/0/8717/coverbig.jpg?v=20221214112830)
Panji mencintai seorang janda yang terkenal sangat galak bernama Riani. Terpaut usia lebih tua dari Riani, tidak menyurutkan Panji untuk mengejar cintanya Riani. Namun, Panji yang berprofesi sebagai dokter cintanya pada Riani mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya. Mengingat Riani adalah seorang janda dan usianya jauh lebih tua dari Panji.
Baru saja Laila menghadiri sidang terakhir perceraiannya dengan Doni. Lelah, itu yang ia rasakan. Lelah hati, lelah pikiran dan lelah fisik.
Selama lima tahun ia bertahan hanya karena cinta. Cinta berbalas dusta. Ya, Laila pun tahu itu. Doni sudah tidak mencintainya lagi, sering berselingkuh di belakangnya. Bukan satu dua kali, tetapi sering kali.
Banyak pula gosip yang beredar kalau suaminya sering kepergok bermesraan dengan wanita lain. Namun, semua berita itu Laila hiraukan. Selagi suaminya tidak menceraikan, Laila tetap bertahan. Hingga akhirnya, Doni menceraikannya secara resmi. Laila pasrah.
"Hai, Laila ...." Sebuah sapaan menghentikkan langkah kakinya, Laila menoleh.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Laila. Semburat ketidaksukaan terlihat dari kedua matanya yang memicing.
"Menunggumu. Seperti kataku dua tahun lalu, aku akan menunggu jandamu."
"Kampret!" sungut Laila kesal akan kelakuan lelaki yang beberapa hari belakangan mengganggunya. Entah siang, entah malam, entah pagi, selalu saja mengirim pesan padanya.
Laila berlalu meninggalkan laki-laki yang memang telah lama mencintainya. Dia bersungut-sungut kesal.
Salman Farisi. Dia adalah adik Sabrina teman semasa kuliah Laila. Laki-laki itu sangat tidak sopan. Padahal, sebelumnya, Salman begitu baik dan memiliki sopan santun apalagi jika mereka bertemu, Salman jarang sekali berbicara atau sekadar berbincang. Akan tetapi, semenjak mengetahui Laila akan diceraikan, Salman menjadi lebih agresif dan tidak memanggilnya dengan sebutan 'Kakak' lagi. Begitulah cinta, membuat orang gila dan buta karenanya.
"Tunggu, Ayang!" panggil Salman, berjalan cepat, lalu menarik lengan Laila.
Plak!!
Tangan halus Laila mendarat di pipi kiri Salman, napasnya memburu. Lelaki yang memiliki alis tebal itu meringis sambil memegang pipi.
"Jangan panggil aku kayak gitu! Aku gak suka!" sergah Laila, matanya menatap tajam. Tetapi, Salman justru tersenyum. Baginya, kemarahan Laila sangat menggemaskan.
"Oke, Ayang ... A-"
"Dibilang jangan panggil 'Ayang.'"
"Eh, iya, Aku minta maaf, keceplosan Ayang ... Tuh kan, keceplosan lagi."
"Au ah, lap!" Laila melanjutkan langkahnya lagi.
"Tapi, Laila, aku benar-benar mencintaimu." Salman mencegah langkah kaki Laila, berdiri di depan janda yang baru ketuk palu.
"Halah, omong kosong!"
"Serius, Laila. Aku akan menunggumu sampai 40 hari, setelah itu kita menikah," tandasnya penuh percaya diri.
"Apa? 40 hari?" Laila mengerutkan dahi, menatap Salman intens.
"Iya, kan masa iddah habisnya 40 hari," jawabnya santai.
Wajah Laila ke belakang, ia tampak berpikir, kemudian tertawa lepas.
"Hahaha ...."
Laila tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perut.
"Itu namanya masa nifas, Kampret. Kamu kira aku habis lahiran? Hahhahaha ...."
'Yes, akhirnya dia tertawa,' seru Salman dalam hati.
Lelaki yang berusia tiga puluh tahun itu bahagia, melihat pujaan hatinya tertawa lepas .
"Memangnya iya? Bukannya masa iddah, ya?" tanya Salman pura-pura tidak mengerti sambil menggaruk kepala.
"Iya, 40 hari itu masa nifas bukan masa iddah, ngaco! Hahaha ...."
Gelak tawanya masih berderai. Menyadari Salman memerhatikan sambil tersenyum, Laila pun mengatur napas. Berusaha menghentikan gelak tawa. Kemudian, berdehem.
"Kampret, kamu itu kan tiga tahun lebih muda dari pada aku. Lebih baik kamu cari yang masih merah jambu, jangan yang ungu," tukasnya dengan mimik wajah lucu. Laila mengibaratkan seorang gadis berwarna merah jambu, seorang janda berwarna ungu.
"Hmmm ... Merah jambu mungkin menarik, tetapi ungu lebih menggiurkan," ucap Salman mengerlingkan sebelah mata, genit.
"Astaga, ish!" Laila memukul bahu Salman. Kali ini, Salman yang tertawa.
"Ck, ck, ck, jandaku Laila ...."
Terdengar suara berat laki-laki lain. Seketika, tawa Salman terhenti. Laila dan Salman menoleh. Ternyata Doni dan seorang wanita seksi.
"Laila, kenalin nih, Siska calon istriku." Pandangan Laila mengarah pada wanita yang mengulurkan sebelah tangan ke arahnya, mantan istri Doni pun menyambut uluran tangan.
"Siska Katrina Wilhemia. Wanita tercantik, terseksi sejagat raya." Dengan percaya diri calon istri Doni memperkenalkan. Mendengar itu, Salman berdecih.
'Menor gitu dibilang cantik!' ucap Salman dalam hati.
"Laila," ucapnya singkat.
"Kenalkan juga, aku Salman Farisi. Aku adalah calon suami Laila."
Doni menelan ludah. Melihat calon suami Laila yang masih muda. Hati kecilnya tidak bisa memungkiri, Salman memang lebih tampan dan lebih menarik darinya.
"Oh, selamat deh," kata Doni memalingkan wajah ke arah lain.
'Aku tidak ingin kau bahagia, Laila. Harusnya hidupmu lebih menderita setelah aku ceraikan!' gumam Doni dalam hati.
"Terima kasih. Ayang, lebih baik kita pulang sekarang. Mobil aku ada di sana."
"Pu-pulang?"
Salman melihat arloji mahalnya.
"Iya, Ayang, jam empat sore aku ada operasi. Pasien sudah menungguku," jawab Salman, menyombongkan dìri. Itu bukan kebohongan, memang apa adanya. Dia seorang Dokter.
"Iya." Laila dan Salman meninggalkan Doni dengan kekasih barunya.
Setelah menjauh dari mantan suami. Laila menepis genggaman tangan Salman.
"Kamu tuh, ya? Lama-lama makin melunjak!" Diluapkan kemarahan Laila pada Salman. Kedua matanya memerah, menahan amarah.
"Ssssttt ... aku cuma menolong kamu, Ayang. Kalau aku gak bersikap kayak tadi, aku yakin, kamu akan diperolok-olok si Doni!" Jelas Salman. Namun janda itu tak peduli, tetap berlalu, meninggalkan Salman seorang diri. Kalau saja tidak ada jadwal operasi, pasti Salman akan mengejarnya.
Malam hari, sepulang dari rumah sakit. Salman mengirim pesan singkat pada Laila.
[Lailaku, Malamku ....]
[Apa?]
[Kangeeen.]
[Wew]
[Besok aku libur, jalan, yuk?]
[Ogah]
[Jam sembilan pagi aku jemput.]
Tak ada jawaban. Laila memilih mengabaikan dokter muda tersebut. Kedua matanya menerawang, mengingat rumah tangganya yang kandas karena orang ketiga.
Laila memaksakan mata untuk terpejam. Seharian ini dia begitu sangat lelah. Meregangkan pinggang, lalu menarik selimut. Tidur.
Pagi hari, setelah sarapan. Laila rebahan di dalam kamar. Hari ini, ia malas ke butik. Beberapa pesanan dan komplain dari satu, dua pelanggan diserahkan pada orang kepercayaannya, yaitu Mira. Sahabat semasa kuliah Laila.
"Kamu gak ke butik?" tanya Mira saat sambungan telepon terhubung.
"Males, euy!"
"Eh, Laila, si Doni kemarin sore datang ke sini. Dia pengen pesen gaun pengantin, tapi langsung aku tolak. Malesin banget dah!"
Janda itu tersenyum sinis.
"Mau pamer dia," tukas Laila, mengambil bantal, di simpan di atas pangkuan.
"Pamer bagaimana?" Mira tidak mengerti maksud perkataan Laila.
"Pamer istri barulah."
"Elah, cantikan juga kamu, Siska itu cuma seksi doang."
"Sudahlah, aku mau santai dulu. Jagain butik ya, jangan sampe ada yang bawa. Hahaha."
"Siap!"
Jarum jam sudah mengarah angka sembilan. Berarti sebentar lagi dokter muda itu akan datang.
Tiba-tiba terbersit sebuah ide. Laila beranjak dari tempat tidur. Mengambil secarik kertas dan pulpen. Ia menulis sesuatu di atas selembar kertas tersebut. Kemudian, dengan cepat Laila keluar kamar sambil menenteng kertas dan segulung kecil lem.
Tiba di depan rumah, Laila langsung menempelkan kertas di depan pintu rumah. Wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu kembali ke kamar, berdiri di atas balkon sambil memegang handphone.
Tak lama berselang,
Suara klakson terdengar, itu pasti mobil Salman. Belum sempat jari Salman menekan bel, matanya tertuju pada kertas bertuliskan.
"AWAS JANDA GALAK!!"
Salman tersenyum dan mengeluarkan gawainya. Mengirim pesan untuk Laila.
Ponsel wanita berambut sepunggung itu bergetar. Pesan dari seseorang yang ia beri nama,
"Kampret." Dibacanya pesan itu oleh Laila.
[Sebentar lagi, Janda galak akan menjadi jinak.]
"KAMPREEEEEETTTT!"
Andini dincintai oleh lelaki yang usianya jauh lebih muda. Akan tetapi, hubungan mereka tidak berjalan mulus karena kedatangan seseorang yang sedari dulu Andini harapkan kedatangannya. Akankah Andini dan lekaki itu akan tetap menjalin hubungan? Ataukah hubungan Andini dan Alex kandas begitu saja?
Wulandari, wanita berasal dari Desa ingin mengadu nasib ke ibukota. Tujuannya hanya satu ingin mengubah kehidupan perekonomian keluarganya yang kerap kali mendapat hinaan dan caci maki dari warga desa. Berhasilkah Wulan mengadu nasib di ibu kota?
Laila disuruh memilih antara bersedia dicerai atau dipoligami oleh suami dan ibu mertua karena tidak dapat memberikan keturunan selama pernikahan Lima tahun. Apakah yang Laila pilih? Memilih dipoligami atau dicerai dan menyandang status Janda Laila?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?