/0/9440/coverbig.jpg?v=013b75a74c91ed20843ede507cec163b)
Hai, namaku Awan Gintari. Sering disapa Awan oleh semua orang. Hmm, aku suka menjelajah namun semuanya menghilang saat menemukan nama ayah tertera di salah satu makam, duniaku mulai berubah. Mulai dari keceriaan, kebahagiaan, kasih sayang dan juga keseharian yang begitu membosankan. Lantas, apa kalian ingin menemaniku sebentar? Mendengar keseharian yang kuanggap membosankan ini? Jika ya, mari ikut bersamaku kedalam cerita ini. Bersama Awan, yang kini membenci kesehariannya.
Muhammad Anlad.
Mataku menatap nanar nisan yang kuanggap masih lama kutemui, ternyata hari ini sudah waktunya. Ayah sudah pergi bersama para kenangan yang seharusnya tetap dilanjutkan bersamaku di hari-hari selanjutnya. Semua orang yang tadinya kemari sudah pergi layaknya kata para pepatah, saat duniamu selesai maka di alam kubur tinggallah kamu sendirian sedang yang lainnya melanjutkan hidupnya.
"Ayah, kenapa harus hari ini? Bukankah Ayah hari ini berjanji memberiku kado sebagai hadiah atas pencapaianku sebagai anak ayah yang baik?" katakan aku tidak jelas karena berbicara dengan tumpukan tanah.
Mana mungkin Ayah bangun dan menjawab pertanyaanku kan? Itu namanya mengubah hukum alam.
"Kakak bukannya senang ya Ayah akhirnya pergi? Tidak adalagi yang meminta uang kakak setiap kali selesai gajian? Tidak adalagi yang memalak kakak setiap hari? Padahal aku kira, kakak akan tertawa didepan makam ayah. Ibu aja dirumah Happy, malah mau masak daging sapi." ternyata dugaanku salah, si bungsu masih ada disini.
"Kamu tau tidak apa yang paling menyedihkan dalam hidup?" tanyaku tak jelas, padahal pembahasannya tadi bukan soal ini.
"Pikiran kakak makin tidak jelas." langkah kakinya menjauh, aku tidak tersinggung dengan ini.
Sudah biasa.
"Ayah tau tidak kenapa aku sedih? Karena setelah ayah pergi, aku tidak tau tujuanku bekerja dan mencari uang untuk apa? Apa uangnya aku kuburkan saja bersama ayah disini?" kegilaanku memang sudah di akui semua orang, semuanya.
"Setiap kali aku menerima berlembar-lembar uang maka yang kupikirkan adalah langsung memberikannya pada ayah karena itulah tujuanku bekerja. Terus sekarang? Apa Ibu akan berubah menjadi seorang ibu yang menaruh pundaknya padaku, ayah? Atau bagaimana?" kulihat sekitar, menghela napas pelan lalu menunduk menatap tumpukan tanah.
"Aku berdo'a semoga ayah bisa menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan baik, walaupun ayah suka main hal yang haram tapi aku berharap uang yang aku sedekahkan atas nama ayah bisa menerangi ayah didalam sana nanti." setelah membual entah apa, kutinggalkan kawasan pemakaman tanpa menoleh sama sekali.
Tujuan manusia cuman satu, kematian. Itulah yang ayah katakan sejak dulu, makanya ayah lebih suka bersenang-senang daripada mengeluh mengenai makan tempe tiap hari atau memakan nasi yang hampir basi.
Lucu, tapi benar juga.
Namaku Awan Gintari, perempuan yang gagal dalam pernikahannya 3 setengah tahun yang lalu akhirnya menjadi janda kurang dari sebulan sehabis akad. Alasannya, aku kurang tau dan malas tau. Yang kuingat adalah mantan suamiku datang membawa selembar kertas lalu kutandatangani tanpa banyak tanya, selesai.
Simpel, kata Ayah jangan mempersulit hidup karena takutnya ada yang kamu sesali sehabis mati.
"Apa yang kamu lakukan disini?" anehnya, mantan suami yang mengajukan kertas dadakan itu selalu berkeliaran di sekitarku. Hampir setiap hari.
"Mengunjungi mantan mertua yang baru saja meninggal." jawaban pasaran, malas meladeninya aku melewatinya begitu saja enggan berurusan dengannya terlalu lama.
"Apalagi?" kesalku, pasalnya dia menarik lenganku tiba-tiba.
Tidak ada jawaban, dengan paksa kulepaskan tangannya dari lenganku. Menatapnya malas lalu pergi tanpa menatapnya, ayah pernah bilang padaku bahwa sesuatu yang sudah berlalu atau menjadi kemarin sebaiknya kamu lupakan, baik orangnya atau masalahnya jangan pedulikan.
Ayah memintaku melanjutkan kakiku, jangan membalikkan badan apalagi mengemis perhatian pada mereka. Awalnya aku kurang paham tetapi setelah mengalaminya sendiri akhirnya aku paham apa yang ayah maksud selama ini, dan aku menyetujui perkataannya.
"Aku akan mengantarmu pulang." tanganku ditarik dengan lembut, menuntunku masuk kedalam mobilnya bahkan memasangkan sabuk pengaman untukku. Dia kira aku kekasihnya kali ya?
"Mama Papa titip salam, mereka turut berduka cita."
Balasanku adalah gumaman, entah apa tujuannya berkeliaran layaknya orang gila.
"Kayaknya hari ini akan hujan,"
Aku dengan sigap menatap awan di atas sana, oh mau hujan.
"Dulu kamu sangat suka awan sama seperti nama depanmu, mau ke suatu tempat lebih dulu?"
Dengan jengah aku menatapnya, "ada apa?" tanyaku langsung, aku tau dia punya tujuan lain makanya kemari.
"Sebentar lagi aku akan menikah."
Ku anggukan kepalaku beberapa kali, "mana undangannya?" tanganku ku tadahkan, menunggunya memberiku selembar kertas berisi namanya dengan perempuan lain.
Apakah aku terluka? Tentu tidak, ingat kata Ayah kan? Jangan membuang-buang waktumu hanya demi perasaan, napasmu ada bukan untuk meratapi hati yang tidak memiliki balasan.
Beberapa menit berlalu, tanganku malah ngambang tidak diberikan apapun jadinya aku menariknya kembali, mengidikkan bahu tidak peduli. Masa bodo, untuk apa memikirkan mantan suami? Aku sedang banyak beban apalagi mengenai hutang Ayah yang sangat banyak. Warisannya sungguh berbeda dari orangtua lainnya.
"Aku akan menikah, Gintari." dia mengulangnya lagi.
"Lantas? Kamu mengira aku akan menangis? Ayahku saja meninggal membuatku biasa-biasa saja apalagi cuman kabar menekanmu, kamu siapa? Hanya mantan suami yang sudah lama sekali. Kapan itu? 3 setengah tahun yang lalu jadi dibagian mananya aku harus bersedih?" suaraku mendominasi mobil, menatapnya remeh barulah turun dari mobilnya lagian sudah sampai rumah juga.
"Gintari!"
Dengan jengah aku berbalik menatapnya, menunggunya mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dasar, mantan suami merepotkan.
"Aku masih mencintaimu."
Masa bodo.
"Pernikahan sudah kubatalkan, demi kamu."
Bukan urusanku.
Enggan mendengarkan bualannya terlalu lama, aku mendengus lantas masuk kedalam rumah tidak memperdulikan ibu dan si bungsu di teras rumah. Terserah mau menyapa si mantan suami atau tidak.
Sesampainya di kamar,kuperiksa ponsel yang sejak tadi kuabaikan karena mengurus pemakaman ayah.
Ada satu pesan yang membuatku langsung tersenyum dan meneteskan airmata di waktu yang sama.
Apa kabar jiwamu hari ini?
Dia sudah kembali ke Indonesia, nomornya sudah aktif kembali. Satu-satunya orang yang selalu menanyakan jiawaku bukan yang lainnya.
Dan juga satu-satunya orang yang kujawab pertanyaannya dengan kejujuran juga.
Sedang tidak baik-baik saja, sangat.
Suara langkah kaki yang mendekat membuatnya membalikkan badannya dengan cepat, memfokuskan pandangannya pada objek itu. "Mau dimana? Jantung atau kepala?" "Bagaimana kalau kamu memanahnya di hatiku saja? Dengan cintamu?" Anayra Az-Zahra. Ia tertawa dibalik cadarnya, membalikkan badannya lalu melepaskan anak panahnya. Seperti biasa, tepat sasaran. "Saya tidak tau kalau laki-laki yang abi minta untuk dipertimbangkan sebagai kandidat calon suamiku ternyata seorang pembual, saya yakin dengan kata itu kamu sudah berhasil mengelabui banyak perempuan," mengambil satu anak panah lagi dan memfokuskan pandangan. "Hahaa, aku suka bagaimana pemikiran seorang Anayra." Dibalik cadarnya Anayra tersenyum remeh, melepaskan anak panahnya lalu tertunduk. "Namun saya belum memutuskan apakah anda pemenangnya ataukah menjadi kandidat yang gugur di antara banyaknya peminang." setelah mengatakan itu, Anayra berlalu. Kakinya berhenti melangkah saat mendengar perkataan dibelakang sana, dibalik cadarnya ia tertawa lagi. Hatinya telah membenarkan tanpa ia sadari. "Oh ya? Padahal aku merasa, aku sudah berhasil menjadi pemenang selayaknya kamu yang memanah hatiku hari ini. Bagaimana? Benar bukan?" Namanya Arendra Fagtaputra. Dia tergapai namun kehidupannya terlalu gelap, saking gelapnya butuh bertahun-tahun untuk menderang.
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?