sudah sangat lapar," a
sekian kalinya. Akhirnya dengan gontai diikutinya langkah Mamah
*
sama Mbak Suster, tuh!" Romi m
ang ICU kembali setelah makan siang bersam
Sus. Maaf! Bagaimana tadi,
ap bisa fokus mendengark
mberikan respon yang baik, bila keluarga ingin menjeng
ena pasien masih harus banyak istirahat." Papar perawat yang
. Ibu diminta untuk menyelesaikan administrasi dan booking kamar rawat inapnya." Lanjut
yukur. Ya ... Rina sangat bersyukur, setidaknya dia tidak
akan mengikuti saran Mamahnya untuk segera menghubungi keluar
rpun kalau perlu akan dia ganti dengan yang baru, bahkan apabila pihak keluarga ing
memperkarakannya ke kepolisian. Yah ... jalan damai yang akan di
elimang harta sementara tubuh, hidup dan
erganti menjadi kegalauan dalam hatinya kala dia ingat nama dan wajah
tanda pengenal yang ada di dompetnya itu
enyamakan dengan identitas SIM yang dimi
ari tahu kebenarannya, dia akan bertanya pada Mamah Netry. Yaa ...
y. Namun beliau hanya bergeming dengan tatapan mata menye
ah punya rahasaia dengannya? Adakah yang
mi tunggu di sini. Toh mamah tidak mengenal temanmu yang ada
inistrasinya dulu deh, Mah." Ri
bertemu dengan korban yang saat ini s
mani kawan Mama di dalam, Romi sama Oma yang urus administrasinya. Gimana ok
Biar Mamah sama Romi yang urus. Tenang aja pasti dapat kamar VIP, apa m
dapan Rina untuk meminta
mah kan enggak tahu tempatnya." Bi
e ruang ICU juga kan Mamah nanya perawat." O
t ikutan membela Oma dengan mimik wajah dibuat sejenaka mungk
ama ambilkan dulu kartu identi
ien itu maka akan semakin cepat pula Rina mendapat jawaban dari
mengambil kartu indentitas pasien dari tas yang tadi dilet
suruh nyusul Oma, kalau sudah dapat
it Mama. Nanti kasih ke Oma yaa." Pes
" Ujar Rina mengingatkan Romi agar menjaga
udah dalam keadaan baik baik saja seperti kata dokter barusan." La
engan anggukan kepala tanda
daaah ... Mama ..." Romi berjalan menuju arah pertama tadi datang untu
kaca dengan tulisan ICU be
t seoang lelaki dewasa terbaring tak berdaya di brangkar rumah sa
t dipasangkan sudah dilepas, seperti kata per
ah Rina makin mendekat
tubuhnya, degub jantungnya memburu dengan teramat kencangnya, sampai terdengar suaranya sangat
tangannya, agar tak terdengar seruannya akibat terkejut yang
coba mencubit lengan kirinya sendiri. Teras
etelah 17 tahun lamanya! A
a masih mengingkari kenyataan ini, n
hati ini menyangkalnya. Tapi bila melihat tulang pipi dan rahangnya Rina sangat hapal. Itu sama persi
mustahil. Tapi bukankah tak ada yang mustahil bila Alla