apa,
opi kelebaran yang menutupi kepalaku bisa menyamarkan tampilan diri yang
apa, hanya
birku menarik garis senyum yang terasa menyakitkan. la yang rasa
a itu, sementara mataku masih terus menatap punggungny
n tokonya begitu lama. Namun, menatapi toko lain deng
," ucapku tapi me
tu hanya akan mengingatkan diriku pada hari ini. Hari di mana aku memilih bersembunyi dari suamiku
warna topi dan tinggal satu, topi yang
n seperti ini. Aku bisa gila sendiri.
pa-
ku solusi atau paling tidak nasihat. Namun, apa yang harus kukatakan padan
i
aku mungkin akan langsung dim
uruk? Tidak mungkin Ibu akan membia
lelah menangis sendiri, menyalahkan di
WA
ma botol selai yang jatuh
jatuh. Tangan besar yang terlihat sangat bisa diandalkan itu membuatku mendongak. Dan, barisan gigi yang rapi langsung terlihat saat
i di hadapanku malah menautkan alis, manik matanya bah
u yang berkeringat di dalam gedung perbelan
uatku berhenti dan baru sadar kalau belak
di pelupa? Aku bahkan tak ingat apa yang mengg
da lelaki ramah yang tersenyum. Aku tak begitu paham apa yang dikatakan lelaki di h
teh, d
AK
buat Anda
iri," ucapku saat tangan wanita yang pakian formalrnya berbunyi setiap ia be
nda," ucapnya dengan pandangan mata malas tapi tetap memak
ga yang ia sebut namanya. Namun, aku terlalu takut bertanya pad
apa yang saya
gan name tag 'TIANA BES
gantinya berapa?" tanyaku jadi bingung mema
ak perlu
ony
Y
ng mengernyitkan dahinya dalam lalu mengangg
bersahabat sebelum ia keluar ruangan, meninggal
ma maskulinnya begitu terasa menatap berkeliling. Kesa
I
meski belum melihat barisan kalimat yang ia kirim, mataku sudah bisa membaca isi cha
ngsung masuk ke dalam kamar mandi,
kapan aku aka
tak mampu menahan air mata di tempat asing ini. Menahan seperti apapun, isakku tetap keluar dan aku hanya bisa menggigit kera
akku usai dan aku langsung keluar setelah
asuk ataupun duduk di salah satu sofa empuk
le
rdiri, senyum lelaki yang giginya beg
ariton itu terdengar. Seramah wajah
banyak yang ha
kan kaki juga tangan di atas pangkuan, "Sa-saya harus se
Sekalipun saat pulang hanya sepi yang akan menyambut diri dan ku rasa, aku tak bisa ke rumah Ib
kurus dari saat ter
tap lelaki yang duduk begitu ny
olongku, menyuruh orang mengobati lukaku, juga membiarkan aku menggunakan kamar ma
pecah, Nona," ucap suara bariton yang membuatku m
ni terlihat tak tersinggung karena
kur
ya, T
ilan yang terlalu tu
uang, "Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Dan-" Aku menggigit bibir bagian bawahku ragu, me
sa menyetir,
ang di tangan. Bingung sendiri pada siapa aku
ja pada say
ega meski ta
sebelum keluar dari ruangan luas nan nyaman
pandangi wanita yang rok pendeknya memperlihatkan kakinya ya
saat melihatku yang menunduk pamit, matanya beralih a
nama lelaki y
n namanya, sudah jadi se
hanya membawa topi lebar yang tak akan ku pakai juga sebungkus nasi goreng yang kubeli di jalan depan. Ras
ngg
mbol 'hold' agar pintu
gan siapapun yang sedang berlari dan ia lelaki. Namun, saat melihat CCTV aku merasa sedikit a
u rasanya tidak asing di telingaku. Namun, aku terlalu takut untuk men
sudah pulang se
untuk menatap tampilan lelaki yang me
ihat begitu mata kami bertemu di pan
aki itu
I
buka. Seorang bocah yang begitu semangat masuk, berjinjit, dan tersenyu
ks, A
welcome,"
pandang lalu kembali pada layar ponsel, sedangkan aku hanya diam di samping bocah yang mend
nti? Namun, kehawatiranku hilang saat di depan pintu lift yang terbu
'Ugh...
dinding lift. Aku bisa merasakan keringat dingin mulai memb
ngkin kulakukan. Rasanya, perutku seperti ditusuki ujung pisa
tahu akan sesakit ini sedang seburuk apapun
asanya bahkan jadi tak sabar saat pintu te
akit di perutku tak berkurang mengingat anak lucu yang tampaknya belum bisa berbahasa Indonesia. Mengingat segembil
yang menahan kakiku. Tidak. Bahkan kakiku t
UG
ONY
lagi? Ugh. Lantai in
rutku hilang ber