ah besar seorang bangsawan di San Francisco. Seorang gadis berkerudung besar d
cantiknya melirik ponsel yang berdering memberi notif waktu ibadah
n air wudhu pada wajah, tangan dan kaki. Gadis itu kemudian meraih gamis hitam beserta ker
ra pemberian sang Ayah. Sesekali ia menyapu air
meraih cadarnya kembali dan melangkah keluar. Saat pintu terbuka, seora
ikum" sapa p
kumsala
ka duduk diruang tamu. Gadis itu menundukkan pandanga
dehem guna memec
saya tempo hari Vana? Apaka
rkannya Tuan" jawa
pakah kau menerima
ama Allah, saya me
empat tersebut, Tuan Corleane pamit untuk kembali ke mansion m
sar yang berada agak jauh dari tempat ia tinggal. Para pelayan me
pengawal setia kakeknya. Pria yang usianya hampir sama de
Nona Vana" sambutnya d
n tau dim
ng berada diruan
akasih
na butuh p
ku hingga aku membutuhkan pengawa
klah
inasi. Manik coklat miliknya yang cantik menatap sang Kakek yang tengah duduk membelakanginya. Tuan
gun dari duduknya guna menghampiri sang cucu tercinta yang jarang sekali ia temui. Vana denga
eda generasi. Sampai akhirnya Vana mengatakan bahwa Tuan Corleane,
dan sedikit berembun. Vana, gadis itu sangat mirip dengan putra keduanya, Ma
urna pada dinding yang kokoh. Tangannya yang keriput tampak meraba sesuatu disamping lukisan. Sebuah tombol ke
uga tumpukan uang. Tuan Fedor meraih dua kotak beludru berbeda uku
tampak cantik. Sedangkan, satu kotak yang ukurannya agak besar berisi dua buah shuriken dengan mata pisau yang berbeda jumlahnya. Dua barang dalam kotak tersebut ti
tua tersebut berdiri didekat jendela kaca yang besar. Matanya menatap jauh
a, untuk apa kakek membe
a. Pikirannya seolah buntu oleh sebuah per
ayah mertuamu, Corleane, ketika kau baru
k dapat melanjutkan bicara. Vana lantas menghampiri kakeknya. Berdir
opang tubuhnya lalu membelai lembut puncak ke
, Vana masih mengingat semuan
suatu saat kau a
enyimpannya
pamitan lalu kembali kerumah kecilnya yang ter
kebencian pada Vana. Sosok misterius tersebu
a mengambil sebuah pigura dengan foto hitam putih disana. Menatap lekat foto tersebut dengan keha
lakukan selain merelakan Vana bersama dengan Vincent seperti yang kalian rencanakan dulu. Vincent ak
adi, hanya tiga orang yang diperbolehkan masuk kesana. Dirinya, Vana dan juga Tuan Fedor sendiri. Anak-anaknya bahkan tidak ada yang berani meng
rkunci. Pria paruh baya tersebut tak berani me
asha, sang pengawal setia yang sangat patuh padanya. Jari telun
Pasha lantas menarik tiga buah buku
uka. Dengan langkah pelan, kakinya yang mulai lemah me
ut tak ubahnya semacam ruang penyimpanan senjata. Berbagai macam pistol dengan jenis berbeda berjejer rapi dis
tvey, dirinya tak pernah lagi meng
ari dalam lemari kaca. Memasukkannya kedalam sebuah kotak
kan tetap m
percaya
a anda Tuan. Tapi
kan kemampu
rcaya akan kema