Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Tersandung Luka, Terkubur Cinta
Tersandung Luka, Terkubur Cinta

Tersandung Luka, Terkubur Cinta

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Saat Aira mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung, perasaan bahagia yang ia harapkan seketika berubah menjadi pilu. Ia mendapatkan kenyataan pahit yang begitu menyakitkan: suaminya, Reyhan, yang selalu ia anggap setia, ternyata sudah mengkhianatinya. Bahkan, yang lebih memilukan lagi, Reyhan sudah memiliki anak dari wanita lain. Bagaimana hati seorang istri bisa tetap utuh setelah mengetahui bahwa pria yang ia cintai telah begitu mendalam menusukkan pisau pengkhianatan? Di tengah kabar baik tentang kehamilannya, Aira justru dihantam kenyataan yang menghancurkan hatinya dan meruntuhkan segala impian tentang masa depan bersama Reyhan. Apakah Aira akan mampu mengatasi rasa sakit yang mengoyak hatinya? Bisakah ia bangkit dan menemukan kebahagiaan baru, atau akankah cinta dan kepercayaannya terhadap Reyhan sudah terlampau hancur untuk diperbaiki?

Bab 1 Hujan yang Tak Pernah Reda

Aira memandang ke luar jendela. Hujan deras menyelimuti kota, menyapu setiap sudut dengan air yang tak henti-hentinya jatuh, seolah mencerminkan perasaan hatinya yang sedang terombang-ambing. Di luar, langit tampak kelam, tidak ada satu pun cahaya yang mampu menembus kegelapan. Begitu juga dengan hatinya. Setelah bertahun-tahun bersama Reyhan, kini segala yang ia yakini terasa kosong, hampa, seperti lautan yang luas tanpa ujung.

Di tangannya, secarik kertas hasil tes kehamilan berbaring, dua garis merah menandakan bahwa ia tengah mengandung. Seharusnya Aira merasa bahagia. Seharusnya, berita ini adalah kabar baik yang membuatnya tersenyum. Tetapi, hatinya justru terasa terhimpit oleh kenyataan lain yang datang seperti badai. Bayi yang ada di dalam perutnya seharusnya menjadi simbol kebahagiaan dan harapan baru, namun kenyataan pahit yang baru saja ia temui jauh lebih kuat menguasai perasaannya.

Aira memandang foto mereka berdua yang ada di atas meja, senyum bahagia yang terpancar saat hari pernikahan mereka. Wajah Reyhan di foto itu tampak tulus, meski kini Aira tahu betapa banyak kebohongan yang telah ia tutupi di balik senyum itu. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu ia percayai bisa merusak semuanya? Bagaimana mungkin Reyhan, suaminya, yang telah berjanji untuk selalu ada, mengkhianatinya dengan cara yang begitu kejam?

Hatinya mulai sesak, perasaan ingin menangis datang begitu saja, tetapi Aira berusaha menahan diri. Ia tidak ingin terlihat lemah, terutama di hadapan anak yang ada di dalam kandungannya. Ia ingin percaya bahwa ia bisa menghadapinya, bahwa ia bisa tetap tegar meski dunia sekitarnya sedang runtuh.

Ponselnya bergetar. Suara dering itu memecah kesunyian yang menyelimutinya. Aira menatap layar ponselnya, dan matanya terhenti pada nama yang tertera: **Reyhan**. Ia ragu sejenak untuk membuka pesan itu. Namun akhirnya, dengan tangan yang agak gemetar, ia mengetuk layar ponselnya dan membuka pesan itu.

**Reyhan**: "Sayang, aku pulang malam ini, ada urusan di luar kota. Jangan khawatir, aku akan segera kembali."

Aira menatap pesan itu dalam diam. "Urusan lagi?" gumamnya dengan nada penuh tanda tanya. Sejak beberapa bulan terakhir, Reyhan selalu pulang terlambat dengan alasan yang sama-ada urusan yang harus diselesaikan. Setiap kali Aira mencoba untuk bertanya lebih jauh, Reyhan akan menjawab dengan senyum yang memaksakan diri, mengalihkan percakapan, seolah-olah ia tak ingin Aira mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Namun kali ini, Aira merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah firasat buruk datang, mengguncang setiap sudut hatinya. Ia tak tahu pasti apa yang membuatnya merasa demikian, tetapi perasaan itu sangat kuat, seperti bayangan gelap yang mengikuti setiap langkahnya.

Dengan ragu, Aira menurunkan ponselnya dan menatap langit yang tampak semakin gelap di luar. Air matanya mulai menetes, satu per satu, membasahi pipinya yang pucat. Ia tahu, ada sesuatu yang Reyhan sembunyikan darinya, dan kali ini, perasaan itu bukan hanya sekadar kecurigaan, melainkan sebuah kenyataan yang mulai terungkap.

Tiba-tiba, Aira teringat percakapan yang sempat terjadi beberapa minggu lalu. Ia mendengar bisik-bisik teman-temannya tentang wanita bernama Alya, yang selalu terlihat dekat dengan Reyhan. Aira berusaha menenangkan dirinya, berpikir bahwa itu hanyalah gosip belaka. Namun, belakangan, semuanya mulai terasa berbeda. Reyhan yang biasanya selalu membagi waktunya dengan keluarga kini lebih sering menghabiskan waktu di luar. Ia bahkan mulai menghindari tatapan mata Aira, seolah ada yang ia sembunyikan.

Satu malam, saat Aira mencoba untuk mencari tahu lebih banyak, ia menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga. Sebuah foto yang tersimpan di dalam ponsel Reyhan, foto dirinya bersama Alya, yang diambil dengan latar belakang kamar hotel. Aira merasa dunia seolah terhenti saat itu. Ia menatap foto itu berulang kali, mencoba memahami apa yang dilihatnya, tetapi semakin ia melihat, semakin ia merasa tak percaya. Reyhan, suaminya, benar-benar telah mengkhianatinya.

Perasaan itu menggelora di dalam dirinya-rasa sakit yang begitu dalam, yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Aira merasa seperti dirinya bukan siapa-siapa lagi bagi Reyhan. Ia merasa terperangkap dalam kebohongan yang tak pernah ia duga akan ada. Perasaan kecewa yang begitu mendalam menyelimuti hatinya, dan di tengah kebahagiaan yang semestinya ia rasakan karena kehamilannya, Aira justru merasa kosong, hampa, dan patah.

"Kenapa, Reyhan?" bisiknya, suaranya serak karena menahan tangis. "Kenapa kau lakukan ini padaku?"

Dengan perlahan, Aira berdiri dan berjalan menuju ruang tidur mereka. Setiap langkahnya terasa berat, seolah beban dunia ada di bahunya. Ia melangkah ke meja rias, di mana ia menyimpan foto-foto kenangan mereka bersama. Ia meraih satu foto yang diambil saat liburan musim panas lalu, ketika semuanya tampak sempurna, ketika ia masih merasa bahwa hidup mereka penuh dengan harapan. Dengan tangan yang gemetar, ia meletakkan foto itu kembali ke tempatnya.

"Apakah aku bisa bertahan dengan semua ini?" Aira bergumam pelan pada dirinya sendiri. "Apakah aku masih bisa mempercayaimu, Reyhan?"

Di luar, hujan semakin deras, seakan mencerminkan badai yang mengguncang hatinya. Aira tahu, bahwa perjalanan hidupnya tak akan pernah sama lagi. Segala yang ia anggap benar kini menjadi pertanyaan besar. Dan di dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit digambarkan mulai muncul-perasaan bahwa cinta yang pernah ia miliki kini hancur, seperti reruntuhan yang tak bisa diperbaiki.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY