Eliza yang awalnya hidup normal harus mengalami kejadian demi kejadian aneh setelah ayahnya meninggal dunia, demi keamanan Eliza ibunya terpaksa pindah ke sebuah kota yang membuat Eliza menemukan kebenaran yang tidak pernah dia kira ada selama ini. "Kau milikku dan selamanya akan selalu seperti itu meski kau bersikeras memohon aku melepaskan dirimu." Henry memeluk Eliza dari belakang menikmati aroma yang unik milik Eliza. Siapa yang sudah membunuh ayah Eliza? Kenapa mereka diikuti dan diincar oleh seseorang? Dan bagaimana cara Eliza melindungi diri dari semua tragedi itu.
Suara petir terdengar menggelegar hingga membuat beberapa orang enggan untuk keluar rumah, hiruk pikuk gemerlapnya sebuah kota Langsa langsung menghilang berganti dengan kesuraman dan ketakutan. Beberapa orang yang tidak bisa pulang segera ke rumah masing-masing memilih berteduh di sudut-sudut rumah atau halte demi bisa menghangatkan tubuh mereka.
Di gemerlapnya malam itu, makhluk aneh dengan taring dan mata memerah sedang berkeliaran mencari mangsa, kukunya yang tajam dengan aroma darah kental yang mengiringinya membuat hewan mundur ketakutan. Makhluk bernama vampir itu melompat ke sana-kemari dengan kecepatan yang tidak dapat diprediksi mencoba mengejar sesuatu di tengah lebatnya guyuran hujan.
Jejak kemerahan yang dia tinggalkan tersapu air hujan hingga tidak meninggalkan aroma lain lagi yang membuat orang akan curiga, seorang wanita yang sedang bersembunyi di suatu gelap sebuah bangunan merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia melihat sekeliling dengan ekspresi ketakutan sembari sesekali memegang lehernya yang terasa dingin, dia semakin mengeratkan baju yang dipakainya agar hawa dingin itu tidak masuk semakin dalam.
Ketakutan serta kegelisahan yang dirasakannya semakin menjadi saat beberapa mata merah menatapnya nyalang dengan rasa lapar yang semakin meningkat tajam. Gadis cantik yang merasakan keanehan itu memilih berlari dari tempat itu segera menembus hujan yang sepertinya tidak akan reda sampai pagi itu.
Dia berlari menuju keramaian dengan wajah pucat, aroma yang diciumnya di tempat itu menyadarkan Eliza kalau di sana ada sesuatu yang tidak benar sedang mengintai dirinya lengah. Eliza merasa napasnya memburu, dia berusaha menemukan orang yang berkumpul sebelum menyatu dengan mereka untuk menghilangkan ketakutan yang dirasakannya.
Di sudut gelap itu beberapa pria dengan mata dan taring yang masih meneteskan darah ke luar dari tempat persembunyian mereka, di belakang tempat mereka keluar. Ada sesosok mayat kering tanpa darah dan tanpa busana tergeletak dengan mata melotot tidak percaya.
Di leher mayat itu ada dua lubang aneh terbentuk, begitu juga dengan bagian tubuh lainnya yang terbuka.
"Gadis itu berbeda dengan gadis lain yang kita temui, aroma serigala juga tercium di tubuhnya. Apakah dia gadis yang kau inginkan itu?" Seorang pria dengan iris mata berubah biru menepuk bahu temannya yang terus memandangi arah tempat Eliza pergi tadi.
Pria itu tersenyum aneh sembari membersihkan sisa darah yang ada di sudut bibirnya, dia tersenyum aneh sembari mengangguk cepat.
"Dia memang keturunan pria itu, darah ibunya juga darah bangsawan setidaknya mampu menaikkan status rendahanku menjadi lebih tinggi lagi. Vampir seperti kita tidak akan diakui dengan mudah oleh petinggi vampir apalagi kita bukanlah vampir murni, kita ini hanya digigit oleh mereka untuk dijadikan senjata jika suatu saat nanti terjadi perang antar kelompok lagi." Pria itu tersenyum aneh dengan mata berubah merah lagi.
"Yap kau benar! Kita memang bukan vampir murni dengan darah bangsawan seperti mereka tapi kita memiliki kekuatan yang sama seperti mereka walau sedikit lebih rendah. Aku yakin suatu saat nanti kita bisa meningkatkan kekuatan mereka, setidaknya kita bukan berasal dari laboratorium seperti hewan-hewan hibrida itu." Pria dengan iris mata biru itu menganggukkan kepala.
Mereka yang berjumlah delapan orang itu langsung meninggalkan tempat itu menuju lokasi yang berbeda dan anehnya, hujan yang turun di sana langsung menghilang begitu saja. Eliza memeluk tubuhnya dengan erat, dia menghentikan taksi yang lewat agar bisa segera pulang ke rumahnya, sesampainya di depan rumahnya Eliza langsung memberikan ongkos lalu berlari dengan kencang menuju ke dalam rumah.
Eliza mengetuk pintu dengan tidak sabar, dia tampak sangat ketakutan. Eliza mengunci pintu lalu berlari dengan sangat kencang menuju ke kamar ibunya, semenjak ayahnya meninggal dunia Eliza memang tidak berani tidur sendiri lagi.
Setiap kali dia tidur sendirian, Eliza akan merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya, seseorang yang selalu mengintai dirinya lengah. Ketidaknyamanan ini membuat Eliza sering begadang hingga larut malam, itu sebabnya Kanaya, ibu Eliza memutuskan untuk tidur bersama Eliza.
"Bu!" teriak Eliza dengan suara keras saat dia tidak bisa masuk ke dalam kamar karena pintu kamar ibunya terkunci dari dalam.
"Ibu!" Sekali lagi Eliza berteriak dengan keras karena dia merasa sangat ketakutan.
Kanaya yang sedang berganti pakaian terkejut mendengar suara pekikan Eliza, dengan terburu-buru Kanaya langsung membuka pintu kamar hanya untuk menemukan Eliza sedang berdiri dengan wajah pucat ketakutan.
"Ada apa Sayang? Kenapa kau seperti ini? Siapa yang menakuti dirimu ha?" Kanaya menyentuh pipi Eliza yang terasa dingin seperti es, Eliza buru-buru mendorong Kanaya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dengan sangat rapat.
"Aku mencium aroma itu lagi, Bu! Kali ini lebih banyak daripada yang biasa, aku juga mendengar suara seseorang sedang meminta tolong tapi aku tidak tahu di mana keberadaannya. Aku takut, Bu! Mereka seperti sedang mengikuti diriku, mereka mengintai aku lengah sebelum menjatuhkan diriku." Eliza berdiri dengan tangan dan kaki gemetaran.
Kanaya memeluk Eliza erat lalu mengusap punggungnya dengan penuh kasih sayang, kalau itu orang lain mereka mungkin akan menganggap putri mereka gila tapi Kanaya tahu persis apa yang sedang dialami oleh putrinya.
Hal ini telah berlangsung beberapa kali apalagi semenjak kematian suaminya, Eliza selalu merasa dirinya diikuti oleh seseorang dan aroma-aroma aneh yang tercium Eliza adalah aroma makhluk sejenis serigala dan vampir.
Setiap mereka memiliki aroma tersendiri, unik dan merupakan ciri khas masing-masing, selain itu aroma mereka yang murni sedikit lebih lembut daripada mereka yang berdarah campuran. Aroma makhluk yang lebih keras adalah aroma mereka yang sengaja diciptakan untuk peperangan dan aroma ini memang beberapa kali tercium di dekat Eliza.
"Tenanglah, Sayang! Kau aman di rumah," bisik Kanaya lembut sembari terus menggosok punggung Eliza.
"Mereka, mereka terus mendekati Eli, Bu! Eli takut, Eli benar-benar tidak tahu siapa mereka dan apa tujuan mereka mengikuti Eli. Eli hanya ingin mereka menjauh, Eliza tidak ingin berada di dekat mereka." Eliza menangis sesenggukan.
Wajah Eliza terbenam di dada Kanaya, air matanya yang hangat membasahi tubuh Kanaya.
"Ganti baju dulu, Sayang! Mereka tidak akan berani mendekati rumah kita, kau tidak perlu khawatir lagi oke." Kanaya terus berusaha membujuk Eliza agar bisa tenang.
Eliza menengadah, dia menatap Kanaya dengan air mata berlinang seolah meminta jawaban atas apa yang terjadi pada mereka sekarang. Semenjak kecelakaan yang menimpa ayahnya malam itu yang terkesan aneh dan mencurigakan kehidupan mereka mulai terganggu.
"Tidak apa-apa, Ibu sudah mengurus surat pemindahan kita. Ibu janji akan mengembalikan kedamaian yang kau miliki, Ibu juga berjanji tidak akan ada yang mengganggu dirimu seperti ini lagi." Kanaya menyentuh pipi Eliza gemas lalu mencubitnga dengan sedikit kuat hingga membuat Eliza memekik kesakitan.
Kesalahan fatal yang Alice lakukan membuatnya terikat dalam hubungan terlarang, Alice tidak bisa lepas dari jerat tangan sang kakak meski dia mencoba untuk melawan. Garis tangan yang aneh membuat Alice terikat hingga tidak bisa melarikan diri dari tangan kakaknya. Hingga suatu hari kebenaran demi kebenaran terungkap, benarkan Alice adik kandung Revan? Apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka Revan bisa berbuat nakal pada Alice yang selama ini dia jaga dan lindungi dengan baik?
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.