dang serius di depan lapto
ju jendela kaca. Melihat pano
gawang pada pertemuan p
u
mpus. Tidak ada kemarahan dari wajahnya. Ia justru tersenyum da
, laki-laki berkulit putih yang
n ia berlalu. Aku pun melanjutka
n bertemu kembali dengannya.
a Bang Haris. Ternyata Bang Haris kakak
tukang goreng keliling. Kadang kalau pulang kuliah, Abang juga bantuin Ibu jualan. Maklum, Aya
n hubungan. Meski Siska sempat tidak suka
ila," ucap Siska kala itu. Aku tak habis pikir,
sih?" tanyaku kala
s terus. Bahkan nyokapnya juga hampir tiap hari minta
Ibunya. Bagiku ketika itu, hal yang dilakukan Bang Haris dan Ibunya suatu
a. Ibu mertua dan Bang Haris yang selama ini selalu kumanjakan, apa yang mereka
nan. Aku menoleh, menghampiri Damar yan
an iklan itu hanya dua puluh dua me
yang dipakai tercium jelas. Aku berusaha memfokuskan pikiran, melihat hasil kerjaan lelaki yang u
at dan aman? Pakai saja A
jah Damar. Jarak kami sangat dekat,
elana da
ai? Emang a
g kuyakin pasti tidak gatal.
aila. He
ngan itu. Damar tertawa memamerkan baris
t banget. Yang lewat di pikiranku cuma nama itu.
u boleh keluar. Tunggu
banget nih di rumah, rebahan mulu!" rengeknya dengan
ah sono keluar
t lagi nih bocah! Bi
pulang aja nih?" pertanyaan yang
amaaarr
siang." Lelaki itu menarik k
ia
Damar. Hasilnya jauh dari kata lumayan. Apa
berdering. Kulihat nama yang terte
laikum, Bi
am. Maaf Non
apa
Nyonya Besar masuk ke kamar
au ngap
. Gak berani
sih ya, Bi," kataku tergesa. Meraih ta
*
amar. Aku harap bisa memergoki I
m?" tanyaku pelan.
ku terlonjak. Dia berdiri. Tangannya ia sembuny
u terbata-bata. Ia terkejut, menyadari keh
berkali-kali. Aku menyilangkan kedua tangan di depan dad
ih tangannya yang ia semb
mbunyikan? Sini
apa-apa, Laila. Ibu ke sin
dasku dengan
pan. Dan ternyata ... beberapa lembar uang
ar uang nominal seratus ribu. "Ini apa, Bu? Berani sekali Ibu ngambil uang di kam
ang sempat terjatuh,
u? Ibu melakukan ini karena kamu gak ngasih
mata. Kedua t
sudah tidak takut dosa? Sudah kepergok men
ng itu, tarik permintaan
gak mau?"
Jarak kami kini h
g dariku walaupun satu pes
an Haris pergi?" tantang Ib
upanku." Aku bersedekap. "Toh selama ini, kalian cuma numpang hidup. Jadi
nca
t hendak menampar, dengan gesit
sekarang Ibu keluar dari kamar ini sebe