Seorang wanita muda, mengetuk pintu rumah Dewi selepas subuh. Dia menyerahkan seorang bayi dan meminta Dewi untuk merawatnya. Selang beberapa jam, di sebuah kampung yang tak jauh dari rumah Dewi, ditemukan mayat wanita, dengan mulut berbusa.
Tokk tokk tokk
Suara ketukan pintu depan, terdengar nyaring. Aku yang baru saja selesai melaksanakan salat subuh, langsung menuju ke depan, tanpa menyahut.
Tokk tokk tokk
"Mbak..."
Suara ketukan dan panggilan dari seorang wanita. Tanpa menyahut lagi, aku pun mengintip dari balik korden jendela, memastikan siapa yang mengetuk pintu rumahku di pagi buta seperti ini.
"Mbak, tolong bukakan pintunya!" ucap suara di depan lagi.
Seorang wanita muda dengan rambut dicepol, memakai hem kotak-kotak biru, dipadu dengan celana jeans hitam, tengah berdiri tepat di depan pintu rumahku.
Wanita cantik itu, menggendong seorang bayi, sambil membawa sebuah tas besar.
Tok tok tokk
"Mbak!"
Kali ini, segera kubuka pintu rumah, setelah yakin, jika yang mengetuk pintuku ini, adalah manusia tulen.
"Cari siapa ya, Mbak?" ucapku lembut, membuka obrolan, saat pintu telah kubuka.
Gerbang rumah, memang sengaja tak kukunci sejak semalam, karena suamiku bilang akan pulang. Tapi, sampai sekarang dia belum sampai juga.
"Ini Mbak Dewi, ya?!" tanyanya lirih.
Meski masing gelap, aku bisa melihat dari sorot lampu, jika gadis ini amat caantik, dengan rambut warna merah yang diponi.
Tampak bulir-bulir keringat, yang membuat poninya itu basah.
Kenapa di pagi buta yang dingin ini, dia malah berkeringat? Apa mungkin dia tadi habis berlari-lari?
"Iya, benar, saya Dewi. Mbak ini siapa ya? Kok sepertinya, saya belum pernah bertemu sebelumnya," ucapku sambil tersenyum.
"Mbak Dewi nggak perlu tahu siapa aku...aku ke sini, hanya ingin menitipkan anakku ini, Mbak. Tolong rawat dia dengan baik, sayangi dia seperti anakmu sendiri. Demi Allah, tolong jaga dia baik-baik."
Wanita itu, kemudian menyerahkan bayi mungil dalam gendongannya padaku. Kudengar dia mulai menangis terisak.
"Tapi, Mbak, ini anak siapa? Aku nggak mau nanti ada polisi yang datang, dan menuduhku mengambil bayi ini," ucapku yang akan kembali menyerahkan bayi mungil ini.
"Tolong, Mbak...ini anakku sendiri kok. Usianya masih seminggu, Mbak. Aku tak punya banyak waktu. Jadi, untuk terakhir kalinya, aku mohon, jadilah ibu selamanya untuk putraku," ucapnya sembari makin menangis.
Melihat nya seperti itu, aku jadi tak tega. Sepertinya, dia sedang tidak berbohong. Dan aku bisa melihat, jika dia meminta dengan sungguh-sungguh.
"Memangnya kamu mau kemana, Mbak?"
"Ke suatu tempat, Mbak. Terima kasih, ini ada sedikit perlengkapan dan susu," ucapnya lagi, sambil menaruh tas bayi di samping kakiku.
Dia kemudian menciumi bayi mungil yang ada di gendonganku, sambil menangis dan berucap, "maafin mama ya, Nak. Mama nggak bisa jagain kamu untuk selamanya. Mama sayang Lio."
"Mbaknya ini sebenarnya siapa? Kok tahu rumahku, dan tahu namaku?!" Aku tentunya masih sangat penasaran dengannya.
"Suatu hari, pasti Mbak Dewi akan tahu semuanya. Terima kasih, Mbak...aku pamit dulu!"
Tanpa menunggu persetujuannku, dia langsung lari secepat mungkin, tanpa menoleh lagi. Sebenarnya, aku ingin berteriak menanyakan namanya dan agar dia tidak pergi , namun aku tak ingin membuat tetangga terbangun.
Bayi mungil yang terbungkus selimut tebal itu, matanya terbuka. Tampan dan sempurna, namun raut wajahnya, mengingatkan pada seseorang, entah siapa itu.
Segera kubawa masuk, karena udara di luar amat dingin dan juga berangin. Kubawa masuk ke kamar bayi itu, dan menurunkannya di ranjang. Selimut yang melilit tubuhnya kubuka, sambil mengecek popok sekali pakainnya.
Seketika, bayi mungil itu mengeliat, dan ya ampun, dia amat lucu sekali. Matanya menatapku, dan dia menghadiahi sebuah senyum. Sungguh teramat gemas aku dibuatnya. Saat kuteliti, ada sebuah tanda lahir di punggungnya.
Sebenarnya, sudah dari dulu, aku dan Mas Hasan, suamiku, ingin seorang anak laki-laki. Namun, itu adalah hal yang mustahil, karena rahimku sudah lama diangkat, setelah adanya banyak fibroid di rahimku. Jadi, pupus sudah harapan untuk memiliki seorang anak lagi.
Sebuah chat masuk ke handphoneku, yang kuletakkan di nakas. Segera kubaca pesan di wa tersebut.
[Ma, maaf ya, papa nggak jadi pulang semalam. Soalnya di lapangan ada kendala, dan harus segera diselesaikan. Jadi mungkin aku baru bisa pulang, tiga atau empat hari ke depan.]
Sebuah chat kuterima dari Mas Hasan, suamiku.
[Memangnya nggak biaa gitu Pa, pulang sebentar? Hari ini 'kan, ulang tahunnta Fika, dia juga akan pulang, harusnya Papa juga pulang sebentar.] Balasku.
[Aduh, nggak bisa ini. Lagi genting! Lagian Fika kan uda gede, Ma. Masak mau diulang tahunin terus? Biar nanti kutransfer uang saja padanya, sebagai hadiah.]
[Ya sudah, terserah kamu saja deh, Pa.]
Sebenarnya, ingin aku menceritakan tentang bayi ini pada Mas Hasan, tapi kuurungkan. Aku takut dia nanti malah marah.
Bayi kecil yang tadi dipanggil mamanya Lio itu, kini tiba-tiba menangis. Segera kuambil botol susu dari saku tas bayi, dan dia langsung diam saat sudah minum susu.
"Jangan nangis lagi ya, Sayang. Mulai sekarang, aku mama kamu, ya, " ucapku sembari mengelus pipi halusnya.
Entah hanya perasaanku saja, atau memang benar adanya. Saat diamati, wajahnya jadi amat mirip sekali dengan Mas Hasan suamiku. Seketika pikiran buruk keluar, namun coba kutepis, karena tak mungkin suamiku itu macam-macam di luar.
***********
Jam di dinding dapur sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sambil menggendong Lio, aku memasak dari tadi dan kini sudah selesai. Masakan ini kubuat spesial untuk puteri semata wayangku, yang kini genap berusia dua puluh tahun.
Handphoneku tiba-tiba berbunyi, tanda panggilan masuk, ternyata itu dari Fika, anakku. Langsung kuangkat panggilan itu, siapa tahu ada yang penting.
"Assalamualaikum, ada apa, Fik?" ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon ini.
"Waalaikum salam. Ma, ada mayat ditemukan, di kampung Wonorejo. Ini aku mampir dulu untuk melihatnya," jawab Fika dari ujung sana.
"Innalillahi...Mayat? Laki-laki atau perempuan, Fik?" tanyaku penasaran.
"Perempuan, Ma. Masih muda dan cantik sekali, dari mulutnya keluar banyak busa, seperti habis keracunan gitu."
"Ya ampun kasihan sekali. Wonorejo itu 'kan, nggak jauh dari rumah kita, Fik...sudah kamu sekarang cepat pulang, Mama sudah masak kesukaanmu ini. Hati-hati. Assalamualaikum."
"Oke, baik Ma...waalaikumsalam."
Setelah mengakhiri panggilan itu, aku pun menuju ke kamar, untuk meletakkan Lio yang telah tidur. Karena, aku akan membersihkam diri, sebelum nanti sarapan berasama Fika.
Lima belas menit kemudian, Fika sudah sampai di rumah, saat aku sedang menata makanan di meja.
"Ma...iniloh foto wanita muda yang meninggal tadi, aku sempat memfotonya," ucap Fika sambil menunjukkan handphonenya padaku.
Deg!
Foto mayat yang diperlihatkan Fika itu, sama persis dengan wanita yang menyerahkan bayi Lio tadi. Memakai hem kotak-kotak warna biru, dan celana jeans hitam. Dan tentu saja, aku masih sangat mengenali wajah yang tadi menangis, saat menyerahkan anaknya itu.
Tapi, mengapa dia tiba-tiba meninggal dengan mulut berbusa? Padahal tadi kulihat dia baik-baik saja.
Saat mencari ikat pinggang kutemukan sabun imut kecil di tas kerja suamiku. Dan dari sabun itu, aku bisa menguak banyak rahasia suamiku itu.
Mas Bambang yang menikahiku selama lima tahun, dan selama ini bersikap seolah suami yang setia, ternyata tukang selingkuh. Lanjutkan kebohonganmu Mas, aku akan tetap main cantik hingga bisa memiskinkan dan membuatmu menyesal nanti.
Selama tujuh bulan lebih iparku dan keluarganya menjadi benalu di rumahku, dan mereka selalu menjadikan aku pembantu di rumahku sendiri. Suamiku tak tega jika harus mengusir mereka, jadi kini aku akan main cantik hingga mereka tak betah lagi berada di rumahku.
Selama delapan bulan, dia diperlakukan bak pembantu oleh ibu mertua,ipar dan suaminya, karena dia takut menjadi seorang janda. Akhirnya dia berontak saat tahu suaminya yang malas itu, malah berselingkuh. Dengan banyak tipu daya, dia di usir dari rumah peninggalan orang tuanya. Namun ketika telah di usir, dia malah hamil. Namun dia akan membuktikan jika dia bisa hidup mandiri dan sukses
Mantan pacarku yang dulu meninggalkan luka mendalam, kini telah kembali, dan menjadi suami dari adikku.
Izzah amat tahu jika keluarga suaminya itu hanya mengincar semua hartanya, tapi Izzah bukanlah wanita yang lemah dan bodoh, yang akan melepaskan semuanya begitu saja.
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...