/0/3629/coverbig.jpg?v=7b79e3e2cfce30a72d9676681fbc5809)
"Percuma kamu punya suami modal tampang doang! Memangnya hidup mau kenyang hanya cuma makan cinta? Tiap hari kerjanya hanya ngendon di kamar dan jalan-jalan keliling komplek bawa kamera!" hardik bapak sambil melempar sayuran sisa jualanku hari ini. Aku hanya terdiam. Sudah bosan beradu debat dengan bapak yang selalu merendahkan dan menghina Mas Yasa. Lelaki yang sudah dua tahun terakhir ini menjadi suamiku. Pekerjaan Mas Yasa memang hanya serabutan. Namun Bapak tak pernah mau tahu meskipun sebetulnya ada sesautu yang tengah Mas Yasa perjuangkan untuk kami di masa depan. Suatu saat Bapak pasti akan menyesal karena telah menghina suamiku habis-habisan.
#REKENING_SUAMIKU(1)
"Percuma kamu punya suami modal tampang doang! Memangnya hidup mau kenyang hanya cuma makan cinta? Tiap hari kerjanya hanya ngendon di kamar dan jalan-jalan keliling komplek bawa kamera!" hardik bapak sambil melempar sayuran sisa jualanku hari ini.
Aku hanya terdiam. Sudah bosan beradu debat dengan bapak yang selalu merendahkan dan menghina Mas Yasa. Lelaki yang sudah dua tahun terakhir ini menjadi suamiku. Pekerjaan Mas Yasa memang hanya serabutan. Namun akhir-akhir ini sebetulnya kondisi ekonomi kami sudah mulai membaik. Mas Yasa sudah berhasil memonetisasi channel Yutub yang digarapnya. Dia memang sejak dulu sangat suka membuat konten-konten menarik.
"Yang penting aku dan Mas Yasa tidak merepotkan Bapak dan Ibu lagi! Sejak kami menikah cuma hitungan jari aku meminta bantuan kalian ataupun saudara yang lainnya! Itupun waktu Alika sakit. Selebihnya kami berjuang dan berdiri di atas kaki sendiri!" ucapku.
"Kamu itu masih saja belain si Yasa itu! Lelaki yang bertanggung jawab itu harus punya pekerjaan tetap! Beliin kamu rumah! Bukannya dua setengah tahun terus-terusan ngendon di pondok mertua indah!" Mbak Miranda yang baru datang turut menceramahiku. Dia kakak satu ayah tapi beda ibu. Rumah Mbak Miranda hanya terhalang dua rumah dari rumah Bapak dan Ibu.
"Mbak, apa kamu nggak bosan menghina suamiku terus? Kami tidak pernah merepotkan kalian! Bahkan tiap hari aku juga turut andil dalam urusan dapur! Kalian tidak sadar kalau setiap sore kalian juga ikut menikmati sayuran gratis sisa jualanku? Bahkan seringkali kalian mengambil sayuran dari tudung saji rumah ini!" ucapku dengan dada menahan sesak.
"Tuh, Pak! Si Mela makin nggak tahu diri saja! Cuma sayuran sisa saja diungkit-ungkit terus!" cebiknya sambil menginjak seikat kangkung yang tadi dilempar Bapak.
Nyess!
Hatiku terasa nyeri. Bapak melihat ke arahku dengan tatapan tidak suka juga.
"Kamu itu memang selalu keras kepala, Mel! Dari dulu juga Bapak udah larang kamu nikah sama si Yasa! Orang nggak ada kerjaan kayak gitu! Lihat Mbakmu sekarang! Dia sudah punya rumah sendiri dan hidup mapan! Coba kamu dulu mau dilamar sama si Sobir, sekarang kamu sudah jadi istri kepala desa!" ucapnya.
Hidup di kampung seperti ini memang sangat menjadi sorotan ketika suami memang tidak punya pekerjaan. Terlebih Mas Yasa yang memang pekerja seni tidak terlihat kerja kerasnya di depan Bapak.
Dia hanya sesekali dipanggil untuk menyanyi di acara nikahan. Selebihnya dia berkutat dengan laptop dan benda pipih di kamarnya. Membuat konten Youtube yang katanya suatu hari nanti bisa jadi pasif income. Benda-benda mahal itu dia sudah miliki jauh sebelum dia menikah denganku.
Mas Yasa bukan orang pendidikan rendah. Namun karena pilihan profesi yang tidak nyata ini, dia selalu direndahkan. Bukan hanya dari pihak keluargaku, dari keluarganya juga. Bahkan saat kami menikah, tak ada satupun keluarga besarnya dari Surabaya yang datang ke sini.
"Sekarang ke mana lagi si Yasa pengangguran itu? Masih ngendon aja di kamar? Malah relain istri keliling jualan! Memang menantu miskin nggak tahu diri!" gerutu Bapak.
Aku menyeka air mata. Kupunguti sayuran yang tadi dilemparkan Bapak. Sementara Mbak Miranda masuk ke dalam dan pastinya langsung membungkus masakan yang tersisa. Dia paling malas masak dan sukanya menghabiskan stok yang ada di rumah.
"Mbak, sisain ayamnya! Itu sengaja kugoreng lembek buat Alika, biar gampang nanti dilembutkannya!" ucapku. Alika putriku yang usianya sudah satu setengah tahun lebih.
"Alaah! Pelit banget kamu, Mel! Sudah miskin terus pelit nanti seret lho rejekinya!" Dia tidak menggubris. Lalu pergi setelah misinya berhasil. Mengeruk isi dari tudung saji.
Aku hanya mengelus dada. Lalu berjalan ke kamar kami yang ada di belakang. Kubuka pintunya tampak Alika tengah duduk di punggung Mas Yasa yang sedang fokus sama laptopnya. Dia sedang mainkan rambut ayahnya.
"Mas, udah makan?" tanyaku.
"Belum, Mel! Ini tanggung konten aku sebentar lagi selesai! Ini sudah banyak subscriber dan jam tayangnya sudah lumayan! Semoga mimpiku bisa segera jadi nyata! Aku bisa menjadi seperti Atta halilintar yang kaya raya hanya dengan hasil ngonten, Dek!" ujarnya.
"Iya, Mas! Aku doakan! Pengen cepetan punya rumah sendiri dan pindah dari sini!" ucapku sambil terduduk di samping Mas Yasa.
"Sabar, ya, Dek! Bulan ini 'kan penghasilanku sudah lumayan. Hanya memang butuh untuk fokus dan konsisten saja! Kamu juga nggak perlu jualan sayur lagi, Dek! Uang kita bisa cukup hanya untuk menyambung hidup!" ucapnya sambil tersenyum dan menoleh ke arahku.
"Nggak apa, Mas! Aku bosan juga di rumah! Lagian para pelanggan aku sudah banyak dan untungnya lumayan, jadi uang hasil dari yutub kamu nanti bisa ditabung!" ucapku.
"Iya, semoga segera terlaksana, Dek! Ini rumah impian untuk kita nanti!" ujarnya sambil menunjukkan sebuah gambar yang terpampang pada wallpaper laptopnya.
Brakk!
"Duh, aduh, aduh! Pasangan tukang ngimpi emang! Ngarepin bisa beli rumah besar tapi nggak mau kerja!" tanpa kukira Mbak Miranda sudah berdiri lagi di ambang pintu kamar kami. Tidak sopan memang.
"Mbak, jangan hinakan mimpi kami! Lagian kamu ngapain balik ke sini lagi? Bukannya isi tudung saji sudah bersih?" pekikku.
"Aku lupa, belum masak nasi! Jadi mau ambil sekalian! Masa kamu saja yang nikmati nasi dari hasil kerja keras Bapak! Enak banget numpang teruuuus!" ucapnya sambil mencebik. Lalu berjalan meninggalkanku dan Mas Yasa yang saling bertukar pandang.
"Sabar ya, Dek! Maafkan pekerjaan Mas yang tidak keren seperti suaminya Mbak Miranda yang kantoran! Padahal 'kan pendapatan Mas sekarang saja sudah mulai lebih besar dari pada gaji UMR yang ada! Makanya kamu udah nggak usah jualan sayur lagi! Mending di sini bantuin Mas bikin konten biar lebih menarik lagi," ujarnya.
"Nggak apa, Mas! Biar nanti ketika kita sukses bisa memberikan kejutan yang indah untuk mereka! Biar mereka menganga melihat tukang ngendon dan tukang sayur tapi isi rekeningnya lebih besar dari pada suaminya Mbak Miranda yang pekerja kantoran!" ucapku sambil mencoba tersenyum.
“Percuma kamu Bapak sekolahkan tinggi-tinggi! Susah-susah pun maksain kamu biar masuk SMA, tapi mana nyatanya sekarang! Sudah mau satu tahun lulus sekolah tapi belum kerja juga! Belum ngasilin duit! Mending adik kamu yang sekolahnya SMP doang, sudah punya pacar anak tukang daging sapi, hidupnya terjamin!” celoteh Bapak. Orang yang Sumi paling takutkan ketika sudah bicara. Sumi menghela napas. Dia masih membelekangi Bapak dan mengiris bawang merah untuk masak. Untuk ke sekian kalinya omelan itu terasa menusuk hati Sumi. Bapak selalu mengungkit keinginannya untuk bersekolah lagi dan menyalahkan karena sampai saat ini belum menghasilkan rupiah. Hinaan, cibiran dan perlakuan Bapak membuat Sumi benar-benar terluka. Namun rupanya Tuhan mendengar setiap alunan doa yang dipanjatkan olehnya. Pertemuannya dengan Hiraka Yamada---seorang pegolf yang merupakan bos dari salah satu perusahaan automotive ternama di tanah air membuka jalannya untuk meraih kejayaan. Namun ada satu hal yang tiba-tiba terasa kosong, Zaki---sahabat dekat Sumi yang dulu selalu ada ketika dia butuhkan tiba-tiba menghilang. Sumi tak tahu jika Zaki menaruh rasa padanya. Zaki pergi dengan masih memendam segenggam cinta di hatinya. Akankah kehidupan mereka berakhir bahagia?
“Aku tidak mengirim istriku untuk menjadi pembantu di sini, Ma. Kenapa dia sibuk mengambil piring dan gelas kotor, sementara kalian enak-enakan makan?” Alka melempar protes ketika sang istri yang dicintainya diperlakukan semena-mena. Menjadi orang tidak berpendidikan tinggi dan tidak berpunya membuat Madina dibeda-bedakan di keluarga suaminya. Terlebih Alka---sang suami, memiliki pendidikan paling rendah juga disbanding ketiga kakaknya. Tuti---ibu mertua Madina terasa sangat pilih kasih. Sering kali dia memperlakukan Madina seperti pembantu dan bukan menantu. Pada acara ulang tahunnya, Madina dicibir dan direndahkan. Bahkan dia disuruh membantu membereskan piring dan gelas kotor. Mereka mengira Madina datang hanya untuk menumpang makan, karena sepertinya tidak mungkin dia membelikan hadiah yang mewah. Semua anggota keluarga tahu jika Madina dan Alka hidupnya hanya rata-rata. Semua hinaan, kepedihan dan rongrongan dari keluarga sang suami membuat rumah tangganya kerap kali diterpa badai. Terlebih Tuti---sang ibu berharap memiliki besan dengan seorang yang terpandang. Dia mencoba memasukkan Ratna dalam kehidupan sang putra. Para Ipar dan Mertua Madina berusaha keras agar Ratna bisa menjadi istri kedua dari Alka. Bagaimanapun mereka diiming-imingi kehidupan mewah dan menyenangkan oleh Ratna. Hingga akhirnya persekongkolan itu membuat sebuah kesalah fahaman besar terjadi antara Madina dan Alka sehingga membuat mereka terpisah jarak dan antara. Dalam kesendirian itu, Madina yang memang sudah merintis karir dalam dunia literasi menemukan jalan rejekinya. Salah satu novel yang ditulisnya viral dan dirinya mendadak terkenal dengan nama pena yang tidak diketahui oleh keluarga suaminya. Begitu pun dengan Alka yang merasa ditinggalkan dan mengira jika Madina lebih memilih lelaki dari masa lalunya, dia sibuk memperbaiki kehidupan ekonominya. Akankah keduanya kembali dipertemukan dan bisa menjalani hidup penuh kebahagiaan? Ataukah semuanya berakhir, Madina dan Alka berjalan masing-masing dengan pilihan hidupnya?
“Nay! rempeyek kacang apaan kayak gini? Aku ‘kan bilang mau pakai kacang tanah, bukan kacang hijau!” pekik Natasya. Dia membanting bungkusan rempeyek yang sudah Rinai siapkan untuknya. Natasya berniat membawanya ke rumah calon mertuanya dan mengatakan jika itu adalah rempeyek buatannya. “Maaf, Sya! Bahan-bahannya habis kemarin. Aku uangnya kurang, Sya! Uang yang kamu kasih, sudah aku pakai buat berobat ibu. Ibu lagi sakit,” getar suara Rinai sambil membungkuk hendak memungut plastik yang dilempar kakak tirinya itu. Namun kaki Natasya membuat pergerakannya terhenti. Dia menginjak-injak plastik rempeyek itu hingga hancur. *** “Aku mau beli semuanya!” ucap lelaki itu lagi. “T—tapi, Bang … yang ini pada rusak!” ucap Rinai canggung. “Meskipun bentuknya hancur, rasanya masih sama ‘kan? Jadi aku beli semuanya! Kebetulan lagi ada kelebihan rizki,” ucap lelaki itu kembali meyakinkan. “Makasih, Bang! Maaf aku terima! Soalnya aku lagi butuh banget uang buat biaya Ibu berobat!” ucap Rinai sambil memasukkan rempeyek hancur itu ke dalam plastik juga. “Aku suka perempuan yang menyayangi ibunya! Anggap saja ini rejeki ibumu!” ucap lelaki itu yang bahkan Rinai sendiri belum mengetahui siapa namanya. Wira dan Rinai dipertemukan secara tidak sengaja, ketika lelaki keturunan konglomerat itu tengah memeriksa sendiri ke lapangan tentang kecurigaan kecurangan terhadap project pembangunan property komersil di salah satu daerah kumuh. Tak sengaja dia melihat seoarng gadis manis yang setiap hari berjualan rempeyek, mengais rupiah demi memenuhi kebutuhannya dan sang ibu. Mereka mulai dekat ketika Rinai menghadapi masalah dengan Tasya---saudara tirinya yang seringkali menghina dan membullynya. Masa lalu orang tua mereka, membuat Rinai harus merasakan akibatnya. Harum---ibunda Rinai pernah hadir menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang tua Tasya. Tasya ingin menghancurkan Rinai, dia bahkan meminta Rendi yang menanangani project pembangunan property komersil tersebut, untuk segera menggusur bangunan sederhana tempat tinggal Rinai. Dia tak tahu jika lelaki yang menyamar sebagai pemulung itu adalah bos dari perusahaan tempat kekasihnya bekerja. Wira dan Rinai perlahan dekat. Rinai menerima Wira karena tak tahu latar belakang lelaki itu sebenarnya. Hingga pada saatnya Wira membuka jati diri, Rinai benar-benar gamang dan memilih pergi. Dia merasa tak percaya diri harus bersanding dengan orang sesempurna Wira. Wira sudah frustasi kehilangan jejak kekasih hatinya. Namun tanpa disangka, takdir justru membawanya mendekat. Rinai yang pergi ke kota, rupanya bekerja menjadi ART di rumah Wira. Bagaimanakah kisah keduanya? Akankah Rinai kembali melarikan diri ketika tahu jika majikannya adalah orang tua Wira?
Sukma hanyalah gadis sebatang kara yang menumpang hidup di keluarga Ambu dan Abah. Sukma terpaksa harus mengubur harapan indah hidup bersama Ahsan---lelaki yang dicintainya. Ambu meminta Sukma menggantikan Prisilia untuk menikahi anak sahabat lama Abah yang cacat dan sudah duda. Sukma berusaha sekuatnya percaya pada takdir dan jodoh. Demi membalas hutang budi itu, akhirnya dia melepas Ahsan dari hatinya. Namun tanpa disangka, ternyata sosok calon suaminya yang bernama Raga pada akhirnya membuatnya menjadi wanita paling bahagia karena dicintai, diistimewakan dan dihargai. Akankah cinta sejati Sukma dan Raga akan abadi? Atau luluh lantah karena hadirnya orang ketiga?
Novel ini merupakan novel bergenre romantic komedi yang memiliki konflik percintaan yang unik. Karakter tokoh utama wanita---Srikandi yang cuek dan pemberontak, tokoh Bisma yang lembut dan bijak serta tokoh Arjuna---bos tampan yang semena-mena membuat alur dalam cerita ini begitu hidup dan mengalir dengan sendirinya. Siapapun yang mengikuti ceritanya akan ketagihan untuk mengetahui setiap babak baru dalam episode berikutnya. Terlebih kisah cinta segi lima antara tiga orang pria dengan dua orang wanita yang rumit dan berakhir dengan mengejutkan. Dengan siapakah pada akhirnya Srikandi bersanding? Selain itu cara mereka menuju jenjang pernikahannya itu terkesan nyeleneh dan bisa membuat orang senyum-senyum sendiri.
[Heyyy! Gadis kampung! Ini peringatan saya yang ke sekian! Kamu pake guna-guna apa, hah?! Cepetan hilangkan ilmu hitam yang kamu kirimkan pada Ashraf! Kamu tidak pantas menjadi menantu di keluarga Adireja!] Aku menghela napas panjang. Sehari setelah aku menerima lamaran Tuan Muda Ashraf, aku selalu mendapatkan terror dari nomor yang tidak dikenal. Pikiranku yang sedang kacau oleh hal itu, bertambah runyam oleh omelan yang keluar dari mulut cabenya Teh Selvi. “Kalau semua ayam yang kamu goreng gosong? Kamu pergi lagi ke pasar beli ayam lagi pake duit kamu sendiri, punya gak?” cibirnya. Dia tak pernah bosan menghinaku karena kastaku yang dianggapnya rendahan. Aku lupa ada sepasang netra yang menatapku sambil berlinang. “Ibu kenapa?” Aku menoleh ke arahnya setelah Teh Selvi berlalu. “Maafin Ibu sama ayah kamu, Ta! Kalau saja kami punya uang dan menyekolahkan kamu tinggi, mungkin kakak-kakak sepupumu tidak akan merendahkanmu seperti ini?” isaknya. Wa’ Imah hanya sesekali melirik kearahku dan Ibu. “Bu, sudahlah! Sinta tidak apa-apa! Tuhan tidak akan salah memilih orang yang akan Dia tinggikan, Allah tidak hanya melihat dari pendidikannya. Meskipun seluruh dunia merendahkan orang itu, jika Allah meninggikannya semua bisa apa? Ibu hanya perlu mendoakanku agar tetap menjadi orang yang penuh syukur dan berada di jalan-Nya. Ibu mau kan
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Cerita tentang kehidupan di kota kecil, walau tak terlalu jauh dari kota besar. Ini juga cerita tentang Kino, seorang pria yang menjalani masa remaja, menembus gerbang keperjakaannya, dan akhirnya tumbuh sebagai lelaki matang. Pada masa awal inilah, seksualitas dan sensualitas terbentuk. Dengan begitu, ini pula kisah tentang the coming of age yang kadang-kadang melodramatik. Kino tergolong pemuda biasa seperti kita-kita semua. Apa yang dialaminya merupakan kejadian biasa, dan bisa terjadi pada siapa saja, karena merupakan kelumrahan belaka. Tetapi, kita tahu ada banyak kelumrahan yang kita sembunyikan dengan seksama. Namun Kino mempunyai hal yang menarik yang dalam cerita ini lebih menarik dari cerita fenomenal lainnya.
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
BERISI ADEGAN 21++ Rendi Satria, pria berusia 28 tahun yang memiliki postur tubuh yang ideal juga wajah yang tampan, hal itu menjadi daya pikatnya sangat kuat dan banyak perempuan yang terpesona akan ketampanannya. Namun Rendi sudah memiliki kekasih, yaitu Lisna. Perempuan yang sangat ia cintai. Akan tetapi kedua orangtua Lisna tidak menyetujui hubungan mereka lantaran sat itu Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap. Suatu hari Rendi ditawari pekerjaan untuk menjadi gigolo oleh tantenya sendiri. Maka dari itu Rendi bersedia demi bisa membuktikan kepada kedua orangtua Lisna. Lantas apakah yang akan terjadi dengan Rendi? Alangkah dia benar-benar menikahi pujaan hatinya? Simak dan ikuti kisahnya.
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!