jalanan kami semakin lambat. Tanpa disadari ternyata langit sudah semakin mendung d
juanku malah memintaku untuk terus melannjutkan perjalanan. "Lanjut aja Gar, tanggung s
banget, Gin!" jawabku
sa ganti pake baju adeku
nti di depan sebuah rumah besar dengan pagar yang juga menjulang tinggi membu
n motor ke dalam garasi rumahnya. Aku perhatikan Regina masuk mela
i sebelah dapur. Aku mnjawab dengan anggukan, lalu berjalan sedikit jiggat
nggu di situ dul
gan membawa handuk dan satu stel
ur adeku mirip sama kamu," ujarny
dan berganti pakaian, aku pun berjalan ke arah ruang tamu yang kuperhatikan meski simple namu
u tertuju pada sebuah frame besar di depanku. Sepertinya foto keluarga Regina. Papa, Ibu, Regina dan adik
piriku yang sedang duduk termangu melihat penampilannya saat
h. Bagian perutnya yang terlihat ramping dan mulus berpadu dengan hotpants pendek berwarna putih yang k
it pikiran jorok tentang Regina meski banyak gosip miring tentangn
kamu tahu itu, Regina?' gerutuku dalam hati. 'Ah andai ak
ang di hadapanku sambil merapihkan beberapa majalah
nyanya sekali lagi karena be
yang baru sadar dari l
bawakan segelas air putih d
akan gelas dan botol tersebut pada meja di hadapanku. Dia pun duduk tep
t gelagapan. Namun aku hanya bisa berusaha membuat kondisiku terlihat normal dan Reg
npa menoleh ke arahnya, menghilangkan akt
ada di rumah, dia sibuk dengan bisnis-bisn
-jam segini?" lanjutku bertanya deng
di jarang ketemu. Adiku pulang sekolah pasti main, tapi sebelum jam enam sore biasanya udah sampai ruma
n tetap memalingkan pandang, jangan sampai memandang
ng mungkin melihat gelagatku sedikit aneh karena tidak biasany
ik baik saja walaupun sebenarnya tidak. Lalu aku mengambil gelas yang ada
ali di meja dan memegang wajahku tepat di dagu dengan tangan lembutnya. Aku terpasa menolah ke arahn
Regina dengan suara
wab, Regina semakin mendekatkan wajahnya ke wajahhku. Tatapannya
i menghancurkan tembok moralku dan memajukan wajahku semakin dekat ke wajahnya. Mendekatkan bibirku deng
Regina yang mulai terpejam kuanggap sebagai jawaban ya. Tak berapa lam kemudian, bibir kami akhirnya bertemu. Ber
alu bergantian begitu terus. Kami berciuman hingga Regina mulai memainkan lidahnya yang aku s
ak munafik aku memang sering nonton film dewasa dan membaca cerita-cerita h
buhku seakan terus meningkat dan membuat tangan ini mulai bergerak ke arah bahu Regina yang mulu
rayap ke depan tepat di atas rudalku yang sudah berdiri dengan gagah dan songong
tangan dia memainkan rudalku ketika tiba-tiba terdengan suara pintu pagar dibuka. Sont
dian berjalan ke arah sebuah kamar utama
nya. Kali ini Regina duduk di sofa yang posisinya bersebrangan denganku. Dia tersenyum saat mata k
adaku yang menurut Regina hanya berbeda setahun usianya dengan dia. N
ngulurkan tangan untuk be
adik Regina den
gina kenalkan sama aku namanya Bobby. Ini beda
na sambil memukul dan mendorong Ni
n dianggap serius ya," ucap Nicko sam
tuh anak!" c
Gak enak nanti kalau sampai k
bertubi-tubi di pundaku. Pukulan yang lem
dan anehnya aku pun mulai merasakan sesuatu yang sangat berbeda. Ca
ama yang sebegitu dahsyatnya dalam kehidupanku. Dan entah mengapa hasrat itu benar-benar sa
ubungi Regina. Malam onani lagi yang aku lakukan karena hasrat ini semakin lama semakin ta
n onani di kamar bahkan di kamar mandi. Padahal sebelumnya tak per
ya sebatas melihat tanpa sekalipun terobsesi lebih jauh. Aku bahkan onani untuk pertama kali pun setelah pertengahan kelas
perasaan kangen yang sangat aneh. Libur hari Minggu terasa sangat panjang dan lama sekali. Ingin