harian sebagai petani. Maka di hari itu juga, setiap pagi mereka sudah berada di sawah dan ladangnya masing-masing. Sedangkan s
a, perasaan anak gadis Demang Mandura itu menjadi tak karuan rasa. Belum juga ia mengutarakan isi hatinya kepada pemuda bagai Dewa Kamajaya
ia sama sekali tidak memedulikan orang-orang yang menyapanya. Hanya
ri di depan pintu regol yang terbuka lebar. Dalam hati ia bertanya-
ni kepada diri sendiri, "sekarang dia berbal
andini lalu menyapa perempuan tua it
Karena pintu regolnya terbuka lebar," ja
ang tua s
. Mengingatkan aku pada rumah orang
kalau nenek bukan orang desa ini, maupun sekitarnya.
ya seorang pejalan kaki yang
pikir mungkin perempuan tua ini seorang pengemis. "Te
, "Aku merasakan hati yang culas dan sikap yang angkuh dari sorot wajah gadis m
Gand
guk. "Namamu bagus. Tapi sayang,
ngan nasibku yang bu
dini. Ia malah meninggalkan gadis belasan tahun begitu s
memiliki kesempatan untuk memarahi perempuan tua itu. Sehingga
siapa. Aku ini anak seorang Demang yang memimpin sebuah Kademangan yang besar, bahkan mendiang kakekku adalah seorang senapati perang kerajaan. A
h dari padukuham induk, kini berpapasan dengan Ki S
ni adalah perempuan yang pernah ia jumpai bebera
kan kenapa ia sering melihat perempuan tua itu berkeliaran di sekitarnya. Namu
k menjadi anakmu. Tetapi kau malah ingin memperis
, perempuan tua ini hanyalah seorang tua bangka yang tidak memili
upun terangkat dan melay
l
elakang sembari memegangi pipinya yang terasa panas bercampur pedih. Ia tidak lagi memiliki keberanian untuk mengh
"Kenapa ketika aku memutuskan untuk kembali ke dunia ramai. Malah bertemu dengan orang-orang seperti ini. Apakah Bhumi
ana di rumah Ki Demang nampak sepi meskipun beberap
ru saja membaringkan tubuhnya di pembaringan. Tiba-tiba mendengar
Gandini yang langsung men
a muncul di dekat Gandini. Meskipun sosok itu
n muda. "Nyai. Sudah begitu lama Nyai tidak datang mengun
tul
uh Nyai sudah na
tu tersenyum dal
u. Tetapi, aku tidak bisa melakukannya sendir
isa saya la
imu. Supaya aku bisa leluasa melakukan s
a bagaima
au akan beristirahat. Sedangkan wujud
a, kelak Gandini akan memiliki sebuah kesaktian yang akan membuatnya menjadi seorang pilih
u idamkan selama ini, Gandini. Terutama untuk
kaget karenanya. Sehingga beberapa saat dia hanya termangu-mangu sambil menatap daun pintunya yang s
tu!!" seru seseora
k mengetuk pi
mang yang terdengar semakin tida
ut Gandini
ra turun dari pembaringannya dan mem
gajukan beberapa pertanyaan untuk puteri tun
".jawab ten
a dengan seseorang." suara Ki
ini. Bapak lihat saja sendiri. Pintu dan jendela tertutup rapat-rapat. Kalaupun
dak mau sampai kecolongan atas anak gadisnya itu. Pada saat itu, kehormatan seorang anak gadis adalah kehormatan bagi sebuah k
yang mencurigakan di dalam kamar anaknya itu. "Aneh. Tadi bapa
bapak saja, atau bapak yang salah mendengar mengira para penjaga yang mengobrol diluar terdeng
r larut malam." ujar Ki Demang yang merasa bahwa apa
, p
nafas dalam-dalam. Kemudian ia kembali menutup pintu kamarnya itu. Sementara perem
arap Nyai juga menepa
. Aku pasti akan menepati janjiku padamu. Mulai sekarang, ang
an Sendang Karang itu. Belum pernah Nyai menyebutkan nama Nyai
eorang murid. Dan orang yang beruntung itu adalah dirimu, Gandin
•