Memilikinya tabu bagiku, mencintainya membuatku kian terluka dalam!
Pernahkah kalian mengalami masalah dalam hidup? Yeah, semua orang pasti pernah merasakan masalah dalam hidup. Berbagai macam masalah datang menghampiri kita silih berganti.
Ini masalah cinta Cheryl Anastasia. yang dialami selama 19 Tahun hidupnya. Ia hanya seorang mahasiswi manis, yang salah atau tidak mencintai senior tampan itu.
Cheryl mencintainya, dia lelaki asing yang hanya berpapasan sekali. Tetapi sosok itu seolah tidak pernah sirna dari bayangan dan khayalan liar.
Disatu sisi dia hanyalah seorang senior Universitas P. Di sisi lain, ia memiliki ketampanan luar biasa seperti para artis.
Siang itu, Cheryl sedang print tugas. Dan seperti biasa antrean panjang yang selalu menjadi pemandangan yang memanjakan mata, tapi justru pemandangan mata ini yang membuat para pengantre hanya bisa mengehela napas panjang, saking panjangnya bisa sepanjang usus manusia.
Di kampus P, hanya ada satu spot untuk print semua tugas, foto copy, jilid dan tetek bengeknya.
Cheryl sedang print tugas yang deadline-nya minggu kemarin, tetapi baru dikerjakannya. Berharap saja, tidak di buang hasil jerih payah ia menyontek itu.
Siang hari yang panas, beserta antrean panjang. Membuat perut Cheryl mendadak mules. Ia gelisah, seperti cacing kepanasan. Maju mundur tapi tidak cantik.
Handphone Cheryl bergetar. Cheryl berusaha mengapai ponsel miliknya yang berada di belakang. Namun, ia merasakan memegang sesuatu yang lembek dan keras. Benda itu terasa mengembung. Cheryl berbalik, dan baru menyadari ia salah memegang masa depan milik orang.
Cheryl menelan ludahnya kasar.
"Arghhh." Pekiknya, ketika ia sadar masih memegang benda itu. Demi Kak Ros yang tak pernah baik sama Upin-Ipin, tangan Cheryl yang polos langsung tercemar.
"Tanggung jawab dek. Pusaka abang, mati."
"Alamak!" Cheryl menutup matanya. Sungguh sangat memalukan.
"Maaf bang. Maap."
Cheryl menatap korbannya. Dan ia baru menyadari, ia memegang benda pusaka milik malaikat. Begitu tampan.
"Abang ganteng kali." Kata Cheryl polos.
Lelaki itu hanya tersenyum. "Itu air liurnya netes dek."
Cheryl buru-buru menyeka iar liurnya. Air liur pengkhianat!
"Maaf ya bang, nggak sengaja." Cheryl langsung berlari. Sungguh berdouble-double ia malu.
Cheryl langsung menutup wajahnya dengan tas. Wajahnya pasti sudah semerah tomat busuk.
Cheryl masih berlari sekencang cheetah. Dan naasnya, jarak antara tempat print ke Fakultas Sastra begitu jauh. Harus melewati setidaknya 3 fakultas.
"Anjir... udah nggak perawan tangan gue." Kata Cheryl pada dirinya sendiri.
Masih gemetaran, Cheryl memeriksa tangannya, dan bodohnya lagi, ia mencium tangannya. Dan, tidak ada bau yang aneh-aneh.
"Anjir... malu parah. Bisa-bisanya, salah megang. Untung nggak putus, tuh barang." Cheryl masih mengayur napasnya, dan megelus dadanya.
"Untung juga, dia nggak minta tanggung jawab, nikahin dia misalnya." Cheryl menggelang, ini kasus yang terbalik. Ia melecahkan, laki-laki. Parah!
Cheryl masih tak habis pikir, kenapa dia sesial ini. Sebelum menuju fakultasnya, Cheryl duduk sebentar di bawah pohon cemara, yang sepoi-sepoi. Ia duduk di fakultas teknik.
Cheryl masih menenangkan hati dan pikirannya dari peristiwa tadi.
"Anjir.... anjir... anjir..."
"Apa dia kasih tahu kawan-kawannya, kalau dia udah dilecehkan? Alamak! Nanti dikiranya, aku penjahat kelamin lagi." Cheryl menggigit bibirnya. Bagaimana, kalau ia dicap seperti itu?
"Dih, amit-amitlah. Orang, gue pacaran aja kagak pernah, dan mendadak jadi penjahat kelamin? Duh.. dedek akan rajin sedekah mulai sekarang." Teriknya matahari, tidak membuat pikiran buruk Cheryl meredup. Malah, semakin menyala.
Cheryl mengambil ranting kering di sekililingnya, dan mulai mencoret-coret tanah seperti anak kecil.
"Ala, lupa. Harusnya, aku tanya siapa namanya. Kan bisa, tebus kesalahan dengan jadi pacarnya." Cheryl tersenyum geli sendiri. Ia menepuk pipinya. Tak pernah jatuh cinta, dan mendadak hatinya, ingin merasakan hal itu.
"Sadar ya Cher. Dia setampan malaikat, dan loe tampang upik abu. Loe hanya bisa, jadi keset kakinya doang."
Cheryl merasa seperti orang gila. Ponsel Cheryl bergetar. Ya, Cheryl langsung menyumpahi benda pipih tak ada nyawa tersebut. "Gara-gara kau HP. Kan sial jadinya." Cheryl mengomel sendiri.
Cheryl melihat nama 'Mawar' terpampang disana.
"Mawar... arghhh." Cheryl merasa ada sesuatu yang dingin menempel di pipinya. "Sia--- si ganteng." Kata Cheryl refleks.
Lelaki yang sudah ia lecehkan, memberi teh rasa apel padanya. Lelaki itu tersenyum, membuat Cheryl lebih tertarik pada senyuman itu, daripada minuman dingin yang terasa surga saat udara panas seperti ini.
Cheryl mengulurkan tangannya, ingin mengambil botol minuman yang ditawarkan. Malah tangan Cheryl disambut, "siapa namanya?"
"Cheryl."
"Cherry blossom." Komentar lelaki tampan di depannya.
Cheryl tersipu, dengan menyampirkan rambutnya ke belakang, layaknya wanita anggun di drama Korea. Cheryl merasa sudah secantik Bae Suzy dan lawan di depannya setampan Lee Min Ho.
"Tahu Cherry blossom apa?"
"Parfum." Jawab Cheryl cepat.
"Bukannya abang nawarin minuman?" Tanya Cheryl menunjuk botol berwarna ungu yang masih dipegang itu.
"Mau?" Cheryl mengangguk.
"Jawab dulu yang benar, cherry blossom itu apa. Masak, nama sendiri tak tahu." Dengan polosnya, Cheryl mengeluarkan ponselnya. Ponsel dengan soft case berwarna pink tersebut, mulai di pakai.
Cheryl melihat banyak pesan dan telpon dari Mawar.
"Hehehe. Lupa bang, habis paket." Cheryl nyegir.
Lelaki itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ponsel mahal, berwarna hitam.
Cheryl mulai mengetik seperti yang diperintahkan. "Hah, kok yang keluar bunga sakura?"
"Baca keterangannya."
"Bunga sakura, berasal dari bahasa Jepang, kata 'saku' yang artinya bunga."
"Udah nampak gambarnya?" Cheryl mengangguk. "Cantik bukan?"
"Jika kamu disandingkan dengan bunga itu, tetap saja kamu yang tercantik diantara mereka." Cheryl menatap lawannya. Dia bersumpah, detik ini juga, Cheryl jatuh cinta pada lelaki bijak di depannya.
"Mau jadi pacarku nggak?" Tawar Cheryl.
Jika mencintai mantan adalah dosa, maka Darris dengan senang hati melakukan dosa berkali-kali. Darris masih mencintai mantannya-Netanya. nama yang memiliki arti hadiah dari Tuhan. Darris tak bisa mengalihkan perhatiannya pada Neta. Dan Darris merasa, Neta adalah hadiah dari Tuhan. Wanita yang sering ia panggil Net. membuat Neta ingin melempari Darris dengan heels 12 centi miliknya. Dan yang lebih mengejutkan. Setelah 6 tahun berpisah karena pendidikan, dan sekarang Darris kembali mendapatkan jackpot. Neta kembali dengan menjadi dosen-bahkan jadi dosen pembimbing. bisakah Darris kembali membimbing Neta hingga pelaminan?
Bagaimana jika kamu jatuh cinta dengan pamanmu sendiri? Seorang laki-laki yang notabene musuh bebuyutan ayahmu. Jarak usia yang terpaut jauh tak menghalangi Verena untuk mengejar pamannya yang seharusnya jadi ayah bukan mengejar sebagai kekasih. "Ingatlah, Verena. Aku sudah tua." "Diam, Pak tua! Jangan denial, jika kau juga menyukaiku. Persetan dengan Daddy. Ayo kita menikah!" "Tidak!" "Atau begini saja? Bagaimana, Pak tua? Kau suka?" goda Verena pada bonggolan keras yang ia remas dan laki-laki itu hanya bisa mendesis.
Bertemu dengan Edmund Bryan. Bujangan terpanas, tampan seperti pahatan patung dewa Yunani, si brengsek dengan segala pesona yang ia miliki, membuat semua perempuan bertekuk lutut dan rela membuka pakaian demi pria itu. Karena kecerobohannya, Emerald harus mengganti uang senilai $500.000 karena menjatuhkan guci antik mahal milik Edmund yang membuat gadis itu menjadi budak Edmund demi mengganti seluruh utang yang takkan bisa ia gantikan walau sampai seumur hidup. Hingga Emerald tahu semua rahasia di balik sifat keras Edmund.
Demi sebuah janji akan kesetiaan, untuk kesekian kalinya Irish terluka. Janji tinggal janji, nyatanya, janji semanis madu itu berubah sepahit empedu. Penantian Irish selama 4 tahun, berakhir sia-sia. Kekasih yang telah menjanjikan hal manis padanya, memilih memadu kasih dengan wanita lain, meninggalkan Irish dengan sakit hatinya dan menunggu janji yang telanjur berucap. Akhirnya, Irish nekat, demi janji, demi cinta, demi masa depan. Irish menjadi 'pelakor' di hidup Galen dan istrinya. Iris bertekad Galen kembali menjadi miliknya! Bisakah Galen kembali, atau perjuangan Irish akan sia-sia?
21++ BANYAK ADEGAN BERBAHAYA TIDAK UNTUK DITIRU! "Kamu hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Kamu hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Aku mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umurku masih 16 tahun. Aku mau bebas." Ayden meninggalkan Delisha yang mematung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dan apa yang akan ia hadapi ke depan disaat usianya masih sangat belia 14 tahun.
Arsyla adalah seorang wanita berumur 23 tahun, dan dia sudah memiliki suami yang bernama Edi. Usia Edi terpaut 3 tahun lebih tua dari Arsyla. Meski pernikahan mreka sudah beranjak 2 tahun, tetapi mereka belum di karuniai seorang anak. Edi maupun Arsyla tidak memusingkan akan hal itu, karna menurut mereka ekonomi keluarga harus bagus terlebih dahulu. Edi yang hanya bekerja sebagai OB di salah satu supermarket, dengan gajih pas-pasan masih harus menanggung kebutuhan sekolah adik adik-nya yang yatim, dan Arsyla pun tidak keberatan dengan keputusan itu. Sore itu Edi baru pulang dari kerja, iya pulang ke kontrakan yang dia tinggali bersama arsyla. Walaupun kontrakannya
Bagaimana jika keponakan yang dititipkan oleh kakak perempuan nya mulai mengacaukan seluruh tatanan kehidupan nya. Gadis kecil yang dia sangka polos menyimpan cinta mendalam untuk dirinya, memancing hasrat nya berkali-kali hingga pada akhirnya satu malam panas terjadi di antara mereka. Bagaimana caranya dia meminta restu kepada kakak nya sendiri untuk hubungan yang jelas di anggap tidak mungkin untuk semua orang. Namun siapa sangka satu kenyataan dimasa lalu terbuka secara perlahan soal hubungan mereka yang sesungguhnya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.