/0/7757/coverbig.jpg?v=20250122152235)
Kisah tentang vampire dan manusia yang saling jatuh cinta
"MOM!!!" seru seorang bocah lelaki yang segera memeluk pinggang seorang perempuan muda. Perempuan muda bermata cokelat besar dengan rambut ikal berwarna senada tersebut terlihat kebingungan dan gugup, apalagi orang-orang di pusat perbelanjaan tersebut melihat padanya. Meski begitu, gadis tersebut tetap saja berbicara dengan nada lembut pada bocah lelaki itu.
"Kamu salah, aku bukan ibumu."
"Tidak, aku benar. Kamu adalah ibuku!" tegas bocah lelaki tersebut sambil memeluk makin erat.
"Cio, kamu di sini rupanya, kamu ini sedang apa? Ayo lepaskan dia sekarang!" tegur seorang pria yang bergegas menghampiri dan menarik tangan bocah lelaki itu. Namun sang bocah justru menangis keras sambil tetap memeluk gadis yang tengah bersamanya.
"Aku tidak mau, aku mau tetap dengan Mom!"
"She is not your mom!" gertak si pria dengan suara tidak kalah keras. Namun bocah lelaki tersebut tetap bersikeras. Ia bertambah memeluk erat si gadis.
***
Vania Valencia tidak menduga sebelumnya. Niat ia hanya berbelanja beberapa kebutuhan malah membuat dirinya kini menjadi pusat perhatian. Bocah lelaki yang tengah memeluk pinggangnya tersebut enggan melepas, bahkan memeluk makin erat, meski pria yang baru datang telah menarik tangan anak itu. Bocah lelaki bernama Cio itu justru malah menangis keras. Hal itu membuat Vania merasa tidak tega. Ia memang mudah tersentuh dengan tangisan seperti itu.
"Sudahlah, Tuan, tidak apa, biarkan saja dia bersamaku."
"Tapi, Nona, hal ini pasti akan merepotkanmu."
"Tidak apa, saya tidak merasa direpotkan. Saya malah akan senang jika bisa bermain dengannya."
Pria tersebut diam sejenak dan kemudian mengangguk.
***
Cio tengah asyik bermain di tempat permainan yang berada pada pusat perbelanjaan tersebut. Tadinya ia mengajak Vania, tetapi setelah beberapa saat Cio malah terlihat asyik bermain sendiri. Pria yang sebelumnya berdiri bersandar di dinding tidak jauh dari mereka mengawasi. Tubuh tegap dan wajah yang terbentuk sempurna dengan hidung mancung membuat para gadis dan perempuan muda tidak berhenti menatap dengan sorot kagum. Namun pria berdagu persegi tersebut tidak terlihat peduli. Tatapan matanya tertuju pada Vania dan Cio. Setelah Cio asyik bermain sendiri, pria tersebut melambaikan tangan untuk memanggil Vania mendekat. Dengan langkah tidak pasti, Vania segera menghampiri.
"Terima kasih telah mau mengurus Cio," ucap pria tersebut sebelum Vania berkata-kata.
"Tidak apa, ini juga hal yang menyenangkan."
"Kau pasti lelah dan ini juga menyita waktumu. Aku akan membayarmu sekarang."
"Tidak perlu, aku ...."
Vania belum selesai berkata-kata. Namun pria itu malah menggamit pergelangan tangannya dan setengah menyeret dia pergi dari sana.
"Eh, tunggu!" panggil Vania yang dengan tergopoh berjalan di belakang pria tersebut.
"Kenapa kita pergi? Bagaimana dengan Cio?"
"Tidak akan terjadi apa-apa padanya. Dia akan baik-baik saja."
"Tapi ...." Terbersit di benak Vania, apakah pria yang menarik tangannya itu benar-benar ayah Cio? Jika benar, kenapa pria tersebut begitu mudah meninggalkan putranya yang masih kecil?
"Jangan khawatir, tidak akan terjadi sesuatu padanya."
"Tapi ...."
"Jangan membantah lagi. Makin cepat aku membayarmu, makin cepat pula kita kembali pada Cio."
'Hah???' dengkus Vania dalam hati.
'Kenapa dia malah jadi mengancamku?'
"Kau ini bersikap sembarangan, bahkan tidak terlihat cemas meninggalkan Cio, apa dia bukan putramu?" tandas Vania tanpa bisa menahan diri.
"Jangan-jangan kau sengaja melakukannya? Kau disuruh menjaga anak itu, tetapi tidak mau bertanggung jawab, jadi kau merasa kesal dan sengaja meninggalkan dia. Lalu kau akan mengatakan pada keluarganya bahwa kau kehilangan dia. Benar, bukan?"
Pria yang menarik tangannya tersebut tidak menjawab. Pria itu kemudian malah mengambil beberapa helai pakaian dan mendorong Vania masuk ke dalam kamar ganti.
Jantung Vania tidak henti berdetak kencang saat pria itu mendorong dia ke dinding ruangan sempit tersebut. Kedua lengan kokoh pria tersebut mengungkung dia hingga dirinya tidak bisa untuk pergi. Tatapan mata yang begitu langsung pada dirinya dan embusan napas hangat membelai wajah membuat semburat rona dadu tidak urung juga muncul pada kedua pipi Vania. Wajahnya yang bersemu dan detak jantung yang begitu tidak terkendali membuat Vania berpikir bahwa pria di hadapannya juga pasti menyadari gejolak yang muncul pada dirinya. Namun pria tersebut tidak tampak berniat untuk menyingkir.
"Kau jangan terlalu sok tahu. Kalau tidak, aku akan membungkam mulutmu itu," ucap pria tersebut. Meski terdengar mengancam, tetapi telunjuk dia malah menyentuh bibir Vania hingga seperti tengah menggoda gadis itu.
"A-pa ... yang ...?"
"Ganti pakaianmu dengan ini!" suruh pria itu, memotong kata-kata tercekat Vania. Ia mengatakannya sambil mendorong pada Vania beberapa helai pakaian yang telah dia ambil sebelumnya.
"I-ni ... ti-dak ...."
"Kau mau mengganti pakaianmu atau aku yang akan menggantikan pakaianmu untukmu?"
***
Sekian menit berlalu dan Vania hanya berdiri diam di dalam kamar ganti tersebut. Tatapan matanya tertuju pada cermin besar yang berada depan dia. Jantungnya masih berdegup kencang. Vania adalah gadis yang introvert, ia tidak pernah dekat dengan pria mana pun, apalagi hingga begitu intim. Semburat dadu kembali mewarnai kedua pipi Vania ketika ia kembali teringat pada kedekatan ia dengan pria yang bahkan tidak ia tahu namanya tersebut.
'Apakah kau bodoh, Nia?' tegur suara hatinya. Vania menghela napas perlahan. Pria itu mungkin tidak memiliki pikiran lain padanya. Mereka bahkan tidak saling mengenal sebelumnya. Jadi rasanya tidak mungkin pria itu menyukainya. Vania tersenyum tipis, ia tidak pernah percaya cinta pada pandangan pertama, apalagi cinta tanpa saling mengenal.
"Apa kau sudah mencoba?" tegur suara di luar. Suara berat yang adalah milik pria tersebut. Vania tertegun. Ia kemudian teringat pada tumpukan pakaian yang diberikan pria itu padanya.
'Apa memang cinta pada pandangan pertama tidak ada? Tapi jika memang tidak ada, lalu kenapa ia memberiku pakaian-pakaian ini?'
Merasa bingung, Vania memutuskan berjalan keluar dari kamar ganti tanpa mencoba satu pun dari pakaian tersebut. Namun baru saja keluar, pria yang memberinya pakaian itu mendorong ia masuk kembali ke dalam.
"Kau tidak mencoba pakaian, apa benar-benar ingin aku yang menggantikan untukmu?"
"Aku bisa melakukannya sendiri, tapi kau harus memberitahuku kenapa memaksaku memakai pakaian-pakaian itu?"
"Aku hanya membayarmu. Kau sudah mau menemani Cio. Aku membayarmu dengan membelikanmu pakaian."
"Tidak perlu, aku tidak perlu dibayar," ucap Vania sambil kembali hendak melangkah keluar, tetapi pria itu segera mencekal tangannya.
"Kalau kau menolak, maka aku benar-benar akan menggantikan pakaianmu."
"Aku tidak membutuhkan pakaian seperti ini."
"Jadi kau tidak mau?" tanya pria tersebut sambil mengambil sehelai terusan berwarna putih. Tatapan matanya menatap lekat pada manik mata Vania. Ia juga melangkah maju, sementara Vania melangkah mundur. Namun dirinya kemudian tidak bisa mundur lagi karena ada dinding di belakang dia. Wajah pria tersebut mendekat. Embusan napas hangat kembali membelai pipi kiri Vania.
"Apakah kau benar-benar ingin aku yang mengganti pakaianmu?" tanyanya dengan suara berbisik.
Karin dan Vian, seorang idol, terpaksa menikah karena perjodohan,padahal mereka tengah berseteru karena Vian menganggap Karin sebagai pembawa sial bagi karirnya.
Seorang gadis yang terlatih untuk membunuh kini ia diperintah untuk melindungi seorang pria. Pria tersebut adalah seorang ilmuwan. Penemuan dia menyebabkan dirinya dalam bahaya. Dan pertemuan dia dengan gadis pembunuh bayaran meyebabkan bahaya lain di hatinya karena perasaan lain yang berkembang menjadi cinta.
Karena sebuah kesalahan, Liz memiliki anak dengan Caden, pria yang bahkan nyaris tidak ia kenal. Caden sendiri tidak tahu hal tersebut. Ia membenci Liz yang dianggap memang sengaja menjebak dirinya. Hingga Liz dan Caden kemudian kembali bertemu bertahun kemudian
Raina adalah gadis yang terpilih menjadi pengantin vampir. Para pemburu vampir kemudian melindungi dia, tetapi sebenarnya mereka bermaksud menggunakan dia untuk menjebak para vampire yang mengincar dirinya.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.