Namanya Bunga Humaira, dia pergi dari negaranya untuk menjauh karena dia patah hati. Gagal menikah membuat Bunga benar-benar ingin menenangkan hidupnya dan memulai awal yang baik, tapi niatnya ingin memulai awal yang baik menjadi kutukan ketika dia kembali bertemu dengan Pria yang sangat aneh. "Semua mendadak, ini manusia apa gimana sih. Baru kali ini ketemu manusia kaya gini. Semua mau cepat semua maksa." _______Bunga Humaira. "Ikuti saja kata saya. Kamu berpikir apa lagi ! saya kaya, tampan, mapan, dan dari keluarga baik-baik. Complete right? so come'on say yes !." ______Afrain Derson
Aku melangkah dengan angin yang membawaku maju.
Kamu melangkah dengan dia yang sudah kamu tuju.
Tanpa aku tahu, takdir kita akan saling beradu.
Kau dengannya...
Dan aku dengan langkah ku untuk meninggalkan kamu.
*****
Bunga duduk menyilangkan kakinya dengan sangat anggun. Wajah tenang miliknya itu menatap lurus pasangan suami istri yang menikmati dentuman musik keras di dalam club.
Bunga hanya bisa menatap dari jauh dan sesakali melempar senyuman untuk Sandra__sahabatnya.
"Boleh aku duduk disini?" suara itu mengalihkan perhatian Bunga. Dia tidak menjawab. Mengamati wajah Pria yang tidak asing baginya. Namun dimana dia pernah bertemu dengan Pria ini.
Hal yang sama juga dilakukan Pria itu, dia menatap Bunga dengan intens, mata elang itu menghipnotis Bunga tanpa dia sadari.
"Mr.Derson?" tanya Bunga tak yakin. Lalu suara itu langsung mengingatkan si Pria siapa wanita cantik nan menarik di hadapannya ini. "Ah kamu Bung_a." Bunga mengangguk dan seketika Afrain duduk tanpa dipersilahkan.
Tidak ada percakapan antara Bunga dan Afrain setelahnya. Mereka hanya saling memandang lantai dansa.
"Membosankan," ucap Afrain yang dapat didengar Bunga. Dia menoleh lalu menemukan Afrain memainkan ponsel. Bunga tidak tahu harus berkata apa sampai Afrain menarik tangannya. "Ikut aku jika kamu bosan disini." Bunga yang masih bingung menjawab apa tidak sempat mengeluarkan jawabannya karena Afrain sudah menarik tangannya cepat.
Melewati kerumunan manusia dan juga sorotan lampu lampu club.
"Mr. Kita kemana?"
"Mencari tempat yang indah untuk dilihat."
Bunga hanya diam saat mobil mulai di jalankan Afrain. Secepat itu Bunga mengikuti kemauan Afrain. Dan secepat itu Afrain mau mengajaknya menikmati hembusan angin yang menenangkan Bunga.
Mereka sekarang berada di Bondi Beach . Duduk di salah satu bangku yang tersedia. Jaket yang dipakai Bunga ternyata tidak mampu menahan dinginnya angin. Maklum saja dia biasa tinggal di Jakarta, dan sekarang dia berada di tempat yang berbeda benua.
Dia memeluk tubuhnya sendiri.
"Mau ku peluk?" pertanyaan Afrain membuat Bunga tidak bisa berkata-kata. Dia heran kenapa sikap Afrain seolah telah berteman lama dengannya. Bunga hanya diam tidak ingin menjawab pertanyaan konyol itu.
Sudah lima belas menita tapi mereka tidak berbicara hal lainnya. Tebakan Bunga adalah kalau Afrain sedang patah hati atau sejenisnya. Bunga melirik Afrain yang sepertinya memejamkan mata sudah sedari tadi dengan menyunggingkan sedikit senyuman.
"Mr.Derson," panggil Bunga hati-hati. Karena tidak ada jawaban Bunga berusaha menyentuh lengan Afrain dan dia benar-benar terkejut saat Afrain menggenggam tangannya lalu tiba-tiba tubuhnya melayang berpindah tempat.
Seringai Afrain membuat darah Bunga mengalir. Apa Afrain pikir dia wanita penghibur. Bunga bangkit dari pangkuan Afrain dan satu tamparan yang cukup keras diberikan Bunga.
"Kau benar-benar pria idiot !"
Bunga berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Afrain ternyata sama sekali tidak mengejar atau hanya memanggil namanya.
"Idiot, dia pikir dia siapa. Ketampanan mu sayangnya tidak bisa membuatku terpesona dengan sekejap. Uang sayangnya tidak bisa menghipnotis ku untuk menjadi jalang mu meski hanya untuk satu malam saja."
####
Dentingan garpu dan sendok beradu di meja makan, Afrain mendadak pusing dengan kesunyian yang dia hadapi. Sudah sebulan dia tidak memiliki pacar, tidak memiliki tempat menyalurkan hasratnya yang paling penting.
Ya ! Dia sebejat itu. Namun Afrain tidak pernah menjanjikan apapun pada wanita yang dia kencani. Sebulan ini dia merasa di awasi oleh Claire___Mama nya. Mamanya sibuk menyuruh dia menikah. Menakutinya yang kelak akan tidak bisa punya anak jika sudah tua baru menikah. Dan bagi Afrain itu hal konyol. Tapi tetap saja sebulan ini dia terus diawasi oleh Mamanya dan dia gerah. Ingin berkencan semalam saja pun tidak bisa, karna Mamanya akan dengan senang hati segera menikahkan dia.
Afrain mengangkat ponselnya yang bergetar. Sebuah pesan singkat dari sekertarisnya masuk.
Jam sepuluh kita akan memulai rapat direksi Sir.
Afrain menyudahi sarapan lalu bergegas mandi. Dia ada rapat penting hari ini. Saat dia melewati pintu kamar dia kembali berjalan mundur. Melihat Bunga mawar putih yang menghiasi vas bunga. Wajah seorang wanita membuatnya tersenyum.
Sudah dua bulan dari kejadian malam di Sydney itu dan Afrain masih mengingat jelas wajah wanita bernama Bunga itu. Raut amarahnya semakin membuat Afrain mengingatnya.
****
Gedung besar menjulang tinggi diantara gedung lainnya. Derson Group itulah nama gedung yang selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang melihat.
Dua tower berwarna emas yang berdiri kokoh mempertegas akan gaya para pemiliknya.
Dan Pimpinan utama Perusahaan ternama di Dunia itu tak lain adalah Afrain Derson George. Anak dari___ Gio Derson George dan tentunya cucu dari Dion Derson George. Cicit dari Denish Albi George serta Mawar Cantika Derson. Lengkap bukan?
Afrain sangat terlihat dominan dari semua sepupunya yang juga menjadi pemimpin perusahaan ternama. Karisma sebagai pemimpin tidak bisa di elak kan lagi. Tidak ada yang berani menolak kerjasama denganya. Meski dia baru memimpin perusahaan setelah Ayah nya pensiun lima tahun lalu.
Langkah Afrain menuju ke ruang meeting di ikuti oleh beberapa staff membuatnya terlihat jelas sebagai bos besar.
Membaca serta mengamati berkas yang akan dibahas wajah Afrain sangat serius. Sampai dia tidak melihat wanita yang sangat tidak ingin bertemu dengannya.
Bunga. Dia berada di dalam lift yang sama dengan Afrain. Nafasnya baru bisa normal saat rombongan Afrain keluar dari dalam lift dan dia melanjutkan ke ruangannya.
Bunga baru bekerja dua hari di perusahaan Afrain itu, dan dia sudah tahu kalau Afrain adalah pimpinannya. Menolak kerja tidak mungkin, dia memimpikan bekerja di perusahaan bergengsi ini.
Apalagi bagian yang dia dapatkan adalah menjadi sekertaris dari manager keuangan perusahaan itu.
"Bunga what are you doing there?" Suara Clara bos nya mengejutkan dirinya. Clara sudah berumur dua puluh delapan tahun dan dia juga baru diangkat menjadi kepala manager keuangan satu tahun yang lalu menggantikan posisi karyawan yang harus pensiun. "Oh sorry Miss." Clara tersenyum ramah padanya lalu Bunga masuk kedalam ruangan Clara mengambil beberapa berkas yang harus dia kerjakan. Untungnya Clara sangat baik serta ramah. Clara terlihat sama sekali tidak memiliki sifat bossy.
"Bunga aku ada rapat direksi pagi ini, jadi aku minta kamu selesaikan ini secepat mungkin ya. Karna setelah rapat pasti Sir. Derson akan meminta perincian biaya tahap awal yang harus kita keluarkan untuk proyek mall ini." Bunga mengangguk mengerti. Mudah baginya mengerjakan hal semacam ini, apalagi Clara sudah menjelaskan dengan detail bagian perincian dana nya semalam.
Clara berjalan anggun menuruni lift dimana ruang meeting berada. Karena di lantai itu hanya terdapat ruangan devisi keuangan, head marketing, juga bagian personalia perusahaan.
Mereka berada di tower A atau tower utama , sementara tower B itu digunakan untuk komersil. Seperti cafe, juga ada beberapa toko baju. Disana juga terdapat fasilitas tempat tinggal milik karyawan. Dan betapa beruntungnya Bunga karena dia juga tinggal disana.
Posisinya sekarang membuatnya mendapatkan fasilitas kantor itu. Gaji Bunga juga dibilang cukup besar jauh dari dulu dia bekerja di perusahaan Adam.
Mengingat pria itu rasanya kerinduan menguar begitu saja dalam tubuh Bunga. Senyuman miris membuat aura-nya mendung. Tidak secerah mentari.
Bunga bergegas mengerjakan pekerjaannya dan setelah selesai Bunga turun dengan lift untuk keruang fotocopy yang berada satu lantai dengan ruang meeting.
Bunga menunggu mesin fotocopy bekerja lalu dia segera memeriksa hasilnya. "Hai Bunga."
"Oh hai Nick," balas Bunga kepada teman barunya yang bernama Nick itu. "Sepertinya pekerjaan mu banyak."
"Kau juga." Bunga tersenyum lalu berpamitan dengan Nick. Tepat saat dia keluar dari pintu ruangan dia menabrak tubuh Afrain membuatnya terhuyung kebelakang dan kertas-kertas itu berterbangan dengan indah menutup wajahnya. "Shit," makinya pelan lalu mengambil kertas yang berada di wajahnya. Bunga terkejut saat melihat sosok tampan dengan mata tajam melihatnya bagaikan daging segar yang siap disantap.
"Bunga," ucapnya sehingga Bunga tersenyum sopan. Walau dalam hati Bunga enggan melakukan hal itu untuk si idiot Afrain. Tanpa Bunga duga Afrain berjongkok dihadapannya mengamati wajah Bunga sehingga para staff direksi lain melihat mereka dengan bingung. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Afrain mengulurkan tangannya ingin membantu Bunga berdiri. Bunga tidak menanggapi uluran tangan itu, dia malah sibuk memunguti kertas fotocopy nya.
Afrain tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Sir Antoni jadikan dia sekertarisku menggantikan Jane." Jane bersorak riang dalam hatinya karena terlepas dari Afrain si perfecsionist. Beda dengan Jane, Bunga melebarkan matanya tidak menyangka akan seperti ini nasib nya.
T
B
C
💞
Sering kali, kita merasa hidup ini tidak adil. Melihat orang lain begitu bahagia, rasanya semakin membuat putus asa dan tidak berdaya. Itu pula yang Gilsha alami, dia sangat ingin bahagia seperti orang lainnya. Karena itu, dia mengambil kembali apa yang seharusnya ia miliki. Hal itu adalah Noah, pria yang sudah hidup bahagia bersama istrinya. Mampukah Gilsha benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan?
Menangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah dengan kehidupan keras dan mahal di Jakarta. Dari masakan jatuh ke hati begitulah nasib Arinda berubah, seorang pria super aneh terus memperhatikannya dan mengklaim Arinda adalah wanitanya. "Marry me Arinda," kata Eadric sudah berlutut dan dia sangat bersungguh-sungguh. "Hei ini abang bos gue bilang apa ?" _______Arinda Putri Samos. "ASTAGA BUTET ! KURSUS LO SANA," umpat semua sahabatnya. Mau tau keseruan cerita mereka ? Langsung baca saja ya...
"Qiena aku suami mu, jangan pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Kau mengerti !" ___Sean Gibert. "Apa salah ku jika aku jatuh pada pelukan Pria lain ? tidakkah kau merasa dirimu yang tidak becus sebagai seorang suami Mr.Gibert ?"_____ Qiena William. Sama-sama pewaris dari dua kerajaan bisnis membuat pernikahan mereka dikatakan sempurna bagi orang lain yang melihatnya. Qiena Direktur wanita yang sangat cerdas plus istri dan ibu yang baik bagi keluarganya. Sean Presiden Direktur pria yang tampan, gagah, berambisi juga suami yang baik. Begitu kata mereka yang melihat dari luar kehidupan Qiena dan Sean. Meski memang itu juga yang mereka berdua pertahankan. Namun, Qiena rupanya jatuh cinta. Pertama kali dalam hidupnya dan itu bukan kepada Sean. Apa yang dipilih Qiena ? Sean dan keluarga yang sudah dia miliki ? Atau, Jack. Pria yang membuat dia jatuh cinta ?
Zia super model ternama yang berasal dari keluarga kerjaan di timur tengah, dia memutuskan menyamar karena masalah yang di hadapai oleh keluarganya. Zia si super model itu pun merubah penampilannya menjadi Ara Bella. Namun satu hal yang membuat Zia terluka setelah semua misi berhasil dia lakukan. Zia Al'DG Ozvick "Kau benar, ini semua bukan karena aku mencintaimu. Melainkan karena aku ingin semua kebohongan keluargamu terungkap." Reikhan Edward "Adakah yang nyata dari kita Ara, setelah semuanya apakah ada yang nyata."
Seorang Putri yang jatuh cinta kepada seorang pelayan cafe disaat dirinya sendiri sudah ditunangkan dengan Pangeran Mahkota dari kerajaan Wieldburg. Kerajaan paling berkuasa dan paling disegani, dan baginya ini adalah kutukan karena dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan pelayan itu. Bukan hanya perasaan jatuh sesaat, tapi ini adalah perasaan jatuh kedalam jurang yang tiada ujungnya. Putri Vienza "Harusnya aku tidak pernah berbohong. Karena persis kata ibunda kalau berbohong hanya akan mendatangkan malapetaka". Pangeran Akhtar "Meski kau adalah Dewi aku tetap tidak menyukaimu. Kau hanya seperti hiasan pribadiku yang harus siap jika aku gunakan." Ghafur "Kebohongannya begitu menyakiti ku. Meski aku mencintai nya teramat sangat tapi kebohongan tetaplah kebohongan."
"Kenapa kau tidak mengerti Harlein ? kita berbeda, aku tidak pantas untuk berada di sekitar mu. Apalagi harus berdiri disamping mu. Pergilah, jangan mempersulit semua." ________ Anggara Mahesa. "Semua manusia di ciptakan sama. Lalu apa salahnya jika aku ingin hidup bersama mu ? tidak bisakah kau memperjuangkan ku ?" ________Harlein. Ini adalah kisah cinta pewaris kerajaan Fortania, dia jatuh cinta kepada pria yang jauh dibawahnya. Tapi bagi Harlein, cinta tidak memandang kasta. Tapi jika Pria yang di cintainya tidak memperjuangkannya dia bisa apa ? Dan kenapa pula dia harus mengemis pada pria itu. ** yuk baca kisahnya **
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Bagaimana jadinya kalau orang dari masa lalu dan masih menyimpan rasa untuknya, berubah menjadi Kakak Ipar? Antara bingung dan kecewa tapi juga cinta, menjadi satu saat Haidar Alvaro, lelaki yang sudah mengambil malam pertama Maora kini menjadi kakak iparnya. Belum lagi setiap hari dia harus dipertemukan karena Haidar tiba-tiba meminta Maora untuk tinggal bersama mereka. Akankah Maora mampu menahan hasratnya dan tidak mengkhianati Laura, kakaknya sendiri? Atau memilih untuk memperjuangkan cintanya dengan menghalalkan segala cara?
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Anne mengikuti kontrak tertentu: dia akan menikah dengan Kevin dan melahirkan anaknya pada akhir tahun. Kalau tidak, dia akan kehilangan semuanya. Namun, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi penghinaan hari demi hari, dia sudah kehabisan kesabaran. Kali ini, dia tidak mau menyerah. Pada hari kecelakaan Kevil, Anne mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya. Meskipun dia hidup, dia akan segera menghilang di hadapan dunia. Nasib mereka terikat sekali lagi setelah bayi mereka tumbuh. Anne mungkin telah kembali kepadanya, tetapi dia bukan lagi wanita yang sedang mengejar cinta Kevin. Sekarang, Anne siap berjuang untuk putranya.
Joelle mengira dia bisa mengubah hati Adrian setelah tiga tahun menikah, tetapi dia terlambat menyadari bahwa hati itu sudah menjadi milik wanita lain. "Beri aku seorang bayi, dan aku akan membebaskanmu." Pada hari Joelle melahirkan, Adrian bepergian dengan wanita simpanannya dengan jet pribadi. "Aku tidak peduli siapa yang kamu cintai. Utangku sudah terbayar. Mulai sekarang, kita tidak ada hubungannya satu sama lain." Tidak lama setelah Joelle pergi, Adrian mendapati dirinya berlutut memohon. "Tolong, kembalilah padaku."