Helena Davies, memiliki rambut cokelat gelap dan mata biru terang. Wajah imutnya yang tidak sesuai umur bersanding dengan tubuhnya yang proporsional. Bekerja sebagai pelukis dan memiliki galerinya sendiri di usianya yang masih muda. Helena menerima tawaran untuk bertunangan yang membuatnya mendapat banyak masalah karena Steve yang tidak menerimanya sebagai pasangan. Seakan itu belum cukup, Helena harus menghadapi Dave, sepupu Steve yang tidak mudah ditebak. Meski mereka membuatnya tertekan, Helena tidak memungkiri bahwa Steve adalah pria yang baik dan Dave adalah orang yang peduli dan perhatian. Namun karena itulah, keadaaan semakin rumit saat Helena harus terjebak diantara mereka.
"Mom," pria itu merengek, sangat tidak cocok dengan sikap kaku-nya yang biasa dia perlihatkan. Aku baru tahu, ternyata dia anak yang bisa menjadi orang yang berbeda seperti ini hanya karena sedang berhadapan dengan ibunya. Aku tidak tahu harus merasa seperti apa karena bisa melihat hal yang langka itu. Sepertinya dia memang anak yang baik, terutama pada ibunya.
Pria itu tidak membentak dan terlihat hanya seperti merengek.
"Dengar penjelasan Mom dulu," kata wanita paruh baya di sampingku membalas ucapan pria itu. Pandanganku beralih dari pria di depanku ke ibunya.
"Mom ingin kamu sama Helen menjalin hubungan baik. Soalnya kamu masih tidak punya kekasih sampai sekarang, dan dengan pertunangan ini kamu bisa mengenal Helen dengan lebih baik. Helen itu perempuan yang baik." Aku hanya diam saat namaku disebut kesekian kalinya, kalimatnya tidak lepas dari kata 'baik'. Lagi pula akan sangat tidak sopan jika aku bicara saat belum waktunya disuruh bicara.
"Aku punya, Mom. Aku sudah punya kekasih. Berapa kali aku harus bilang pada Mom?" Pria itu meringis.
Aku tertarik dengan apa yang dia katakan. Bukannya dia sedang sendirian, tidak menjalin hubungan dengan siapa pun? Ibunya yang mengatakan itu padaku.
Ibu pria itu membalas, "Dan berapa kali Mom bilang, kalau kamu punya kekasih, kenalkan sama Mom, tapi kamu satu kali pun tidak pernah melakukannya. Terus, mana kekasih kamu itu?" Pria itu rewel, tapi aku tahu sifat itu dari mana, ibunya juga sama.
Mereka sudah dari tadi membalas perkataan masing-masing dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu singkat. Sedangkan aku, tentu saja hanya diam mendengarkan. Jujur saja, aku berusaha terlihat tenang. Tapi sebenarnya, sejak pria itu protes pada ibunya, aku sudah merasa gelisah. Pria itu jelas sekali menolakku. Dan ibunya masih belum menyerah sampai anaknya itu menurut, semakin membuatku tidak tenang.
"Dia di luar negeri, Mom. Di Amsterdam." Pria itu menjawab dengan enggan.
"Nah, kan. kamu jawabnya begitu lagi." Ibunya terlihat geram. Aku bingung, karena jawaban pria di hadapanku dan bingung karena tidak tahu harus bagaimana untuk menenangkan wanita berumur di sampingku ini yang mulai tampak mengamuk.
"Yeah, soalnya dia lanjut S2-nya di sana Mom," kata pria itu terlihat bosan, mungkin dia juga sudah kesekian kalinya mengatakan kalimatnya tadi.
"Lalu kapan dia-nya balik ke sini?" tanya ibunya masih belum terima begitu saja perkataan anaknya.
"Dia belum lama di sana Mom, jadi masih kurang lebih dua tahun lagi." Pria itu terlihat bersabar meladeni ibunya.
Oh, jadi begitu. Kekasihnya belum lama ini pergi?
"Mom tidak percaya sama kamu. Itu cuma alasan kamu saja supaya kamu tidak perlu dekat dengan siapa-siapa." Ibunya masih setia dengan pendapatnya sendiri.
"Mom," Pria itu merengek lagi kesekian kalinya.
"Kamu tahu tidak, sih? Mom itu takut kalau kamu itu ternyata kelainan seksual." Perkataan ibunya membuat aku dan pria itu melotot horor, tapi aku rasa pria itu bukan hanya kaget karena kalimat ibunya, juga kaget karena aku yang yang tiba-tiba tersedak ludah sendiri. Saking terkejutnya, aku sampai tersedak.
"Mom!" Pria itu menyebut dengan suara yang lebih keras. Tapi rupanya, wanita di sampingku tidak terpengaruh oleh seruan putranya.
Ibunya kembali bersuara, masih belum selesai berkata, "Tapi kamu tidak pernah mau jujur sama Mom. Kalau memang begitu, belum terlambat mengaku sekarang, Steve."
Sekarang rasanya aku malah seperti barang yang dimanfaatkan ibunya untuk memojokkan anaknya agar mengaku. Apa lagi sudah bermenit-menit aku seperti diabaikan. Aku menatap pria di depanku, bagaimana dirinya membela diri sekarang?
"Aku tidak begitu Mom. Aku tidak mengaku karena memang itu tidak terjadi, bisa-bisanya Mom mengatakan hal seperti itu." Pria itu menatap ke arahku, seakan baru sadar kehadiranku karena baru saja tersedak. Dia malu.
Tapi sebenarnya aku merasa lebih malu lagi karena tiba-tiba tersedak dengan tidak elitnya beberapa saat yang lalu.
Aku mengerti perasaannya, aku juga pasti malu jika berada di posisinya. Bagaimana tidak? Ibunya bertanya atau bisa dibilang menuduh kelainan seksual seperti itu saat ada kehadiran orang lain yang baru dikenal, yaitu aku. Bahkan bisa dibilang aku masih orang asing.
"Mom tidak mau dengar kamu protes lagi. Kalau memang dugaan Mom itu tidak benar, turuti perkataan Mom." Pria itu menatap tak percaya pada ibunya, memang sudah kesekian kalinya dia menampakkan ekspresi seolah terkhianati-nya itu. Tapi ibunya sama sekali tidak peduli.
Aku turut berduka cita untuk pria itu. Tapi di menit selanjutnya aku berubah pikiran, mungkin saja pria itu memang mengalami kelainan seksual. Lalu ibunya ingin mengatasinya dengan memaksanya menjalin hubungan denganku. Ini seperti cerita novel dewasa yang bertema kelainan seksual.
Aku ingin berteriak histeris rasanya, aku korban di sini! Aku yang paling menyedihkan di sini!
Dan sekalipun pria itu tidak mengalami kelainan seksual, bagaimana dengan dirinya yang akan menjadi orang ketiga nantinya? Pria itu mengatakan punya kekasih, hanya saja mereka sedang terhalang jarak untuk sementara.
Oh, sempurna sudah! Aku tidak bisa menolak karena wanita di sampingku ini bersahabat dekat dengan ibu dan akhirnya aku terpaksa berada dalam situasi ini.
Padahal saat pertama kali wanita yang mengaku sebagai ibu dari pria itu datang padaku, lalu mengatakan akan membuatku dan pria itu bersama, jujur saja aku merasa sangat senang. Siapa yang tidak senang jika diberi jodoh yang tampan dan mapan? Terus kata ibunya dia pria yang baik, jadilah jodoh yang sempurna.
Tidak ada yang bisa menolak, jangan munafik. Yah, kecuali jika dia memang mencintai orang lain yang lebih baik dengan cinta berlebihan yang terlalu dalam. Atau dia, wanita yang punya kelainan seksual.
Tapi aku normal, jadi tidak menolaknya. Mungkin sepertinya aku harus memikirkan solusi agar terbebas dari predikat 'korban'. Apa ada yang mengerti keadaanku? Atau malah menertawakanku?
Aku ingin histeris lagi. Hanya ingin, aku tidak benar-benar melakukannya.
Tapi, dalam hati kecilku, aku ingin bersama pria itu walau hanya sementara. Perasaanku malah membuat situasi semakin sulit untukku. Aku sadar, aku bahagia hanya karena bisa melihatnya dengan jarak sedekat ini. Sebelumnya aku hanya bisa memandangnya dari jauh dan menyukainya dalam diam.
Aku tidak mengingkari, aku termasuk salah satu dari banyaknya perempuan yang mengagumi pria itu. Dan aku tidak merasa istimewa sedikit pun hanya karena mencintai pria itu selama bertahun-tahun. Aku mencintai pria yang bahkan abai dengan kehadiranku. Tadi saja, dia acuh padaku karena aku tersedak dan dia merasa tidak nyaman, nyatanya dia melakukan itu karena hanya peduli pada dirinya yang merasa malu saja.
Aku memang tidak pernah melakukan apa pun untuk menarik perhatiannya sejak dulu. Aku tidak berani. Aku bukan perempuan yang bisa dibandingkan dengan para perempuan yang pernah dekat dengannya dan menjalin hubungan. Kalau begitu untuk apa bertahan menyukainya? Tidak, aku juga pernah menyukai pria lain.
Tapi setelah perasaanku berubah pada orang lain, aku akan teringat kembali padanya lagi. Mungkin inilah yang disebut cinta pertama. Padahal aku menyukai beberapa pria, tapi yang teringat setelah itu hanya dirinya saja. Dan begitulah, saat aku tidak menyukai siapapun, aku selalu memikirkannya. Aku menyukainya lagi dan lagi.
Aku memang sudah lama menyukainya, sejak masih berumur sepuluh tahun. Dan dia sebelas tahun saat itu.
Dia adalah cinta pertamaku. Steve Felton. Pemilik Felton Insurance, perusahaan terbaik di Hampshire.
*****
Kisah tiga remaja yang terjebak cinta segitiga. Diana, berusaha untuk terlihat baik-baik saja setelah mengalami kesedihan yang belum lama ini menyesatkannya dalam rasa pahit di hidupnya. Kini ia bertemu seseorang yang pernah menjadi alasannya tak pernah menyukai orang lain hingga sekarang. Mungkinkah itu bisa membuatnya keluar dari kesedihannya? Revan, sedang mencari jati diri dengan merubah tindakan dan perilakunya yang ternyata selalu terikat dengan masa lalunya. Kini ia bertemu seseorang yang mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia masih terikat masa lalu padahal dirinya sudah berubah? Kevin, sifatnya selalu ceria, jahil dan cerewet. Ia juga selalu bisa menerima siapapun menjadi keluarga baginya. Ialah yang lahir dari kesendirian. Kini ia bertemu dengan seseorang yang dibencinya tapi malah sering bersamanya. Apakah memang benar siapapun bisa menjadi keluarganya?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
Karin jatuh cinta pada Arya pada pandangan pertama, tetapi gagal menangkap hatinya bahkan setelah tiga tahun menikah. Ketika nyawanya dipertaruhkan, dia menangis di kuburan orang terkasihnya. Itu adalah pukulan terakhir. "Ayo bercerai, Arya." Karin berkembang pesat dalam kebebasan barunya, mendapatkan pengakuan internasional sebagai desainer. Ingatannya kembali, dan dia merebut kembali identitasnya yang sah sebagai pewaris kerajaan perhiasan, sambil merangkul peran barunya sebagai ibu dari bayi kembar yang cantik. Arya panik ketika pelamar yang bersemangat berduyun-duyun ke arah Karin. "Aku salah. Tolong biarkan aku melihat anak-anak kita!"
Terjebak hanya karena sebuah permainan Truth Or Dare rupanya membawa Thea menemukan kenikmatan dalam hubungan ranjang hangat yang panas dan basah. "Sorry, sir. Just a minute, and let me kiss your lips!" Satu ciuman itu berubah menjadi lumatan ganas yang panas. Alvaro rupanya tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia membawa Thea untuk masuk ke dalam lingkaran rantai emasnya, merantainya di dalam kenikmatan cinta dan juga hubungan BDSM. "Spare your legs! I wanna cum!" Seketika Thea masuk ke dalam dunia Alvaro yang bukan hanya sebatas pemuas napsu, melainkan istri pura-pura Al. Lantas bagaimana jika hubungan mereka yang hanya pura-pura menumbuhkan rasa cinta yang lebih besar?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.