Sahabat, adalah seseorang yang sudah kita anggap layaknya saudara kita sendiri. Sahabat adalah tempat dimana kita sering mencurahkan segala kerisauan hati yang kita alami. Tempat kita bertukar pikiran, keluh kesah, ataupun saling menguatkan ketika salah satu diantara mereka sedang berada dalam titik terendahnya. Sahabat akan selalu ada. Begitu juga dengan Riana, yang mempunyai sahabat dekat bernama Sandra. Sandra sudah dia anggap sebagai saudaranya sendiri. Bahkan berkat bantuan Riana, Sandra juga bisa bekerja di perusahaan suami Riana, Andreas. Bahkan posisi yang Sandra tempati bukanlah posisi sembarangan. Sebagai sekretaris pribadi dan dengan gaji fantastis. Namun apa mau dikata, ketika mata hati sudah mulai mendengarkan bisikan-bisikan setan yang setiap hari selalu ia dengar. Arti sahabat tak akan mempunyai arti apa-apa lagi.
"Sampai kapan kita akan terus seperti ini, Mas?" tanya Sandra pada sesosok laki-laki yang tengah merengkuh tubuh moleknya, di atas ranjang kenikmatan di sebuah hotel bintang empat, di kota Malang.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa hatimu mulai meragu?" balas Andreas sembari mengelus rambut halus kekasihnya.
"Bukannya aku ragu, tapi kita sudah berjalan sejauh ini dan belum juga ada tanda-tanda kamu akan menikahi ku." sahut Sandra sedikit kesal. Memalingkan wajahnya ke sudut lain.
"Kamu sabar. Menceraikan Riana tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku juga harus memikirkan perasaan Firza kalau sampai dia terpukul melihat kenyataan orangtuanya tak lagi bersama, dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan sepahit itu." ungkap Andreas mencoba mengelak.
"Tapi Ibu terus mendesakku, Mas. Kamu tahu kan bagaimana sifat Ibu. Apalagi kalau sampai tahu ternyata kamu masih mempunyai istri, dia pasti akan sangat kecewa terhadapku." ucap Riana makin terlihat kesal.
"Aku tahu, San. Dengerin aku! Aku berjanji, aku akan menikahimu. Sudah tak percayakah kamu denganku, Sayang? Kamu hanya perlu bersabar, tunggu waktu yang tepat. Dan Ibu tak akan tahu apapun tentang ini semua, yang dia tahu aku adalah calon menantunya yang sangat sayang terhadap putrinya." ujar Andreas lalu mengecup pipi wanita simpanannya itu.
Sandra tak bergeming, kecupan Andreas mampu meluluhkan hatinya kembali. Sandra memang tak pernah bisa menghindar ketika Andreas sudah memeluk atau menciumnya ketika ia merajuk, hatinya akan kembali tertata dan percaya bahwa Andreas memang juga bersungguh-sungguh mencintainya.
Sandra Melia Novelita, adalah wanita lajang berusia 25 tahun. Wanita berparas cantik, berkulit putih bersih dengan tinggi semampai. Membuat para laki-laki manapun akan bertekuk lutut dihadapannya. Sandra bekerja di sebuah perusahaan bonafit di Ibukota, menjabat sebagai seorang sekretaris dimana sang CEOnya sendiri adalah Andreas. Sandra mulai bergabung di perusahaan milik Andreas sekitar tiga tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah menempati posisi sebagai sekretaris, mulailah permainan gila ini mereka jalani. Berawal dari bercanda, lalu intensnya pertemuan mereka di kantor maupun luar kota. Statusnya sebagai sekretaris pribadi membuatnya harus selalu berada di samping atasannya. Seringnya pergi bersama keluar kotapun membuat mereka semakin dekat. Perjalanan keluar kota yang mulanya tak lebih dari tiga haripun kini mereka sulap bisa sampai tujuh hari. Itu semua demi memuaskan nafsu dunia yang tak pernah ada puasnya.
Andreas Riuji Utomo, CEO PT. Grand Pasifix. Perusahaan yang bergerak di bidang export-import kayu jati. Seorang lelaki dengan status menikah, memiliki seorang Istri bernama Riana, dan seorang anak perempuan yang masih berusia empat tahun, Virza. Lelaki dengan mata sipit dan berkulit putih, wajahnya yang penuh wibawa dengan sedikit jambang di dagunya membuatnya semakin terlihat mempesona. Walaupun usianya sudah menginjak 35 tahun, tapi tak juga memudarkan paras tampannya. Yang bisa dibilang semakin tua semakin mempesona.
Kedua insan yang yang tengah dimabuk nafsu dunia, kembali merengkuh kenikmatan yang sempat tertunda. Ditemani derasnya hujan yang seharian ini membasahi kota Malang, membuat suasana semakin menggairahkan. Peluh yang membasahi tubuh mereka diiringi erangan-erangan kenikmatan, membuat keduanya larut dalam nikmatnya rayuan setan.
Sandra memang selalu berhasil memuaskan hasrat Andreas diatas ranjang. Permainan binalnya membuat Andreas ketagihan, selalu ingin mengulang dan mengulanginya lagi. Sandra selalu bisa membawa Andreas benar-benar dimabuk kepayang.
Andreas dan Sandra memang sudah terbiasa pergi keluar kota berdua karena pekerjaan. Statusnya sebagai sekretaris tentu ini hal yang wajar, jadi tak satupun permainan mereka berdua diketahui oleh orang lain. Di kantorpun peran Sandra sangatlah apik, bersikap baik dan sopan layaknya seorang bawahan terhadap atasan, jadi tak satupun karyawan perusahaan akan menduga hal gila yang tengah mereka jalani selama hampir tiga tahun belakangan ini.
Setelah menghabiskan sisa waktu yang ada, mereka berduapun mengakhiri kegilaan hari ini. Membersihkan diri lalu kembali ke tempat pulang mereka masing-masing.
***
Sementara di sudut Ibukota, terlihat seorang istri dan anaknya yang tengah berbahagia menanti kepulangan seorang kepala rumah tangganya. Bersiap menyambut kedatangan dengan berbagai menu masakan yang sudah siap terpajang di atas meja makan.
"Mbok, rendang daging sapinya udah matang belum? Kalau sudah bawa ke depan!" seru Riana pada Mbok Inah, salah satu pembantunya.
"Iya bu, sebentar lagi." sahutnya dari dalam dapur sana.
Riana dan Firza begitu antusias menyambut kedatangan Andreas. Sudah empat hari ini Andreas bertugas di luar kota. Alasan meeting dengan klien tak akan pernah disangsikan oleh sang istri, Riana Hana Salsabila.
Riana adalah seorang istri yang sangat sabar. Dia percaya Andreas juga tak akan pernah macam-macam walaupun mereka tak sedang bersama. Dia yakin Andreas bisa menjaga kepercayaannya. Memang tak ada yang berubah dari Andreas, semuanya masih sama seperti dulu. Hangat peluknya, teduh tatapannya, lembut tutur katanya, semuanya tak berubah. Itu yang membuat Riana selalu percaya akan suaminya.
Deru kendaraan tiba-tiba terdengar jelas di telinga Riana dan Firza.
"Yeyy, Papa pulang." sorak Firza kegirangan.
"Iya sayang. Yuk kita ke depan!" sahut Riana tak kalah girangnya.
Mereka segera melangkahkan kaki menuju pintu untuk menyambut sang pejuang nafkah keluarganya. Riana membuka pintu utama, terlihat Andreas sedang menutup pintu mobilnya, lalu dengan senyum merekah di bibirnya ia berjalan menuju anak dan istrinya.
"Hay sayang-sayangnya Papa." ucapnya sembari memeluk Riana, mengecup puncak kepala sang istri mesra, lalu dilanjutkan menggendong si buah hati yang akan genap berusia empat tahun dua minggu lagi. Di ciumnya pipi montok sang malaikat kecilnya dengan gemas. Riana mengambil tas jinjing ditangan Andreas, yang biasa dibawanya bekerja, sedangkan koper berisi pakaian akan di urus oleh Mbok Inah tanpa diperintah.
"Anak papa nakal nggak ya? Hayo." ucap Andreas pada putrinya.
"Gak dong, Pa. Firza nggak nakal, biar dibeliin oleh-oleh sama Papa." ungkap bocah kecil itu dengan polosnya.
"Anak pintar. Pasti dong Papa bawain oleh-oleh yang banyak buat Firza. Masuk dulu yuk, nanti kita buka oleh-olehnya di dalam aja." sahut Andreas lalu berjalan menuju ruang keluarga.
"Oh jadi cuma buat Virza? Mamanya gak di beliin nih? Hemmm." potong Riana beracting memasang wajah murungnya, berjalan di belakang Andreas.
"Ya ampun, sayang. Maafin ya Papa lupa beliin oleh-oleh buat Mama. Aduh!" sahut Andreas sejenak berhenti melangkah, menengok ke belakang ke arah Riana sembari menepuk jidatnya.
"Oh jadi gitu ya, Mamanya dilupain nih? Firza aja ya yang diinget-inget. Oke Pa, malam ini Papa jatahnya bobok diluar dong ya." ucapnya sembari sedikit tersenyum, lalu melewati keduanya dan berjalan di depan.
"Aduh tega bener si Mama. Dingin sayang kalau bobol diluar." rengek Andreas manja. Andreaspun menyusul sang istri menuju ruang keluarga.
Riana terlihat meletakkan tas kerja Andreas ke atas meja, lalu duduk masih dengan muka kesalnya.
"Sayang, lihat tuh muka Mama kalau marah gitu tambah cantik kan?" ucap Andreas pada Firza, untuk meledek Riana. Kemudian duduk disebelah Riana.
Riana hanya melemparkan senyuman dan masih terus mendekap sang Papa.
"Salah siapa lupa nggak beliin istrinya oleh-oleh." sahut Riana ketus.
"Hehehe, jangan marah dong sayang. Iya dibeliin dong, Ma. Masak sama istri tercintanya lupa." sahut Andreas sembari mengedipkan sebelah matanya.
Mata Riana membelalak, senyum yang terukir di bibirnya mulai merekah.
"Masak? Mana kalau dibeliin?" todongnya pada sang suami.
"Mama tutup mata dulu dong. Ini spesial hadiahnya buat istri tercinta, hehehe." ujar Andreas.
"Baiklah, Mama tutup mata nih. Awas aja kalau hadiahnya biasa aja." Riana mulai memejamkan matanya.
Andreas menurunkan Firza duduk di sebelahnya. Kemudian mengambil sesuatu di saku celananya. Andreas mendekat ke Riana, lalu di pakaikannya sesuatu ke leher Riana.
"Sudah sayang, buka matanya coba!" titah Andreas pada istrinya.
Riana mulai membuka pelan matanya. Menekuk kepalanya ke bawah, lalu jemarinya meraih sesuatu di lehernya.
"Ya ampun sayang, kamu ini sweet banget sih. Ini pasti mahal banget. Ini kan berlian keluaran terbaru." ucap Riana terharu sekaligus bahagia.
"Buat istri tercinta apa sih yang nggak." timpa Andreas lalu merengkuh tubuh langsing istrinya.
"Kamu suka sayang?" lanjut Andreas.
"Suka banget. Makasih ya sayangku." sahut Riana semakin mengeratkan pelukannya ke sang suami.
Andreas membelikan kalung berlian untuk Riana. Inilah yang Riana selalu percaya pada suami yang ia nikahi lima tahun yang lalu. Lelaki yang selalu sama dimata Riana, tak pernah berubah sedikitpun sikap suaminya terhadap dirinya.
"Papa, Mama! Firza juga mau dipeluk dong." ucap Firza, yang berhasil membuat kedua orangtuanya ini tersadar.
"Ya ampun Papa sampai lupa ada anak Papa yang cantik ini disini." sahut Andreas lalau meraih Firza ke tengah-tengah mereka.
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?