atletisnya. Setelah kejadian menghebohkan semalam, membuatnya tak berm
enyuman manisnya, menyambut
g baginya itu tak akan membuatnya luluh. Jangankan luluh, bahkan meng
kap Justin. "Kenapa, sih, sikapmu be
rtanya kenapa? Perlukah aku menye
. Ini hampir satu tahun dan dirinya masih saja didinginkan oleh laki-laki ini. Bahkan
tin sambil mengarahkan satu sendo
ada matinya membuatnya merasa kesal. Dengan cepat dan kasar ia jauhkan tangan
mengintip dari arah dapur saat menden
, kan ... jangan berkelakuan seperti itu lagi padaku! Apa kamu tak mengerti, ha
saat emosi begini. Pengalaman beberapa kali ia alami saat teru
af
f bagimu!"
akan itu. Laksana sambaran api yang keluar dari mulut naga
Kemudian dengan cepat berlalu pergi dari sana. Kemana
kalian!" bentak Alice mendapati beberapa
an Justin. Kalau terus melawan, bukan tidak mungkin nyawanya ikut melayang di tangan laki
*
ta bernama Alice. Berharap banyak jika dia bisa
-tengah keluarganya. Ya, bagi orang yang tak tahu. Mereka akan bera
strinya? Iya, istri. Bahkan ia sendiri saja tak percaya bisa menikah dengan wa
ruk dan licik ... yang dengan sengaja menjebak dirinya. Padahal bisa menolak dan menghindar, kar
" perintahny
n," sahutn
berselang, mungkin baru lima menit perjalanan, tiba-tiba pandangannya tak seng
tentu saja tak mungkin. Bahkan ia tak pernah mengijinkan wanita itu memasuki mo
ngat. Ponsel ini adalah milik Hana ya
ulu ke kantornya,"
rah ke kediaman keluarga Hana. Ayolah, ini jaman canggih. Tak
rumah dengan pagar setinggi dua
, Pak
n masuk," ujar Justin me
enghampiri satpam yang
ustin langsung pada satp
Anda si
bukakan akses masuk bagi orang yang memang tak diken
g sama Bapak Emil kalau sa
ar," ba
embalikan ponsel milik Hana, tak akan ia lakukan hal bodoh ini. Membuat reputasiny
pirinya. Tapi kali ini dia langsung membuk
capnya kembali
h berada dalam pikiran masing-masing. Justin yang mematut-matut keadaan
gan Justin mengarah padanya. "Jadi,
ponsel milik Hana yang ada di tangannya. "Mau m
per
ini masih belum turun, Bapak
a Justin dan siapa dirinya. Bermasala
ponsel itu,"
lah dengan benda ini
untuk mengusir. Tapi ada baiknya sekarang Anda pergi dari si
i perkataan Emil. Bukan berniat mengusir, t
Hana?" ta
ri sini." Giliran
an berakhir di lantai dengan tragis. Hancur berkeping-keping. "Saya t
tu salah besar. Ambisinya sangat tinggi,
a pecah yang berasal dari lantai atas. Tak lama kemudian, du
Non Hana di kamar lagi
bergegas menuju
h cepat menuju lantai atas, mengikuti lan
dis itu sudah penuh dengan benda-benda yang berserakan. Mulai dari vas bunga, gelas, piring, buku,
" bentak Emil pada putrinya ya
nggak mau!" teriaknya. "Papa sama sama
amu kebebasan, bukan berarti bebas berhubungan layaknya gadis tak benar. Sekara
, sih, nggak percaya padaku? Aku nggak pernah lakuk
emosi saat Hana terus membantahnya. Apalagi sek
mengenai pipi gadis itu. Membuatn
cahan cermin yang berserakan di lantai. Rasa perih berusaha i
Arini yang berniat menghampiri Hana saja, ia tahan. "Apa kamu sekarang sudah merasa dewasa dengan membant
n mendapatkan perlakuan buruk seperti ini? Apa seoran
dan Arini mengarahkan pand