ehyu
a, ia menoleh ke belakang. Mendapati Permaisuri baru saja
hampir tersapu habis oleh serangan gabungan antara Dinasti Joseon dan Dinasti Ming. Keamanan kita bisa terancam. Kerajaan Linchou baru saja di bang
an terlihat mematikan dalam satu waktu. Bibirnya terbuka mengucapkan sebuah kalimat, "Kau benar, Selir Son
a halusnya yang mengundang welas asih siapapun, "Istri akan
sakan pijakan keras membara. Seluruh penghuni di Kerajaan Linchou dulunya adalah b
. Dua wilayah saling bentrok sejak puluhan tahun. Di suatu wakt
di perbatasan hutan belantara membaw
nya, begitu pula Chou Zui Ran. Mereka sepakat mengumpulkan budak
juan yang sama. Yaitu meruntuhkan Dinasti Joseon dan
rjiwa baik ingin membalas budi atas jasa Ling Daehyung dan juga Chou Zui Ran.
chou merupakan Kerajaan Ming yang di ganti nama menja
dari perempuan tersebut. Namun dia menolak untuk mencintai Zui Ran karena dia telah l
ulia Raja menuju medan perang," titah Zui Ran. Suaranya meng
m perang. Mohon anda berdiam di istana, menjaga pemerintahan selagi Yang M
ng selalu membantu Ling Daehyung
atu! Titahku adalah perintah terkuat
puan, seharusnya kau berdiam diri di sini. Mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya kau
ah Song Qiutong. "Tahu apa wanita pelacur seperti dirimu mengenai dunia perang? Kau hanya bisa men
s sangat besar untuk dirinya. Dengan alasan tersebut, dia berani membantah, "Mulutmu itu sangat kotor! Sungguh berani mengatai hal buruk t
gan Nyonya mereka. Berjalan mundur daripada harus
uangan rahasia pemandian air panasku." Perintahnya sesaat se
gmu untuk tidak ikut campur dalam perang kali ini. Tabib pernah berkata jika
, "Permaisuri. Kami mohon, jangan pergi
aran yang harus aku tanggung. Suamiku sedang melawan dua suku yang di pen
tanpa mampu menjaw
ambut emas berbentuk burung vermilion. Kemudian mengur
kuncir kuda. Berdiri tinggi di pucuk kepalanya, tangannya meraih
ng bawah tanah. Awasi ular Song, tahan dia ketika
atuhkan kepala ke atas lantai, menghantukkan kening mereka puluh
at sendu, "Aku menyayangi kalian, seandainya dalam peperangan ini, nyawaku yang di rampas. Aku serahkan
aisur
aisur
lah satu pembatas lukisan pemandangan pegunungan. Ia mem
kus baju zirah perang, pedang, serta pisau, tida
u ke pintu ruangan bawah tanah, membuka kayu reot yang memunculkan
menyusul