angan pergi,
alkan
lagi-lagi
pun, kakiku tetap terpaku
aku tak bisa menahan tangan s
gejarnya. Bahkan, di dalam mimpi rasa sakitku masih sama. Harapanku pun masih sama. Hanya saja, aku bisa melihat serapuh apa
Krakk!
INGGALKAN
N PER
en
enggorokanku kering, memb
sungai. Meski kepalaku pusing perutku tak sakit lagi. Bahkan, di
yang ku ingat adalah kakiku yang terasa berat setelah keluar dari lift juga di
ony
rang memanggil
sudah
nya juga s
Anda merasa
ukan hanya dalam kepala. Lelaki dengan barisan gigi r
ony
rasa pening, bangun. Hari sudah lewat tengah malam. Ken pasti
gucapkan terima kasih pada lelaki yang masih terus mema
pulang. Terima kasih
a, dan hanya melihat sekilas sebungkus makanan ju
k. la terlihat bingung, tapi t
i lagi sebelum keluar tanpa mendengar balasan lelaki dengan barisan gigi ra
a pintu rumahku tepat ada di depanku. Apartemenku hanya berjarak be
! B
, "Ken? Maaf aku pulang telat, tadi aku pingsan. Kamu per
tak ada jawaban. Bahkan saat aku me
mbuka pintu kamar mandi, "Apa ia belum pulang?" tanyaku menye
ster? Apa aku terben
angan Ken yang menemani wa
terlintas, dan aku yang diam di kamarku send
t tengah malam, tidak ada Ken yang akan ikut tertawa dengan cerita bodohku yang pingsan,
rti chatnya padaku siang tadi. Hah, Siapa yang sedang ka
amun, Ken yang biasanya sudah pulang saat aku bangun ta
sejak matahari muncul pun, hanya diam
ku lelah, pikiranku apalagi, tapi mataku sama sekali tak mau terpejam baran
! T
bangun. Aku semangat mengira itu suamiku. Namun, saat sadar Ken tak
pa pada monitor yang se
siang untuk N
nan membuka pintu dan senyum wan
n makanan, Bu. Bisa cek
bar, "Terima saja, Nyonya! Lagipula makanan
berhasil meyakinkanku menerima paket makan siang
, Bu," ucapku
sama,
menebak makanan di dalamnya adalah makanan yang saat lajang hanya bisa kubayan
yang dikeluarkan orang yang me
n untuk menelepon Ken. Nada sambung yang terhubung membuatku berdebar, jantungku bertalu-t
Arini
bahkan memegang ponsel be
al
i. Aku berusaha bersikap bias
Ini ponsel
amu lucu sek
jekku? Namun, reaksi seperti apa yang harus kutun
entu saja ini ponsel Ken. Tap
apa? Apa
diadakan acara syukuran. Kau tahu, kan? Rama lu
membisu. Acara syukuran Rama, adik i
Apa Ibu tak mengundangmu? Apa hubun
gu terdengar bersama langkah
di saat suara gedoran pintu terdengar dari sa
? Kamu masih di si
l juga kotak bekal berisi makan
ama sekali tak mengantuk. Aku ingin tidur.
dan keluar dari rumah sepi, meninggalkan ponselku yang masih menyala dengan suara Ken yang terus
umlahnya tidak sedikit, mengingat lantai
uni, aku langsung masuk ke dalam mobil d
uar. Pintu gerbang yang lebar terbuka membuatku bisa melihat sebanyak apa tamu yang datang
, terutama sang Nyonya Rumah yang terlihat begitu bangga pada putranya. Tidak hanya untuk sang Putra Bungsu, aku bisa meliha
a
aha
ang
ada di
tap tertawa seperti itu? Ku rasa tidak.
at Ibu mertuaku meminta wanita itu bergabung. la bahkan tak segan
cin yang melingkar begitu pas di jari manisku, cincin yang rasanya begitu
-olokku, menghinaku begitu nyata hari ini. Tawa suamiku, kedua mertuaku, orang-oran
ri
memotong jalan pergiku. Berdiri penuh kepe
rlihat begit
berdiri di sit
menyentuh tanganku. Wajah dan sikapnya yang bersahabat sedi
sini? Apa kamu ingin mer
digenggam Anggita. Namun, rasanya ia
ampilanku dari atas sampai bawah. la tak menyembunyikan seringaian mengejeknya
ku yang bahkan tak mengenakan alas kaki, jadi ma
anku yang sama sekali tak pantas. Namun, sekalipun aku berdandan dan mem
r diri dan Ang
kan percuma kamu datan
baiknya sa
bisa tersenyum pada wanita yang s
k bahkan aku ingat kalau aku begit
melangkah meski tidak menoleh, "Kamu tahu
e
, aku yang menoleh ke belakang memiringkan kepalaku samb
rasa tidak hanya dirinya, aku pun kaget se
apa-apa,
pi wanita penuh perca
besok? Aku libur dan kamu pasti
tentan
beri tahu. Bagai
u tak bisa membaca sedikitpun arti tatapan Anggita padaku. Kecuali satu,
kamu nanti," jaw
aku akan men
njang dengan suamiku dan berbagi ranjang dengan suamiku dan menyerah untuk
u makan sebelu