ntut untuk memiliki pasangan pengganti. Arnav tidak mengira bahwa dia akan mendapatkan penawaran menikahinya, meskipun hanya sebagai penggan
rgerak untuk mengancamnya dari belakang. Atau bahkan mungkin sebelum itu? Seperti saat asistennya mempersilahkan wanita itu masuk kemudian ia dapat mengagumi cara berjalannya yang agresif namu
rius yang secara tidak sengaja meminta sebatang rokok pada dia misalnya? Mengingat kejadian itu dia jadi semakin tertantang. Tidak pernah d
a kenakan dan juga ucapan wanita itu membuatnya kian bersemangat. Meski begitu, sebagai figur seorang pria yang selalu
asi di wajah wanita itu. Dia ingin mengungkapkan seluruh praduganya. Ketidak asingan yang aneh diant
Arnav curi darinya. Tapi pria itu lebih pintar, dia menyembunyikan masker itu
ok. Pria itu bahkan lebih lega melihat versi suara ini dibandingkan suara yang beberapa saat lalu dia gunakan u
narik perhatian itu terbeliak. Arnav tahu bahwa ini adalah takdir yang telah digariskan Tuhan. Warna mata mempe
takan bahwa kita akan be
ati kepura-
hu aku adalah seorang director yang tidak akan mudah terkecoh oleh hal kecil
deb
t sebelum menjalani pernikahan yang sebenarnya? Terutama untuk situasi kita yang tidak lazim." Arnav be
as yang belum tersentuh dan memberikannya pada Raellyn. "Minumlah!" per
rharap keberanian wanita itu tidak goyah oleh sebuah gertakan kecil. Sebab nyatanya Arnav punya ego yang tinggi. Ia bukan tipe
tu tanpa keraguan. Dia mendorong gelas yang telah Arnav tawarkan. "Tapi bukan berarti aku menargetkanmu sejak awal. Urusanku disini untuk menuntut Arsene, tapi setelah tahu yang sebenarn
ahunya. Dia memang berbeda dari perempuan yang mengemis rasa cinta dari permainan handalnya diatas ranjang, atau sekadar meminta beberapa lembar uang kerta
sa aku salah m
yang beberapa detik lalu pria itu sodorkan. Sebab pria itu m
raduga yang terl
itu mendekat padanya, membuat sebuah gema layaknya lecut
gu pria yang lebih tinggi darinya itu. Menariknya begitu saja hingga pria itu tertunduk dan mereka bisa sejajar. "Panggil p
a itu mengitari leher Raellyn dengan tangannya, ibu jarinya meraba nadi yang berdenyut di pangkal leher wa
annya. Tapi ia bersikeras untuk mengabaikannya. Sentuhan ringan itu terhenti, dan dengan cepat Arnav menyadari
karang nampaknya kau tidak keberatan bila aku mencoba apa ya
pannya membeku. Jelas sekali dia tidak suka pilihan kata
Arnav mulai bekerja menelusuri rahang Raellyn. "Aku masih membutuhkan va
ar-u
rbilang nekat namun juga punya tujuan pasti untuk mengejutkan seluruh kepekaan yang dia perkirakan sudah pasti telah dimiliki
tua dalam letupan gairah. Raellyn hanya bisa terdiam kaku, wanita itu tidak bergeming meskipun kini Arnav telah menangkup wajahnya dengan k
il napas. Pria itu malah tidak sabar dan langsung mengambi
juga tidak menampik bahwa apa yang dia cecap dari diri Raellyn membuat ia geram sendiri. Entah me
an sejauh ini Arnav hanya bisa
ng gemetar hebat. Jelas adalah sebuah jenis respon lugu yang mengungkapkan seberapa murninya wanita itu. Tidak ada kelicikan, tidak ada rayuan, dan tidak ada sedikitpun keahlian yang terlati
kan indra wanita itu. Hasilnya punggung Raellyn yang melengkung, dan Arnav m
a lekuk tubuh Raellyn. Wanita itu refleks melepaskan dirinya dari ciuman Arnav yang penuh bahaya. Raellyn bisa melihat banyak sekali emosi yang ter
lelaki keparat!
seluruh amarah yang terikat. Bibirnya berkilauan oleh saliva atas penyatuan, ada seberkas rona merah di pipin
terlihat dua kali lipat lebih mempesona dan begitu
saat kau sedang marah. Mau la