Dean Bernardus adalah putra tunggal dari wanita kaya raya. Sejak lahir hidup Dean sudah terjamin dan bahagia meski tanpa ayah yang tak pernah dikenalnya. Ketika ulang tahun Dean yang ketujuh, ibunya mengatakan bahwa dirinya akan menikah dan itu artinya Dean akan segera mendapatkan ayah baru. Dean sangat bahagia. Impiannya untuk bisa merasakan kasih sayang seorang ayah pun akan segera terwujud. Namun, siapa sangka jika kehadiran seorang ayah justru menjadi petaka bagi kebahagiaan Dean dan ibunya. Lelaki itu kejam, bahkan berani mengusir Dean dan ibunya dari rumah mereka sendiri. Uang, mobil bahkan perhiasan diambil oleh ayah tiri yang serakah itu. Tapi seakan takdir selalu berpihak padanya, Dean kini menjadi CEO dan pewaris tunggal berkat seorang wanita yang menolongnya saat malam dirinya diusir. Dean sangat cerdas dan tampan. Ketampanannya itu kini dimanfaatkan untuk mencuri hati seorang wanita. Wanita itu bernama Kensky Revina Oxley. Gadis berwajah cantik yang ternyata adalah anak kandung dari pria yang pernah mengusir Dean. Akankah Dean bisa mencintai Kensky setelah tahu bahwa dia adalah putri dari pria yang pernah membuat hidupnya sengsara? Atau Dean hanya memanfaatkan Kensky untuk membalaskan dendamnya? "Jadilah kekasihku, Kensky." "Aku tidak bisa, Dean. Aku sudah dijodohkan." "Aku tak peduli. Pokoknya kamu harus tetap menjadi kekasihku."
Dalam perjalanan ke kantor sosok Dean sedang mengarahkan pandangannya ke arah jendela mobil. Bias kaca yang gelap membuat pria berambut cokelat dan pemilik mata abu-abu yang indah itu merangsang pikirannya tentang masalalunya yang suram.
"Jangan pikir kamu bisa lolos, Eduardus Oxley. Sampai kapanpun aku akan membalas semua perbuatanmu. Karena kau telah membuat dua wanita yang paling aku cintai meninggal, aku berjanji ... aku akan___"
Drttt... Drttt...
Getaran ponsel membuat Dean menghentikan pikirannya. Ia mengambil benda pipih itu dari saku jas hitamnya yang mahal lalu menatap layar. Mata abu-abunya yang tadi begitu tajam kini berubah cerah ketika melihat nama si penelepon.
"Halo, Mami?"
"Dean," sapa wanita dari balik telepon, "Apakah kamu sudah bertemu gadis itu? Bagaimana keadaannya, Dean? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia kurus, gemuk atau ___"
"Mami," sergah Dean, membuat wanita itu menghentikan ucapannya. Ia tersenyum dan berkata lagi, "Aku belum bertemu gadis itu, Mam. Mungkin hari ini aku akan bertemu dengannya."
"Oh, Dean, aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku benar-benar merindukannya, Dean."
Dean terkekeh. "Sabar ya, Mam, pasti ada saatnya Mami akan bertemu dengannya. Mami masih ingat kan apa yang dikatakan ibunya?"
"Iya, aku masih ingat, bahkan sangat ingat. Dan itu sebabnya aku rela menahan rindu sampai saatnya tiba. Tapi kali ini aku ...." Wanita di balik telepon itu menghentikan suaranya.
"Tapi apa, Mam?"
"Tapi kamu harus berjanji dulu."
"Janji apa, Mam?" tanya Dean.
"Kamu harus berjanji padaku, ketika dia sudah bertemu denganmu nanti janganlah kau menyiksanya. Jangan kejam-kejam kepadanya, Dean."
Dean lagi-lagi tertawa. "Aku janji, Mami. Lagi pula aku tidak mungkin bisa bersikap kejam padanya. Jika aku berani melakukan hal itu roh ibunya pasti akan datang dan menggangguku setiap malam."
Wanita di balik telepon itu tertawa. "Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu, Dean. Kau juga harus menjaga gadis itu jika kau sudah bertemu dengannya."
"Tanpa Mami memberitahu aku pasti akan menjaganya. Mami tenang saja."
"Kamu benar-benar anak andalan kami. Ya, sudah, sampai jumpa lagi."
Tut! Tut!
Di sisi lain.
Kensky berjalan santai di atas trotoar. Keindahan kota New York di pagi hari membuat wanita pemilik rambut panjang yang warnanya cokelat kehijauan ini tampak bahagia. Karena tidak memiliki kendaraan, Kensky lebih senang berjalan kaki di pagi hari untuk menghirup udara bersih yang belum terkontaminasi polusi.
Drtt... Drtt...
Suara telepon bergetar membuat Kensky segera meraih benda itu dari dalam tasnya. Sambil terus berjalan tanpa melihat genangan air yang berada tak jauh di hadapannya, Kensky kini menyambungkan panggilan itu. "Halo, Tan?"
"Kamu di mana, Kensky? Kamu akan datang ke apartemenku pagi ini, kan?"
Kensky menepuk dahinya. "Astaga, aku lupa. Maafkan aku Tanisa, saking sibuknya aku lupa memberitahukannya kepadamu."
"Soal apa, Kensky?"
"Soal lamaran kerja yang aku ajukan tempo hari di perusahan yang kau referensikan."
"Aku ingat, terus?"
"Aku sudah diterima dan pagi ini aku akan menghadiri wawancara di kantor itu."
"Benarkah? Aku ikut senang, Sky. Lalu, di mana kamu sekarang? Kenapa ada suara kendaraan yang lewat?"
"Aku sedang berjalan kaki menuju kantor itu. Jam sembilan nanti wawancaranya akan dimulai."
"Jam sembilan? Ini masih jam tujuh, Kensky." Terdengar tawa Tanisa dari balik telepon.
"Memang. Tapi aku sengaja pergi lebih awal, karena aku ingin mampir ke Bebbi Caffe dulu untuk sarapan. Mungkin setelah wawancara aku akan ke apartemenmu dan____"
Byur!
Cipratan air kotor itu kini membasahi tubuh, rambut, dan ponsel Kensky. Air yang berwarna cokelat itu bahkan berhasil masuk ke mulut Kensky saat sedang terbuka.
Kensky segera memuntahkan air itu. "Sialan!" Ia berteriak dengan suara keras. Dilihanya sebuah mobil hitam baru saja melewatinya. Kensky ingin berkomentar, tapi pikirannya kini tertuju kepada sahabatnya. Dengan cepat Kensky menempelkan kembali ponselnya ke telinga dan tak memperdulikan mobil itu.
"Halo, Tan? Halo?" Kensky menatap layar ponsel yang sekarang berwarna hitam. Dalam hati ia berkata, "Kenapa tidak ada suara, ya?" Kensky menekan tombol kunci untuk menyalakan layar, tapi tidak bisa. Ia menekan lama dan ternyata ponselnya mati total.
Kensky kembali mengingat daya batrei yang dilihatnya terakhir kali. "Perasaan dayanya penuh." Saking penasarannya Kensky kembali menekan tombol samping untuk menyalakannya, tapi hasilnya sama. Mati. "Sial!" dia berteriak keras, "Jangan bilang kalau ponselku rusak, Tuhan. Aku tidak punya uang untuk membelinya."
Mata Kensky kini menatap pada dirinya sendiri. Rok hitam ketat dan licin yang panjangnya sampai paha itu sudah basah. Kemeja putih berlengan panjang itu pun telah berubah warna menjadi cokelat. Bahkan ia sendiri bisa merasakan jika pakaian dalamnya juga ikut basah.
Kensky ingin menangis. "Ya, ampun, bagaimana ini? Sebentar lagi kan aku ada wawancara," dengan kesal Kensky pun berteriak, "Dasar mobil sialan!"
Tanpa disadari Kensky ternyata mobil itu sudah lama berhenti di dekatnya. Sosok dari balik kemudi pun keluar dan membuka pintu di bagian belakang.
Kensky terdiam. Tatapannya terfokus pada lelaki bertubuh jangkung dan kekar. Lelaki itu turun dari mobil, rambutnya yang cokelat dan tampilannya yang berantakan terlihat memukau saat terkena sinar matahari pagi.
"Ya, Tuhan," teriak Kensky dalam hati. Lututnya nyaris lemas saat lelaki itu berbalik, "Dia sangat tampan," puji Kensky saat melihat rahangnya yang tegas dan kokoh itu memiliki janggut.
Mata abu-abu lelaki itu menatap tajam. Dengan langkah gontai ia mendekati Kensky lalu berkata, "Apa katamu tadi?" tanyanya pelan.
Suara lelaki itu berat dan rasanya Kensky ingin pingsan saja, karena tak tahan melihat ketampanan lelaki itu. Namun, perlakuan yang baru saja diterimanya membuat sikap garang Kensky pun seakan tergugah. Tatapannya yang tadi terkagum-kagum, kini berubah garang. "Kataku sialan, kenapa? Supirmu itu telah membuatku basah. Bukan hanya itu juga, tapi ponselku rusak akibat percikan air kotor itu."
"Supirku?" Lelaki itu menoleh ke belakang untuk melihat pria berjas hitam yang kini berdiri di belakangnya, "Apa kau yang telah membasahinya?"
Si supir itu menundukan kepalanya untuk meminta maaf, tapi lelaki yang merupakan pemilik mobil itu menghentikannya dan berbalik menghadapi Kensky lagi. "Dia tidak melihat air itu, Nona! Sama seperti Anda tadi waktu berjalan tanpa menggunakan mata Anda," bentaknya.
Mata Kensky melotot sambil berkacak pinggang. "Ingat ya, Pak. Di mana pun Anda berjalan, Anda harus menggunakan kaki Anda, bukan mata Anda! Lihat," Kensky menunjukan tubuhnya, "pakaianku kotor dan sebentar lagi aku ada wawancara "
Supir itu spontan melangkah maju untuk meminta maaf, tapi lagi-lagi si pemilik mobil menghentikannya, "Apa yang Anda inginkan sekarang, Nona?" tanyanya kepada Kensky.
"Minta maaf dan ganti rugi! Aku hanya ingin kalian mengganti handphone-ku saja," Kensky menunjukkan ponselnya kepada mereka, "Lihat, benda ini sudah tidak bisa hidup lagi," katanya sambil menekan tombol untuk menghidupkan layar yang tidak lagi berfungsi."
"Kau pikir kamu siapa?"
Spontan ia menyebutkan nama, "Kensky, namaku Kensky Revina."
Mata lelaki itu melebar. "Kensky Revina? Kenapa namamu bisa sama dengan calon istriku, ya? Atau mungkin kau adalah calon istriku?" katanya sambil menyeringai.
Kensky tidak terpengaruh. Dia hanya terkekeh dan kembali menatap lelaki itu. "Nama boleh sama, tapi orangnya belum tentu sama, Pak."
"Entahlah, lagi pula aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Tapi dari ciri-ciri kalian berdua sangat mirip," balasnya.
Kensky semakin kesal. Ia tidak suka disamakan dengan orang lain. "Siapapun Anda, aku tidak mengenal Anda. Dan asal Anda tahu, nama saya adalah Kensky Revina Oxley. Mungkin nama depanku bisa sama dengan nama calon istri Anda, tapi nama belakangku tidak mungkin, kecuali kami terlahir dari ayah yang sama."
Lelaki itu terkejut. "Tapi nama kalian berdua sama, nama lengkapnya juga Kensky Revina Oxley."
Kensky balas terkejut. "Itu tidak mungkin!"
"Itu mungkin, Nona. Apa benar nama ayahmu adalah Eduardus Oxley?"
Kensky terdiam lagi. Mulutnya sampai terbuka lebar karena terkejut. "Bagaimana kau tahu nama ayahku?"
Lelaki itu menyeringai. "Kalau begitu tebakanku benar, kan?" Dengan cepat ia mengulurkan tangan, "Perkenalkan, namaku Dean Bernardus Stewart. Aku calon suamimu, Nona Kensky Revina Oxley."
Kensky menggeleng kepala. "Itu tidak mungkin, aku tidak mengenalmu."
Dean semakin mendekati Kensky lalu berbisik, "Ayahmu sudah menjodohkan kita sejak kecil," Dean mundur beberapa langkah untuk menjauhi Kensky. Dengan tatapan menyelidik ia berkata, "Aku tidak menyangka kalau ternyata calon istriku begitu cantik dan ...," Dean kembali mendekati Kensky dan berbisik, "sangat menggairahkan."
Bola mata Kensky yang berwarna gold itu melotot. "Apa katamu?!" Dia meraih sepatu flatnya dan memukuli tubuh Dean, "Dasar laki-laki mesum. Aku bukan calon istrimu! Aku tidak mengenalmu dan ayahku tidak pernah menjualku kepada lelaki sepertimu."
Teriakan Kensky mengundang orang untuk menatap mereka. Dean yang memanfaatkan kesempatan itu dengan sigap menyambar sepatu Kensky hingga gadis itu semakin kesal.
"Kembalikan sepatuku!"
"Kau cukup berisik juga, ya?" Dean menarik sepatu itu dari Kensky dan melemparkannya ke tengah jalan, "Ambil sana jika kamu mau."
Dengan kesal Kensky berlari ke tengah jalan untuk mengambil sepatunya. Dan ketika dia berhasil mengambil sepatunya, dia berbalik lalu melihat mobil Dean sudah hilang. "Dasar orang gila! Beraninya dia mengaku-ngaku sebagai calon suamiku!"
Bersambung___
Ketika sudah ada benih dalam perutnya, Dominik Fedorov membawa wanita pujaan hati menemui keluarga untuk menikah. Tapi sesuatu terjadi, mobil mereka dihalang dan beberapa orang menculik sang wanita. Dominik melakukan segala cara untuk mencari sang wanita, tapi tidak berhasil. Beban keluarga yang selalu menekannya untuk segera menikah membuat Dominik semakin frustasi. Seakan takdir menyatukan mereka Dominik bertemu kembali dengan wanita itu setelah puluhan tahun dalam sebuah pertemuan. "Larisa, apakah ini kau?" "Dominik, sedang apa kau di sini?" "A-aku ... aku ingin melamar seorang gadis."
Clare Stewart adalah wanita cantik dan pintar yang sejak masih dalam perut ibunya sudah dijodohkan. Karena usianya masih sangat muda, Clare memilih fokus kuliah dan tak ingin tahu siapa pria yang telah dijodohkan dengannya. Namun takdir berkata lain, Clare melanggar sumpahnya sendiri dan jatuh cinta kepada seniornya. Pria itu bernama Reagan Harvest, anak pengusaha kaya yang ternyata adalah anak sahabat ayahnya. Dia sangat menyukai Clare dan rela melakukan apa saja demi mendapatkan wanita itu. Apakah Clare sanggup menahan godaan Reagan demi perjodohan yang telah dilakukan orangtuanya? Apakah Clare akan menolak perjodohan itu dan menerima Reagan yang sangat mencintainya? "Maafkan aku, Reagan. Aku sudah dijodohkan oleh kedua orangtuaku." "Sama, aku juga sudah dijodohkan. Tapi sebelum menikah, aku ingin menjalin asmara denganmu, kumohon."
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Bagi lelaki lain, menikahi gadis muda adalah keinginan besar mereka, tapi tidak dengan Rayyan, duda berumur 32 tahun yang di paksa oleh ibunya supaya menikahi Mayra. Mayra gadis berumur 19 tahun dan bekerja sebagai guru PAUD sekaligus pengasuh anaknya Rayyan, Asyifa yang berumur 4 tahun. Asyifa, tidak mau belajar dengan guru mana pun, hingga akhirnya bertemu dengan Mayra yang sangat menyukai anak-anak, hingga akhirnya mereka sangat dekat. Melihat kedekatan Mayra dan Asyifa, Ibunya Rayyan meminta Rayyan supaya menikahi Mayra sebagai ibu sambungnya Asyifa, akankah permintaan ibunya Rayyan terwujud?