ya. Dia merasa sangat lemas, tenaganya hilang tak bersisa, bahkan bibir yang semula bisa
Risa menyesali apa ya
dia menyesali s
pada pria playboy bernama Reagan Alvaro. Salah satu temannya yang
dia hanya diam saja, karena Alva tidak pe
, tapi hanya sekadar itu. Tangannya tidak pernah bergerak untuk macam-macam, b
a ingin menangis, tapi entah kenapa air matanya terasa kering. Dia tidak bisa menangi
. tidur
i sekujur rahangnya, menjalar pelan dari raha
n tampak penuh pengertian. "Mau mandi dulu?" tawaran
atinya yang hancur karena pengkhianatan dan fisiknya yang hancur karen
au mau gue mandiin?" t
rdiri tegap dengan sempurna. Padahal dia sudah melakukannya sejak tiga jam yang lalu dan terus menye
a berdiri, tegap, gag
tubuh polos Alva yang tak tertutupi kain apa pun. Dia menarik selim
a beraroma tidak sedap. Belum lagi bagian lembah kenikmatan yang ia miliki, benih pria itu
ngangguk perlahan. "Kalau gitu, gue mandi dulu, baru lo yang mandi. Setelah itu, kita bisa makan malam dulu. Oh, ya,
ya ke arah lain. Satu-satunya yang ia benci
at hidupnya sangat keras dan penuh perjuangan. Walaupun jatuh sakit dan harus berdarah
ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi, lalu mulai membersihkan
si negatif saat mengetuk pintu apartemennya dan kemudian, dia ingin mengamb
ranjangnya pada perempuan itu. Risa memang syok, dia terdiam cukup lama, tap
emua raganya untuk dimiliki oleh Alva seutuhnya. Bahkan mahkota yang harusnya
eh. Alva me
melepas keperawanan,
ncari Alva yang notabenenya hanya teman sekantor
memang mencari Alan daripada mencarinua. Karena selain menjadi paca
isa begitu marah dan tak terkendal
sebenarny
k nanti. Setelah mereka menyantap makan malam, dia akan mencoba
uh Risa. Mereka harus bicara, karena dia sangsi, salah satunya tidak bisa meme
*
ar setelah menyiapkan pakaian rapi yang bisa Risa kenakan, dengan pe
... rasanya san
buah guci antik yang begitu tipis dan harus dijaga dengan baik. Salah melangkah s
keliling tubuhnya, lalu dengan perlahan dia mulai melangkahkan kakinya den
akitnya terlalu menyiksa sampai dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ap
tanpa sadar mengalir melewati pipinya yang terda
nya telah dia la
enapa rasa sakitnya tidak kunjung hilang, padahal sudah
inya tanpa membiarkan tubuh dan m
dekati Risa. Dia tahu harga diri perempuan ini begitu tinggi, sampai kesakit
ecak kesal, dia tidak bisa mencegah perasaan sukanya tum
ari menarik lepas selimut tebal yang membuat tubuh Risa terlihat layak
dan satunya lagi di balik bahu Risa, lalu mengang
jadiin gue sandaran lo yang baru!" Alva berkata tanpa melirik Risa sedikit pun. "Percayalah, Ris, d
ata itu membuat dadanya menghangat, dari semua emosi yang telah melebur menjadi satu; amarah, kekes
ke dada Alva lalu kembali berkata, "Untuk ha
m, lalu kepalanya mengangguk pelan.
n perlahan menyinari hatinya. Dia tidak menangis, dia hanya tersenyum tipi
agia, karena entah mengapa ... dia merasa sedang
percintaan panas di antara mer