membasahi bumi. Aku pun tidak bisa mencari botol bekas seperti biasa. Kulirik Rafa yang tertidur denga
bahan pokok. Bahkan, sebutir beras pun tidak ada di rumah. Jadi, bagaimana aku bisa membuatkan makanan? Rafa masih terlalu kecil untuk mengetahui beban ber
amun, beberapa hari sesudah dia pergi sangat terasa. Jika kehadiran beliau sangat berpengaruh. Kini, akulah yang harus
fa juga tidak menunjukan tanda-tanda aneh ketika pamit dengan ibu. Biasanya, Rafa akan
bu. Tanpa terasa jatuh air mata mengalir. Mengenang wajah wanita yang sudah lebih da
hwa nyawanya tidak bisa tertolong. Wiji sudah berusaha untuk menghubungi, tetapi
lam. Menekan perutnya yang kempes. M
li makanan," ucapku mengelus pucuk kepalanya. Mem
apan lirihnya terasa menyayat-nyayat hati. Anak semata wayangku merasa kela
mau lihat Rafa sekolah sampai besar. Tapi k
Tuh
. Memang, selama berita kematian itu didengar Rafa, a
. Juga mengapa ibunya meninggalkan tanpa kembali lagi. Sunggu
ayang pada Nenek," jaw
rus seperti kekurangan gizi. Berkali-kali dia menekan perut yang selalu ber
utup," kataku berbohong. Aku beralasan agar hati anak yang polos
n di rumah telah habis dimakan. Itu pun hanya sisa singkong yang dicabut kemarin, untuk mengganjal perut. Tidak a
malam. Besok Ayah janji akan buatkan maka
n. Sepanjang malam aku menangis di samping Rafa sambil menahan rasa yang sesak. Betapa tidak berdayanya aku, hanya untu
Di mana orang dermawan akan memberi kami makan. Namun harapan dan kenyataan tak semulus yang kuinginkan. Ketika fajar
gumamku dalam hati. Untuk kesekian kalinya aku dan Ra
ingin mencari botol bekas atau menjadi kuli. Barangkali, ada tetan
iri saja di dalam rumah. Berkali-kali aku melirik Rafa. Takut dia keburu bangun dan makanan belum ada. Sementara, hujan masih beta
wayangku, lalu berbisik di telinganya dan berkata, "Nak, Ayah akan keluar sebentar, y
o. Memandang anak semata wayangku yang masih terlelap dalam m
lan setapak yang becek dan berlumpur. Mengetuk pintu rumah tetangga dari satu pintu ke pintu yang lain. Berharap mereka akan memberiku pekerjaan entah mencangkul,
saku untuk membersihkan rumput di halaman. Namun, nihil hasilnya. Tak ada satu pun
ni adalah rumah yang kesebelas aku datangi. Mudah-m
aikum
g kampung. Entah sudah berapa jauh kaki ini berjalan. Hingga lutut terasa pegal, dan seluruh tubutang ke sini?" seorang wanita berd
ntik, kulitnya nan halus seperti bintang iklan handbody. Tatapannya yang tak bersahabat membuatku urung
gkali Anda membutuhkan tukang bersih-bersih rumah
mah untuk mengerjakan itu semua. Jadi, saya ga
gitu. Saya permisi
aikum
mah mewah itu. Namun, langkahku terhenti ketika
s D
ij
ke mana hujan-
cari peke
ujan, Mas. Tidak mudah
erjaan. Rafa tak mungkin berpuasa terus. Sekaran
ja. Kebetulan tadi aku masak banyak karena ada tam
pekerjaan saja. Mudah-mudahan nanti
i, M
Mungkin siang nanti
Pangg
kampung. Selama ini, Wiji sudah banyak membantu. Tak mungkin ku beratkan dengan masalah eko
knya, hujan tak jua ingin berhenti. Hingga kuputus
sangat lezat. Perut yang belum diisi dari kemarin terasa sem
sama Pak Anton?" tany
tu kan? Pengusaha keripik pedas?" t
juga story' loh. Beliau sedang bersedekah di d
wajar aja, wong dia orang kaya. Lah kita apa? Cuman petani. Laki juga kerjanya serabutan. Apa yang mau disedekahkan," ujar wanit
yang sedang bergosip ria. Sambil menunggu hujan reda. Padahal, aku tahu siapa Pak Anton itu. Bel
angga menggosipkan Pak Anton, yang me
semata wayangku dengan sedih. Namun, botol bekas yang kudapat baru sedikit. Bahkan, hanya beberapa buah saja. Itu pun kudapat dari depan warung tadi. Sebelum iku
*
sam