/0/5642/coverbig.jpg?v=a7881b63102d3399e240903687fd0b83)
Laila disuruh memilih antara bersedia dicerai atau dipoligami oleh suami dan ibu mertua karena tidak dapat memberikan keturunan selama pernikahan Lima tahun. Apakah yang Laila pilih? Memilih dipoligami atau dicerai dan menyandang status Janda Laila?
"Kau pilih cerai atau ijinkan Haris menikah lagi?!" tanya Ibu mertua tiba-tiba. Jantungku seperti mau copot mendengarnya. Tidak ada angin, tidak ada hujan, kenapa Ibu mertua yang selama ini aku anggap seperti ibu kandung sendiri bertanya demikian?
Aku mendongak sambil mencengkeram sepatu high heels yang baru saja kulepas. Andai saja bukan orang tua, sudah kusumpal mulutnya dengan sepatu ini. Tidak punya perasaan bertanya seperti itu. Pada menantunya pula!
"Maksud Ibu apa?" Aku berdiri menghadap Ibu mertua. Raut wajahnya tidak seperti biasa, tampak tak bersahabat. Sepersekian menit ia tetap bungkam, enggan menjawab.
Aku mengembuskan napas.
Sudah letih pulang kerja, sampai rumah ditodong pertanyaan macam itu. Kulirik Bang Haris. Wajahnya tenang sekali. Bahkan kedua matanya tak ingin menoleh. Memilih asyik menonton televisi. Aku mengembuskan napas panjang.
"Kenapa tiba-tiba Ibu nanya kayak gitu? Masih kurang uang bulanan dari Laila?" Aku bertanya lagi dengan nada tinggi. Kali ini Ibu mertua menyilangkan tangan ke depan dada.
Aiih sombong sekali gayanya. Lupa apa? Kalau mereka itu cuma menumpang di rumah ini. Mentang-mentang sekarang aku sudah tidak punya orang tua, Ibu seenaknya bicara. Dulu aja, sewaktu Abi dan Umi masih ada, mulut Ibu mertua sangat manis, mengalahkan manisnya madu.
"Bukan masalah uang, Laila. Tapi masalah keturunan! Kalian itu hampir tujuh tahun menikah tapi sampe sekarang, kamu belum juga hamil!"
"Lantas?" Aku memicingkan kedua mata. Menunggu jawaban yang sebenarnya jawabannya sudah dapat kutebak.
"Ibu pengen punya cucu!"
"Biasanya Ibu gak masalahin anak, kenapa sekarang tiba-tiba menginginkannya?" tanyaku menelisik.
"Sekarang itu waktunya! Ibu udah tua. Malu juga, tiap ikut arisan selalu ditanya, 'Jeng udah punya cucu belum?' kan malu." Halah ... alasan. Aku tahu betul watak Ibu. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk mengenal lebih dalam sifat dan tabiat Ibu.
"Kalau gitu, jangan ikut arisan lagi," usulku sembari berlalu.
"Gak bisa gitu, Laila. Pokoknya Ibu pengen punya cucu! Percuma kamu cantik, kaya raya kalau kamu mandul!" Aku terkejut mendengar kata terakhir yang dilontarkan Ibu. Kata yang sangat menusuk jantungku. Aku membalikkan badan. Menatap Ibu dengan sorot mata tajam.
"Mandul? Ibu bilang aku mandul? Bukannya Ibu pernah lihat hasil tes kesuburan Laila? Kandungan Laila baik-baik saja." Aku berkilah. Mengingatkan kembali kalau aku pernah periksa kandungan dan hasilnya aku bisa hamil walau aku tak tahu kapan waktunya.
"Gak nutup kemungkinan kalau dokter itu salah!" tuduh Ibu mertua membuka kipas yang selalu ada di tangannya. Aku menggeleng kepala.
Ya Allah sebenarnya ada apa? Kenapa ibu mertuaku jadi berubah ketus begini?
"Bisa jadi Bang Haris yang mandul," kataku datar.
Memang selama ini selalu aku saja yang disuruh periksa. Dari mulai dicek alat reproduksi sampai keadaan rahim. Dan semuanya baik-baik saja, sehat. Sedangkan Bang Haris, dia selalu berkelit tiap kali aku ajak ke dokter.
"Jaga mulut kamu, Laila! Haris bilang dia udah periksa ke dokter. Dia subur kok," bela Ibu mertua.
"Kapan? Abang kapan periksa ke dokter? Laila kok gak tau?"
"Bawel kamu! Seminggu yang lalu!" sahutnya tanpa menoleh ke arahku.
"Mana hasilnya?"
"Hilang. Ketinggalan di restoran waktu Abang ketemu klien."
Aku mencebik. "Heleh alasan! Bilang aja emang pengen kawin lagi. Udahlah Laila capek! Mau istirahat!"
Kutinggalkan ibu dan anak itu. Tak peduli teriakan Ibu mertua yang memanggil namaku.
***
Sarapan pagi ini, membuatku kurang berselera. Bagaimana tidak? Kedua makhluk di hadapanku wajahnya sangat tidak enak dipandang. Cemberut semua.
"Ehm." Aku berdehem memecah keheningan. Bang Haris melirik. Ibu mertua masih enggan menatapku. Aku menyimpan sisa roti bakar di atas piring.
"Apa ucapan Ibu semalam serius?" tanyaku menatap intens wajah wanita yang melahirkan Haris Prayoga. Ibu mendongak.
"Serius. Bahkan calonnya sudah a ...." Ibu menggantung kalimat ketika tangan Bang Haris menyenggol lengan Ibu. Sekarang aku mengerti, pasti Bang Haris sudah selingkuh. Pantas saja, handphone-nya di-password segala. Tapi aku gak boleh gegabah, belum ada bukti kalau suamiku punya wanita lain.
"Calon sudah, apa? Calon apa?" Aku pura-pura tak mengerti. Ibu kelihatan grogi. Meneguk susu. Mungkin untuk menghalau rasa gugupannya.
"Pokoknya ibu pengen punya cucu! Kamu tau sendiri kan Laila. Haris itu anak ibu satu-satunya. Harus ada penerus keturunan kami," tandas Ibu mengalihkan pertanyaanku.
Sudahlah, anggap saja benar, kalau Bang Haris punya simpanan. Masih pagi malas berdebat.
"Abang sendiri gimana? Dari semalam ibu terus yang bicara."
"Omongan Ibu ada benarnya. Abang emang harus punya keturunan." Ucapan suamiku semakin membuat hati ini teriris sembilu.
"Apa harus dengan bercerai? Apa harus dengan poligami? Bukannya masih ada cara lain. Program bayi tabung misalnya," kataku mengajukan pilihan lain.
"Buang-buang duit, Laila. Itu kan mahal banget. Mending kalau berhasil, kalau enggak? Sayang kan uangnya?"
Luar biasa matrenya ibu mertuaku. Lebih mengorbankan kehancuran rumah tangga anaknya dari pada kehilangan uang untuk usaha punya anak. Padahal dia tahu dari dulu, kalau aku paling tidak mau dipoligami. Apa pun alasannya.
"Abang maunya gimana? Kita cerai?"
"Abang gak mau cerai, tapi Abang pengen punya anak."
"Ya udah ayo kita periksa bareng ke dokter," ajakku dengan serius.
"Kamu gak percaya kalau Abang udah periksa ke dokter?"
"Enggak!"
"Ya sudah, terserah. Yang pasti Abang pengen punya anak!" tandasnya, lalu meneguk segelas air susu.
"Kita coba program bayi tabung. Biar biayanya aku tanggung semua."
"Bayi tabung itu lama! Benar kata Ibu, mending kalau berhasil, kalau enggak?"
"Jalan satu-satunya Haris harus menikah lagi! Dalam agama pun boleh kan menikah lebih dari satu kali?" sela Ibu mertua.
Aku mendengus kesal. Ternyata memang benar. Bang Haris diam-diam sudah punya wanita lain. Ingin nikah lagi. Aku yakin, pasti di mata Ibu, calon istri Bang Haris wanita yang tajir dan kaya raya.
Aku melirik arloji, sudah pukul tujuh. Harus segera ke kantor, satu jam lagi ada meeting.
"Nanti malam kita bahas lagi. Aku berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Sepanjang perjalanan ke kantor, aku masih memikirkan permintaan Bang Haris dan Ibunya. Aku sangat curiga, kalau mereka sebenarnya sudah punya wanita yang akan menggantikan posisiku sebagai istri Bang Haris. Kira-kira siapa wanita itu? Sehingga Ibu yang biasanya sangat baik dan manis di hadapanku berubah. Bahkan sebelumnya dia kerap kali berkata.
"Mungkin belum waktunya. Gak apa-apalah. Punya anak itu banyak biaya. Mending sekarang kalian cari uang sebanyak-banyaknya."
Tapi sekarang? Seolah sangat menginginkan seorang anak.
Aku harus cari tahu penyebab sebenarnya. Apa benar Bang Haris punya wanita lain?
Panji mencintai seorang janda yang terkenal sangat galak bernama Riani. Terpaut usia lebih tua dari Riani, tidak menyurutkan Panji untuk mengejar cintanya Riani. Namun, Panji yang berprofesi sebagai dokter cintanya pada Riani mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya. Mengingat Riani adalah seorang janda dan usianya jauh lebih tua dari Panji.
Andini dincintai oleh lelaki yang usianya jauh lebih muda. Akan tetapi, hubungan mereka tidak berjalan mulus karena kedatangan seseorang yang sedari dulu Andini harapkan kedatangannya. Akankah Andini dan lekaki itu akan tetap menjalin hubungan? Ataukah hubungan Andini dan Alex kandas begitu saja?
Wulandari, wanita berasal dari Desa ingin mengadu nasib ke ibukota. Tujuannya hanya satu ingin mengubah kehidupan perekonomian keluarganya yang kerap kali mendapat hinaan dan caci maki dari warga desa. Berhasilkah Wulan mengadu nasib di ibu kota?
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!