kah menelusuri padang rumput ilalang di tengah-tengah hutan, sedangkan beberap
udah lama ditinggalkan penduduknya." Batara memperhatikan beberapa batu hitam yang
anahnya sudah tertutup rumput setinggi lutut, pemuda itu dapat menerka bahwa pategalan itu dulunya pastil
ik hampir setiap jengkal di sekitar tempat ia melangkah. Ketika ia sampai ke sebuah pategalan yang tidak seluas bekas alun-alun, maka iapun berhenti. Di balik rerumputan l
!! S
yentuh dedaunan kering. Kemudian diiringi langkah-la
au awasi dari luar, anakmas. Hu
mpat menghilang dari kejaran Batara, kin
Sendang
ng mencari Dusun Sendang K
paham dengan apa yang kau bicarakan. Tapi bicara menilik dari cara
dak sekalipun aku melihatmu masuk kedalamnya. Sehingga, aku memang sedikit penasaran dengan dirimu dan aku memang bertanya kepada beberapa orang penduduk Mandura. Mereka mengatakan bah
tujuanmu mem
un Sendang Karang yang ingin kau ketahui. Dan
ng pendongeng yang handal. Tapi aku bukan bo
ak mempe
iasa. Guruku berkata, bahwa hawa semacam ini adalah hawa siluman dan sebaiknya memang harus di
i-laki tua itu, ia menunjuk kebawah. "Apa kamu
agiku kau hany
n, Batara langsung meny
unggu
, maka dengan terpaksa laki-laki
aa
nya menghantam batang pohon tempat laki-laki tua
ng hebat. I
ra seasalnya. Tetapi serangannya tidak ad
dada. Terasa seolah-olah unsur alam di sekitar tem
m yang luar biasa dari diri pemuda bernama Batara itu. Tetapi, apakah anak
l jarak sejauh-jauhnya ketika Batara menjulur
ar
ang bagai topan melanda belantara, di sertai suara derak-derak pohon kecil yang berpatahan dan gemuruh suara b
s terkena lindu yang sangat dahsyat. Pohon-pohon kecil bertumbangan dan batu-batu berhancuran. Laki-laki
a belasan tahun ini? Ia pasti tidak memiliki latar belakang
da, laki-laki tua itu segera berseru. "Sudah
22 kepeng perak. Dan aku
erkata. "Bagaimana kalau aku membayarnya dengan ilmu perguruanku? Kau adalah pemuda berbakat yang jarang sekali aku temui di belah
njilat." s
ih berdiri sebuah desa yang indah. Anak-anak bermain galah ataupun bermain bantengan dengan r
tetapi ia terus saja mendenga
ahan bagi orang-orang yang melintas dari Kerajaan Parang Beji ke Kerajaan Bojanegara maupun sebaliknya." laki-laki tua
yang sejak tadi d
pan kabut tebal dan panas yang disertai serangan ribuan burung gagak telah menewaskan banyak orang. Baik orang tua mau
ebal dan panas yang disertai serangan burung gagak? Siapapun orangnya, aku yakin pa
tidak sedang
juga tidak mau d
u belum
ndiri." Batara yang sudah muak mendengar cerita laki-
mber malapetaka di Dusun Sendang Karang ini. Bukankah itu alasa
atap laki-laki tua itu. "Kau ta
ki ilmu yang mampu melihat kedalaman hati seseorang lewat pandangan
gan-jangan laki-laki tua itu bisa meneb
paling mendalam. Dan aku melihat sosok perempuan muda di dalam ingatanmu. Perempuan muda itu
n? Siapa dan dimana
uan muda itu. Namanya Nyai Kekayi, asalnya aku tidak tahu. Dan sebetulnya, aku juga memili
rat. "Setan Tua, jika kau berani membohongik
s. Aku hanya seorang laki-laki tua, yang berharap akan ada seseor
u akan me
udah setuju?" sahu
urusan dengan perempuan
san
nah mendengar berita mangkatnya Pangeran Pat
kit keras setelah kunjungan kerajaan ke Bojanegara. Hal itu membuat Medang Jati dan B
ran Pati bukan puput yuswa karena sakit k
hubunganny
kematiannya. Orang itu mendapatkan sebu
njuk
tnya seperti orang gila. Hidupnya menjadi tak karuan, tidak memiliki gairah untuk memimpin beberapa wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap malam selalu menghilang
m perlahan sekali. "Pantas kekuatannya semakin berl
ra yang melihat laki-laki
ah menyebutku Setan Tua. Aku juga memiliki nama yang diberikan
napas pelan. "
us. Sepadan dengan parasmu yang tampan rup
idak berminat untuk me
hui sosok perempuan itu. Maka
akan menunggumu di
ah berjalan meninggalkannya. Tetapi beberapa saat kemu
•