lva dengan telaten mengurusnya. Alva memandikan dan memakaikan baju ke tubuhn
panjangnya sampai paha. Pria itu bersiap kembali untuk me
ak ada niat buat macam-macam," katanya pasrah, nadanya sedikit putus asa
b Risa yang kini bergerak turun dari ra
benang pun, karena rasa sakit di antara kakinya yang begitu menyiksa. Namun, sekarang, rasa sak
tak mengenakan apa pun di balik kain yang dikenakannya. Risa hanya takut ...
wajah memerah Risa dengan tatapan
angguk pe
e mau lihat dari belakang!" perintahnya sam
g sangat pelan dan hati-hati. Beberapa kali Alva berdecak kesal, karena dia begitu tidak sab
di atas ranjang untuk menghabiskan malam yang panjang ini dengan sebuah kehangatan. Andaikan Alva tidak lupa, kala
a Risa yang kini berhenti melangkah dan menoleh ke arah
ramat detail, dia merasa risi luar biasa. Risa ingin pria itu berjalan di sisinya atau di depannya saja daripada ber
saja walau cara berjalannya masih terlihat aneh. Dia juga sadar, kalau Risa tidak begitu nyaman diperhatikan ole
ng kini menarik celemek dari lemari penyimpan
a berkutat di dapur dengan santainya. Dia bahkan terlihat biasa saja, wa
isa. "Terpesona karena ngelihat gue kayak gini, hm? Ke mana aja lo
ri mana lo dapat rasa perc
hal yang sama seperti apa yang barusan gue bilang soal gue?"
ursi yang ada di depan meja bar dan duduk di sana. "Gue nggak terpesona, naksi
sebal sambil melirik Risa yang lebih memilih
kayak l
t suka mempermainkan perasaan perempuan. Tentu saja dia tidak nyaman mengatakan hal itu, ketika beberapa sa
takkan dua piring nasi goreng itu di atas meja, lalu dia duduk di samping perempuan yang beberapa saat
nganggukkan kepala. "Iya, menurut gue cowok yan
gum-kagum. Padahal dari kata-katanya tadi, Risa menunjukkan bahwa
dimasakin
rung. Dia menatap Alva, lalu memamerkan senyuman miring. "Pernah se
ff
Alan modus dengan cara membuatkan sesuatu untuk kekas
tawa aja. Jangan dita
a bagaimana rasanya, karena menurut Risa ... rasanya biasa saja. Tidak enak
uga tidak bisa memasak, tapi dia memaksakan diri untuk bisa memasak dan terus melati
a dia mau terus berusaha keras, walaupun
icara. Makan dengan lahap adalah cara menghargai masaka
banget sama masa
abis pada Risa. Dia berpikir perempuan itu mau nambah lagi
dibilang sangat enak ... karena ya ... mungkin karena itu hanya nasi
san. "Apa gue kelihatan kayak ora
n mata melirik Risa yang kini lebih tertarik memperhatikan tembok
ang, lalu mengembuskann
la napas kasar. "Lo punya
a. "Kalau soal hutang karena makan malam kali ini, oke, gue bakal nrakt
asnya panjang. "Gue butuh penjelasan, kenapa lo yang selama ini begitu angkuh dengan tawaran gue, tiba-tiba saja me
asih apa yang paling lo mau selama ini. Bahkan gue rasa, gue udah ngasih sesuatu yang nggak aka
na, meninggalkan Alva yang menatap keperg
memanfaatkan Alv
dia telah salah memilih orang