Bahtera rumah tangga Beri Pratama dan Monica Sari yang sudah terbina selama hampir 30 tahun terguncang karena hadirnya kembali Soraya Maharani, wanita masa lalunya. Dia datang kembali untuk melanjutkan hubungan dengan laki-laki yang selalu ada dalam relung hatinya. Beri muda saat itu tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar pada Soraya setelah apa yang mereka lakukan pada acara perpisahan SMA yang digelar di rumah megah Soraya. Apa yang akan Beri lakukan? Apakah dia akan kembali pada cinta pertamanya dan menyakiti perasaan istri yang sangat dicintainya yang selama hampir 30 tahun membersamainya dalam suka maupun duka dan juga hati Eka dan Dwi, anak-anak yang sangat disayanginya? Atau meninggalkan kembali cinta pertamanya seperti beberapa tahun yang silam untuk tetap mempertahankan dan melanjutkan mahligai rumah tangga bersama istrinya? Bagaimana sikap Monica Sari saat mengetahui masa lalu suami tercintanya? Bagaimana dia menyikapi masalah ini? Apa yang akan dia lakukan dalam menghadapi wanita masa lalu suaminya itu? Bagaimana dia menyampaikan pada anak-anaknya yang sudah dewasa perihal orang tuanya? Bagaimana reaksi keluarga besarnya dalam menghadapi konflik ini?
"Assalamu'alaikum, rajin men, Cekgu." Tetiba sebuah suara yang tak asing di indra pendengaranku terdengar menyapaku saat aku sedang disibukkan oleh kegiatan bersih bersih teras halaman depan rumah di sore yang cerah ini.
"Wa'alaikumussalam, ee ... Juragan Kosan to. Iya niih Gan cari keringat," balasku serta merta menghentikan kegiatan menyapu, begitu mengetahui mbak Mini sahabatku datang bersama seorang wanita yang terlihat asing dalam pandanganku. Seperti bukan warga sini.
"Panas-panas gini mo kemana, Gan? Ayo mampir sini dulu!" tanya dan ajakkku sembari melangkah berjalan mendekati pintu pagar.
Mbak Mini adalah sahabatku. Dialah orang kedua yang kujumpai setelah kepala sekolah tempat aku bekerja saat ini saat aku datang ke kampung ini kali pertama.
Saat aku baru saja selesai menyerahkan SK pengangkatan CPNSku sebagai guru di sekolah yang letaknya tepat di seberang rumahnya.
Sangat kebetulan sekali ternyata rumahnya selain digunakan untuk tempat tinggal dia bersama kedua orang tuanya juga ada beberapa kamar yang sengaja dijadikan kos-kosan.
Dan aku adalah salah satu penghuni kamar kontrakannya dari sejak awal datang sampai beberapa saat setelah menikah dengan Mas Tama sebelum mempunyai rumah sendiri.
Setelah ke dua orang tuanya meninggal dunia mbak Mini yang melanjutkan usaha orang tuanya sebagai Juragan kosan. Begitu aku sering menyebutnya, sama halnya dia menyebutku 'Cekgu' seperti layaknya film kartun asal negara tetangga dengan tokoh fenomenalnya dua anak kembar berkepala plontos.
"Kami ini ya mau kesini loo Cekgu," balasnya seraya melangkah mendekati pintu pagar rumahku.
"Lho ... Memangnya mak War enggak bantu-bantu lagi, to?" Mbak Mini menanyakan tentang mak War, ARTku. Sebelah tangannya berusaha menggapai kunci grendel pagar rumahku. Aku bergegas mendekatinya lalu membukakan pagar sambil tersenyum.
"Yo masih lah Gan," sahutku. Senyum manis masih setia bertahta di wajahku yang saat ini sudah bersimbah keringat akibat pekerjaan beres beresku.
"Aku tanpa mak War, yo ambyaar Gan," lanjutku terkekeh sambil membuka pintu pagar menyilahkan mereka untuk masuk. Ucapanku barusan spontan menimbulkan kekehan dari mbak Mini.
"Tumben-tumbenan Juragan Kosan wayah gini keluyuran sampe dimari. Emangnya gak dagang, tah?" tanyaku sambil meletakan sapu lidi di sudut tembok lalu mencuci tangan di keran dekat pintu pagar samping.
"Yoo dagang laah Cekgu. Klo gak dagang yo piye, too? Bakalan enggak ngebul dapurku," jawab mbak Mini masih sambil terkekeh.
"Iki loo, aku nganter tamune sampeyan," lanjutnya sambil menunjuk pada seorang wanita yang sejak tadi ikut bersamanya. Hal ini seketika menyadarkanku bahwa saat ini ada orang lain selain kami berdua. Orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya.
"Tamuku? Siapa, yaa?" jawabku reflek beralih menatap intens pada wanita yang saat ini berada disamping mbak Mini. Otakku cepat menafsir tentang wanita yang datang bersama mbak Mini.
Seorang wanita yang menurut perkiraanku memiliki usia yang tak jauh beda dengan usia Mas Tama, suamiku. Saat ini dia melangkah perlahan disamping mbak Mini masuk ke halaman rumahku, tangan kirinya menenteng tas tangan branded berwarna hitam seolah ingin menunjukkan tingkatan kastanya pada kami, sedangkan tangan kanannya sibuk memindahkan kaca mata hitam yang dipakainya dari wajah ke arah kepala, kemudian kaca mata itu diletakkan tepat diatas rambut pirangnya yang sedikit bergelombang. Terlihat elegan memang. Namun terkesan angkuh. Tak terbersit sedikitpun senyum di wajahnya.
Sebenarnya wanita berkulit putih yang bersama mbak Mini ini cukup cantik namun karena riasan wajahnya sedikit agak tebal dan tidak rata sehingga menunjukkan beda warna kulit wajah dan leher yang sangat kentara. Celana jeans ketat yang dikenakannya dipadu dengan kaos tanpa kerah yang juga sangat ketat membungkus tubuhnya sampai lekuk tubuh seksinya tergambar sangat jelas, ditambah dengan kaos biru muda yang dipakainya bergambar jari telunjuk di depan bibir merah marun sedikit terbuka membuat mata lelaki manapun yang melihatnya akan susah mengendalikan hawa nafsunya.
"Soraya Maharani," ujarnya. Suaranya terdengar sangat tegas cenderung sedikit agak angkuh menurutku. Wanita itu berucap sambil tetap melangkah melewati gerbang yang barusan kubuka tanpa memandang padaku yang sedang diajaknya berbicara, pandangannya lurus menatap arah rumah. Seolah ada yang dicari dan ingin segera ditemuinya.
"Biasanya mas Beri memanggilku 'Aya'," lanjutnya. Suaranya menjadi sedikit kemayu ketika menyebut sebuah nama, entah aku yang baper atau memang begitu kedengarannya, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku masih terkesima beberapa saat melihat tingkah lakunya.
"Eeh ... Sebentar! Kok dia menyebut nama mas Beri? Apakah Mas Beri itu adalah Beri Pratama? Suamiku?" Otakku cepat berpikir, mengingat-ingat. Sel sel membrane yang ada di otakku mengirimkan sinyal-sinyal yang aneh, tapi apa ya? Sinyal sinyal itu tak mampu kucerna. Semakin aku berusaha mencernanya, semakin terasa ada sebuah ruang kosong dalam benakku yang tak dapat kurengkuh.
"Monica," balasku mengulurkan telapak tangan kananku berusaha menjabat tangannya dan sejenak menghentikan langkahnya, namun sepertinya wanita yang bersama mbak Mini itu enggan memberikan tangannya.
Segera kuraih pundak mbak Mini untuk kuajak menuju rumah.
"Ayo masuk, Gan!" ajakku mempersilahkan sahabatku itu untuk ikut masuk ke ruang tamu.
Kok sepi, Cekgu? tanya mbak Mini setelah memindai sekeliling halaman rumahku beberapa saat.
Karena biasanya dimana ada aku pasti akan ada mas Tama juga. Hampir tak pernah kami melakukan kegiatan atau bepergian secara terpisah kecuali urusan pekerjaan di sekolah kami masing masing.
Hampir seluruh warga kampung ini sudah sangat hapal, bahkan mereka selalu menyebut bahwa kami adalah pasangan paling romantis dan keluarga yang harmonis. Kemana mana kami selalu bersama kecuali berangkat ke tempat bekerja masing masing dan tidak pernah terdengar kami bertengkar. Anak anakpun rukun serta bahagia. Bahkan kami sering dijadikan contoh yang baik tidak hanya bagi pengantin baru tapi juga bagi pengantin lama.
Dari mulai kehidupan kami sebagai pengantin baru hingga kini sudah lebih dari 25 tahun usia pernikahan kami, alhamdulillaah rumah tangga kami tak pernah menjadi bahan pembicaraan tentangga. Permasalahan rumah tangga dapat kami selesaikan tanpa sampai mengikutsertakan pihak orang ketiga untuk menyelesaikannya. Aku dan mas Tama berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang ada sesegera mungkin dan tak boleh ada yang keluar rumah dalam keadaan memendam masalah.
Begitu juga dengan anak anak, Eka dan Dwi. Anak anak tumbuh dan berkembang selakyaknya anak anak pada umumnya. Kini mereka sedang menyelesaikan sekolah di universitas pilihan mereka, sehingga kami hanya tinggal berdua saja di rumah ini. Rumah kebanggaan yang kami bangun dengan keringat, air mata dan cinta.
Bisa dikatakan kini aku dan mas Tama tinggal menikmati hasil dari jerih payah kami. Kami yang saat bertemu sama sama tak punya apa apa lalu berkomitmen membangun rumah tangga bersama, memulai segalanya dari nol. Sedikit demi sedikit kami bersama sama menikmati prosesnya dalam suka dan duka, hingga saat ini kami sudah dapat menikmati hasilnya. Anak anak yang tumbuh sehat dan tidak merasakan kekurangan baik harta terutama perhatian dan kasih sayang, perkejaan kami yang makin mapan, juga sebuah usaha toko roti yang belum lama ini kami bangun sebagai kegiatan sampingan kami dan akan menjadi andalan saat kami pensiun kelak.
"Iyo, Gan. Mas Tama lagi gak ada di rumah, lagi pelatihan, jawabku sambil tetap berjalan bersisian dengan mbak Mini.
Ealaaah ... lagi njomblo to Cekgu...? ledek mbak Mini disertai kekehan renyahnya yang kujawab dengan senyum dikulum.
"Eh ... Ngomong ngomong ini bener rumahnya mas Beri, kan?" tanya wanita bernama Soraya itu entah pada siapa.
Ucapannya barusan spontan membuat candaan kami terhenti. Dia mondar mandir sambil telapak tangannya tak henti dikibas-kibaskan di depan wajahnya sebagai pengganti kipas. Mungkin dia gerah, batinku.
"Mas Beri? Maksudnya Mas Beri Pratama, kah?" tanyaku memastikan dengan menyebut nama lengkap suamiku.
"Iyaa, Beri Pratama, kalo saya biasa panggil dia mas Beri. Itu panggilan sayang saya ke dia, mana mas Beri nya?" cerocosnya tanpa jeda dengan nada bicara manja yang membuatku agak sedikit terkejut dengan kata-kata 'panggilan sayang' tadi.
Ada apa ini? Siapa sebenarnya wanita ini? Selingkuhan mas Tama? Rasanya enggak mungin deh. Mas Tama adalah orang yang hampir dibilang tak pernah ngobrol receh dengan kaum hawa kecuali keluarga dekat atau orang yang sudah dia kenal dekat. Dan semua teman teman di tempatnya bekerja sudah aku kenal semua. Apakah ada yang dirahasiakan oleh mas Tama selama ini? Apakah memang sepintar itu mas Tama menyembunyikan kebusukannya? Atau aku yang terlalu naif sehingga tak pernah merasakan perubahan sikap mas Tama walau sekecil apapun?
"Mas!"
"Mas!"
"Mas Beri sayaang! Ini aku, Aya mu!" teriaknya membuyarkan keterkejutanku.
Kecelakaan yang dialami Doni Damara menguak rahasia besar tentang dirinya. Bagaimana dia menyikapi konflik ini? Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia tega meninggalkan Rina, wanita yang sudah menolongnya saat kecelakaan dan Romeos, anak Rina yang sudah menganggap Doni sebagai ayahnya yang sudah meninggal sejak dia dilahikan? Atau dia akan kembali pada keluarga kecilnya yang sudah ditinggalkannya sejak kecelakaan itu terjadi? Meninggalkan bu Marmi, ibunya yang begitu sangat menyayanginya, Aida, istri yang sangat yakin bahwa Doni masih hidup dan masih sangat setia menunggu kedatangannya, juga Ajeng anak semata wayangnya yang dulu begitu manja padanya. Bagaimana juga dengan Rina dan Romeo? Apakah mereka bisa menerima masa lalunya? Semua konflik berikut penyelesaiannya dikemas cantik dalam sebuah cerita berjudul DILEMA.
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
MAMPIR KE KARYA KEDUA AKU YA, JUDUL: HANYA MENJADI WANITA PENGGANTI *** Mahendra Atmaja, duda anak satu yang usianya sudah 48 tahun. Mahendra menduda sejak usia putranya 1 tahun. Selama 21 tahun Mahendra begitu setianya menunggu mantan istrinya kembali. Namun, kesetiannya diuji ketika sahabatnya menjebak dirinya dalam satu kamar hotel bersama dengan gadis usianya masih 21 tahun. Gadis cantik itu bernama Mauren, karena membutuhkan biaya pengobatan sang Adik, gadis itu menerima tawaran Tuan Jian (Sahabat Mahendra) untuk menggoda dan merayu sang duda tersebut. Selain itu, Mauren harus bisa membuat laki-laki yang pantas menjadi ayahnya itu bisa jatuh cinta padanya. Berhasilkah gadis itu meluluhkan hati Duda tersebut?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya