Kecelakaan yang dialami Doni Damara menguak rahasia besar tentang dirinya. Bagaimana dia menyikapi konflik ini? Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia tega meninggalkan Rina, wanita yang sudah menolongnya saat kecelakaan dan Romeos, anak Rina yang sudah menganggap Doni sebagai ayahnya yang sudah meninggal sejak dia dilahikan? Atau dia akan kembali pada keluarga kecilnya yang sudah ditinggalkannya sejak kecelakaan itu terjadi? Meninggalkan bu Marmi, ibunya yang begitu sangat menyayanginya, Aida, istri yang sangat yakin bahwa Doni masih hidup dan masih sangat setia menunggu kedatangannya, juga Ajeng anak semata wayangnya yang dulu begitu manja padanya. Bagaimana juga dengan Rina dan Romeo? Apakah mereka bisa menerima masa lalunya? Semua konflik berikut penyelesaiannya dikemas cantik dalam sebuah cerita berjudul DILEMA.
"Oma ...! Romi peringkat satu!" Teriak seorang anak laki laki melambaikan map tebal berwarna hitam dengan logo sekolah tercetak di tengah tengah map tersebut.
Anak laki laki berkulit bersih itu tersenyum ceria menunjukan barisan gigi putih bersih dan rapi, warna kulit sawo matang yang dimiliknya adalah warisan dari ayahnya yang tidak pernah dia lihat secara nyata sejak dia dilahirkan, sedangkan bola mata hitam dan alis tebalnya berasal dari mama tercinta dan rahang serta tulang pipinya yang tegas perpaduan ke dua orang tuanya.
Dia berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu sebuah Sekolah Lanjut Atas ternama di kota Bandung.
Ya, meskipun ini Sekolah Menengah Atas namun pembagian raport harus pula dihadiri oleh orang tua murid atau yang mewalikannya.
Karena pada saat itu para orang tua atau wali murid dapat melihat penampilan kreatifitas anak anaknya selama belajar di sekolah ini dan selain itu saat pembagian raport juga dijadikan ajang berkumpulnya para orang tua murid untuk saling berkenalan dan bersilaturahmi satu sama lain.
"Alhamdulilaah ...! Cucu Oma hebat! Pasti mama senang sekali. Ayo, kita beri kejutan untuk mama." Senyum lebar menghiasi wajah Oma Netry.
Ditangkupkan kedua telapak tangannya pada wajah cucu tercinta lantas diciumi ke dua pipi cucu semata wayangnya bertubi-tubi, karena gemas.
"No ... Oma! Romi sudah besar, jangan seperti itu, Romi malu, Oma!" Desisan Romi seketika menghentikan perbuatan Oma Netry, namun membuat para orang tua murid yang kebetulan lewat tersenyum senyum melihat hal tersebut, bahkan ada beberapa teman Romi yang tak kuasa menyembunyikan tawanya saat melihat kejadian itu.
"Hai ... Romi! Anak manja ... Hahaha ..." Terdengar seruan gelak tawa beberapa teman sekelasnya berhasil membuat wajah Romi memerah karena kesal.
"Sudah ... Sudah! Oma minta maaf, ya? Ayo ... Kita langsung ketemu mama." Ujar Oma Netry, dia merasa bersalah karena telah memperlakukan cucunya yang sudah menanjak dewasa masih seperti kanak kanak. Direngkuhnya Romi dalam pelukan.
"Iya, Oma. Tapi Oma janji, tidak seperti itu lagi di luaran, ya? Romi sudah besar. Romi malu, Oma! It's okey kalau di rumah." Pinta Romi, perlahan dia mengurai pelukan Omanya, dua telapak tangan disatukan dan ditangkupkan di depan dada sebagai pertanda permohonan.
"Siap laksanakan Romeo Putra Damara!" Oma Netry meletakkan telapak tangan kanannya di pelipis bermakna hormat.
"Enaknya kita langsung pulang ke rumah untuk bikin surprise ke mama saat nanti pulang ke rumah atau langsung kasih surprise di resto? Tanya Sang Nenek, saat mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir yang sudah disediakan pihak sekolah.
Romi membimbing Oma Netry berjalan dengan tangan kanan berada di pundak Oma.
"Hmm ... Enaknya kita mampir ke mall dulu sebentar untuk membeli hadiah kejutan buat mama, terus kita kasih kejutan ke mama di resto aja. Gimana Oma? Okey enggak?" Ucap Romi alias Romeo menjabarkan rencana yang sudah dia susun untuk memberikan kejutan pada mama tercinta.
"It's a good idea! I agree with you, my lovely Romeo." Ujar Oma Netty dengan dua jempol diangkat tinggi tinggi.
"Okey! Kita ke Sunflower Mall dulu baru ke Mama Romeo Resto, Pak Karyo!" Ucap Romi penuh semangat ketika sudah sampai di samping mobil.
Pak Karyo, sopir pribadinya, gegas membukakan pintu untuk Oma Netry. Sementara Romi memilih duduk di depan sebelah pak Karyo.
Sejujurnya Romi sudah bisa membawa mobil sendiri, namun Mama dan Omanya belum mengizinkan dia membawa kendaraan roda empat itu dengan alasan belum mempunyai SIM. Dan untuk membuat SIM membutuhkan kartu Tanda Penduduk atau KTP.
Sedangkan KTP nya baru proses pembuatan bulan kemarin. Karena tepat 2 bulan yang lalu usia Romeo baru dianggap memenuhi syarat untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
Sebenarnya bisa saja bila mereka menggunakan jalur belakang, asal ada dana, istilahnya bikin SIM nembak pasti mudah dan cepat. Tapi Mama dan Oma termasuk orang orang yang mempunyai prinsip mengutamakan kejujuran.
"Baik, Den." Angguk Pak Karyo, kemudian mobil distarter dan perlahan mulai berjalan meninggalkan halaman parkir gedung sekolahnya yang sudah mulai sepi.
Drrtt ...
Drrrttt ...
Drrrttt ...
"Romi, sepertinya ada panggilan masuk di hapemu, Nak. Tuuh dari tadi bergetar terus." Ujar Oma Netry seraya menyerahkan tas ransel biru dongker milik Romi yang tadi sengaja diletakkan di jok belakang mobil disamping Oma.
"Oh... Iya, Oma. Makasih, ya." Ucap Romi santun pada Omanya, begitulah yang selalu diajarkan oleh mama dan Oma.
Dari saat masuk kelas tadi memang gawai hanya disetel mode getar oleh Romi agar tidak mengganggu saat kegiatan pembagian raport berlangsung.
Romi mengambil gawainya yang berada di dalam tas ransel favoritnya, gegas menelpon balik ketika dilihat pada draft panggilan ada 5 panggilan tak terjawab dari mama tercinta, seperti biasa Romi pasti akan meloadspeaker obrolan agar semua yang ada disekitarnya bisa ikut mendengarkan.
"Haloo ... Mama sayang! Kita video call - an aja, yaa?" Ajak Romi begitu nada tersambung dan terdengar suara Mama.
"Halo ... Romi! Hape Mama batrenya tinggal 1 garis, jadi kita telponan aja yaa. Biar hemat batre." Terdengar suara Mama di seberang sana pelan seperti biasanya, tapi kali ini terdengar seperti Mama sedang gemetar. Ada apa, yaa?
"Oh ... Ya udah deh." Balas Romi lemas.
"Sudah selesai bagi raportnya, Nak?" Lanjut Mama.
"Iya ... Sudah, Ma, ini Romi sama Oma otewe ke resto."
"Gimana hasilnya? Pasti bagus, kan? Mudah mudahan tidak mengecewakan Mama, ya?" Mama Rina tak menanggapi kata kata Romeo yang sedang menuju resto.
"Aduuh ... Maaf yaa Ma. Eng ..."
"Kenapa, Nak? Gak papa kalau memang enggak peringkat. Mama kan enggak pernah memberi target Romi harus peringkat." Belum selesai Romi berucap, Mama sudah mendahului. Ada nada cemas dalam suara Mama.
"Selama Romi bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan mengerjakan tugas tugas yang diberikan oleh guru dengan serius dan jujur itu sudah membuat Mama bangga." Lanjut mama Rina.
"It's okey, Mama. Don't worry be happy, hahaha..." Romi tak bisa menyembunyikan tawanya ketika mendengar Mama tercinta merasa cemas karena ucapannya tentang nilai raport.
"By the way, are you oke, Ma?" Tanya Romi, terdengar nada cemas dalam ucapannya ketika mengetahui mamanya tak ikut tertawa dengan candaan yang baru saja diucapkannya.
"Alhamdulillah, I'm okey. Oma mana, sayang? Bisa Mama bicara sama Oma? Mama menjawab pertanyaan Romi sambil mengalihkan pembicaraan ke Oma.
"Boleh. Oma duduk di belakang. Okey, Mama see you later. Assalamu'alaikum. Bye" Romi menutup obrolan bersama mamanya dengan salam dan kiss jarak jauh.
Segera gawainya diserahkan pada Oma yang duduk di jok tengah mobil mewahnya.
"Oma, ini Mama mau bicara." Ujar Romi seraya menyerahkan gawainya pada oma yang ada dibelakangnya.
"Assalamu'alaikum, Rina. Ada apa?" Suara Oma segera terdengar begitu menerima gawai dari Romi.
" ... "
Tak terdengar suara Mama, ternyata Oma telah mengubah setelan mode gawai milik Romi menjadi mode unloadspeaker sehingga tak ada yang dapat mendengar pembicaraan kecuali mereka berdua.
Meskipun Romi terkadang kesal dengan ulah mama dan omanya yang sering merahasiakan sesuatu darinya namun dia hanya bisa pasrah. Dia tak pernah memaksakan ke dua orang yang sangat dicintai itu untuk menceritakan rahasia mereka.
Romi merasa orang dewasa memang aneh. Mereka selalu bilang bahwa Romi tak boleh merahasiakan apapun terhadap mama dan oma. Romi harus selalu terbuka. Tapi mereka?
Meskipun pada akhirnya nanti tanpa diminta Mama atau Oma akan bercerita juga. Walaupun terkadang setelah sekian waktu berlalu, setelah urusan tersebut bukan lagi jadi rahasia, bahkan terkadang sampai Romi sudah melupakan masalah tersebut.
"Apa? Di rumah sakit apa? Baik, kami segera kesana. Kamu yang tenang ya." Ujar Oma, kini suaranya terdengar gugup.
Bahtera rumah tangga Beri Pratama dan Monica Sari yang sudah terbina selama hampir 30 tahun terguncang karena hadirnya kembali Soraya Maharani, wanita masa lalunya. Dia datang kembali untuk melanjutkan hubungan dengan laki-laki yang selalu ada dalam relung hatinya. Beri muda saat itu tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar pada Soraya setelah apa yang mereka lakukan pada acara perpisahan SMA yang digelar di rumah megah Soraya. Apa yang akan Beri lakukan? Apakah dia akan kembali pada cinta pertamanya dan menyakiti perasaan istri yang sangat dicintainya yang selama hampir 30 tahun membersamainya dalam suka maupun duka dan juga hati Eka dan Dwi, anak-anak yang sangat disayanginya? Atau meninggalkan kembali cinta pertamanya seperti beberapa tahun yang silam untuk tetap mempertahankan dan melanjutkan mahligai rumah tangga bersama istrinya? Bagaimana sikap Monica Sari saat mengetahui masa lalu suami tercintanya? Bagaimana dia menyikapi masalah ini? Apa yang akan dia lakukan dalam menghadapi wanita masa lalu suaminya itu? Bagaimana dia menyampaikan pada anak-anaknya yang sudah dewasa perihal orang tuanya? Bagaimana reaksi keluarga besarnya dalam menghadapi konflik ini?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. “Berhentilah menggangguku!” kata mantan pacarnya. “Hatiku hanya milik Jenni.” “Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?” kata seorang tokoh besar misterius.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..