakalan yang pernah dibuatnya semasa kecil hingga dia dewasa, semua tumpang tindi
TO
h sederhana tradisional bergaya Bante
amu ala
r setelah buny
ikum sal
dalam rumah, dia dengan segera berlari menuj
Aruna ramah samb
ang datang dengan penuh selidik dan tanya karena dia tidak mengenalinya. Aruna tidak membuka pintu dengan lebar dan
ernyitkan dahi, ''Lu ngalangin... 'Kan gue ja
hi, berusaha sesopan mungkin. Padahal dia kesal dengan tingka
'' jawab Ar
agi, masih berusaha mempertahankan si
'' jawabnya
lagi keluar'' sahu
ria itu bertanya dengan nada sedikit tinggi, ''B
Aruna tegas, ''Saya enggak kenal
irian di rumah. Dia takut kalau orang asing ini
'Coba... Biarin gue masuk dulu, gue ada perlu penting juga sama elu'' l
''Bapak enggak boleh masuk. Bapak itu 'kan tamu, harus bersik
.'' ujar Ardan sedikit menekan suaranya tapi berusaha ramah, ''Kita 'kan u
tidur beberapa hari ini. Di tambah lagi dia juga sedang terburu-buru untuk urusan kakak lelakinya. Tap
k gentar. Dia tidak akan takut karena merasa dia tidak salah, apa l
tegas menyelidik, ''Lihat KT
eru Ardan kesal d
an tinggi besar dan berotot. Belum lagi tampilannya yang acak-acakan ber
n di anggap orang asing olehnya, Ardan angkat jempol dengan kewaspadaannya sebagai seorang perempuan. Tapi, an
ammad Ardan Wiryawan, gimana?... Udah bisa masuk do
. Enak aja...'' seru Aruna l
engan ketus, ''Cepetan dong! Buru-buru nih
kan!'' seru Aruna menj
ran yang memelas kali ini. Dia kesal tapi tidak bisa
Aruna lantang sambil menunjuk
itu foto lama, gue dah berumur sekarang, itu KTP seumur hidup neng. Dari bikin gue kagak g
...'' ujar Aruna, terkejut dengan ucapannya sendir
engan tangannya yang menutup mulut. ''Bodo' ah... Lagian dia juga sih, bertamu tapi nyolot..
. Udah gue di panggil pak, sekarang gue malah di katain muka gue serem''
f mendengar keluhan Ardan, ''Itu jujur ungkapan hati, tapi
n ngeledek?!'' seru Ardan bertanya d
da niatan ngeledek sama sekali...'' ujar Aruna meyakinkan dengan wajah polosnya, ''Sum
dengan Aruna, ''Sekarang gue ada urusan yang lebih penting. Ama elu, ama Gav
?'' tanya Anindira kembali berwajah tegas, ''Foto di KTP beda
''Curigaan banget sih lu jadi orang?!'
menuduh. Tapi, waspada itu wajib... Saya 'kan perempuan pak'' tamba
pat naik tadi, ''Terus, gue harus gimana? Supaya elo bisa yakin... Engga